Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Potret Komunitas Puan dan Bukunya (Dokumen Pribadi/Mira Fitdyati)
Mira Fitdyati

Komunitas membaca semakin berkembang di berbagai daerah, tetapi tidak semuanya memberikan ruang aman khususnya bagi perempuan untuk berbagi cerita, pengalaman, dan pandangan lewat buku.

Inilah yang mendorong Dinda Ajeng Prastika membentuk komunitas Puan dan Bukunya, sebuah book club yang dibentuk sebagai wadah untuk membaca, berdiskusi, dan melakukan kegiatan positif lainnya bersama sesama perempuan.

Berawal dari kebiasaan Dinda yang gemar membaca, tapi sering merasa tidak memiliki teman untuk berbagi cerita tentang buku yang ia baca. Komunitas ini kemudian tumbuh menjadi ruang yang nyaman dan aman.

Dari hanya sebuah hobi pribadi, Puan dan Bukunya berkembang menjadi wadah yang menyatukan perempuan dengan minat membaca serta keinginan berbagi cerita, sekaligus menguatkan semangat women support women.

Ruang Aman Perempuan untuk Membaca dan Berbagi Cerita

Potret Komunitas Puan dan Bukunya (Dokumen Pribadi/Mira Fitdyati)

Komunitas ini berdiri pada Juli 2025 dan tidak memiliki sistem keanggotaan tetap. Artinya, siapa pun dapat ikut serta ketika memiliki waktu luang tanpa komitmen jangka panjang.

Selain kegiatan membaca, Puan dan Bukunya juga pernah mengadakan kegiatan journaling hingga menyulam. Setiap kegiatan dibuat menarik dan menyenangkan agar memberikan pengalaman berbeda bagi peserta.

Puan dan Bukunya menjadi ruang yang mempertemukan perempuan untuk membaca sekaligus melakukan kegiatan positif.

Dinda mengungkapkan bahwa komunitas ini memang khusus bagi perempuan agar menciptakan ruang aman untuk berbagi buku maupun cerita pribadi.

“Khusus teman-teman perempuan aja. Jadi khusus buat kita untuk berbagi cerita tentang buku dan untuk membaca buku bareng,” ujar Dinda pada Sabtu (29/11/2025) di Balcos Compound.

Bagi para peserta, kehadiran komunitas ini memberikan kenyamanan tersendiri. Rida Amilia, salah satu peserta, mengungkapkan bahwa ia sebenarnya tidak mempermasalahkan jika kegiatan diikuti laki-laki maupun perempuan.

Meski begitu, ia merasa lebih aman ketika berdiskusi dan berbagi hal-hal yang relate dengan kehidupan pribadi jika berada dalam kelompok sesama perempuan.

“Sebenarnya aku nggak mempermasalahkan itu cewek-cewek atau cowok-cowok ya, cuman ternyata lebih merasa aman ketika kita itu berkumpul dalam satu kelompok yang sama-sama perempuan,” tutur Rida.

Kegiatan di Ruang Terbuka Hijau dan Konsep Komunitas yang Intimate

Potret Komunitas Puan dan Bukunya (Dokumen Pribadi/Mira Fitdyati)

Rida juga berharap ruang terbuka hijau di Yogyakarta semakin banyak sehingga memiliki lebih banyak tempat untuk membaca.

Hal ini sejalan dengan konsep Puan dan Bukunya yang konsisten melaksanakan kegiatan di ruang terbuka hijau, mengingat masih minimnya ruang terbuka hijau di Yogyakarta. Salah satu lokasi yang sering digunakan ialah Wisdom Park UGM.

Pada Sabtu (29/11/2025), Puan dan Bukunya untuk pertama kalinya mengadakan kegiatan di Balcos Compound. Dalam kegiatan tersebut, peserta diajak membaca selama kurang lebih 30 menit, lalu dilanjutkan dengan sesi berbagi cerita tentang buku masing-masing.

Dinda menjelaskan bahwa kegiatan utama komunitas ini hanyalah membaca dan berbagi cerita. Genre buku yang dibawa peserta juga bebas, selama tidak mengandung unsur pornografi atau SARA.

Sebagai sebuah book club, Puan dan Bukunya memiliki visi seperti komunitas literasi lainnya, yaitu meningkatkan minat membaca di Indonesia. Namun, yang menjadi pembeda adalah fokus komunitas ini sebagai ruang khusus perempuan.

Selain membaca, terdapat tiga jenis kegiatan lain yang diusung, yaitu wellness, creativity, dan beauty. Untuk kategori kreativitas, kegiatan seperti journaling, menyulam, dan merangkai bunga pernah dilakukan.

Saat ini kegiatan Puan dan Bukunya dilaksanakan sebulan sekali. Namun karena antusiasme peserta meningkat, Dinda berencana membuat skema dua kali kegiatan dalam sebulan.

Meski begitu, komunitas ini tidak membuka banyak peserta karena mengusung konsep yang intimate. Keterbatasan ruang dan kapasitas menjadi tantangan tersendiri.

“Kita tuh pengen banget semua orang yang daftar bisa ikutan, cuman karena terbatas ruang dan anggotanya jadi itu jadi tantangan,” tutur Dinda.

Dinda berharap Puan dan Bukunya dapat terus menjadi ruang aman bagi perempuan untuk berkumpul, melakukan kegiatan positif, membaca, dan berbagi buku apa pun.

Ia juga berharap agar peserta semakin terbuka dengan berbagai genre bacaan dan dapat saling memperkaya pengetahuan dari buku yang mereka bawa.

Dengan semakin banyaknya perempuan yang bertemu, berdiskusi, dan saling mendukung, Puan dan Bukunya diharapkan dapat menjadi salah satu komunitas literasi yang memberi dampak bagi peningkatan minat baca dan pemberdayaan perempuan.