Pecahnya Perang Dunia II pada pertengahan Abad ke-20 meninggalkan jejak sejarah pada berbagai tempat di dunia termasuk pulau kecil yang berada di Timur Indonesia, Pulau Lae-Lae di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Adanya bunker yang dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Gua Jepang” merupakan saksi bisu pendudukan Jepang di Indonesia.
Keberadaan bunker yang dulunya difungsikan sebagai tempat perlindungan, penyimpanan logistik, hingga pos pengawasan militer kini tampak kabur, tersembunyi di balik semak di bawah pekarangan penduduk setempat.
Tidak seperti “gua” yang dihasilkan secara alami oleh proses geologi pada umumnya, “Gua Jepang” yang berada di Pulau Lae-Lae merupakan lorong bawah tanah buatan tangan manusia, yakni para Romusha guna mendukung kepentingan militer Jepang dalam Perang Dunia II.
Sekalipun ukurannya tidak besar, namun “Gua Jepang” atau bunker yang dimaksud menyimpan nilai-nilai penting bagi perjalanan sejarah bangsa dan perkembangan kawasan pesisir di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Sejalan dengan perubahan sosial budaya, nilai yang ditawarkan oleh cagar budaya semacam “Gua Jepang” mengalami pergeseran makna di mata masyarakat, terutama generasi muda.
Tidak sedikit masyarakat yang memandang gua tersebut hanya sebagai bangunan tua tanpa memahami makna historisnya.
Padahal berdasarkan penelitian yang dikutip dari artikel yang berjudul “Constitutional Protection of Cultural Heritage in Indonesia: The Role of Museums in Preserving National Identity and Public Welfare” yang diterbitkan tahun 2025 menunjukkan bahwa melindungi warisan budaya sangat penting untuk menjaga identitas nasional dan menegakkan hak konstitusional warga negara, khususnya dalam ranah pendidikan dan partisipasi budaya.
Oleh karena itu, edukasi pelestarian cagar budaya menjadi langkah penting dan strategis agar generasi muda di Pulau Lae-Lae mampu menjaga identitas dan warisan budaya yang mereka miliki.
Gua Jepang di Pulau Lae-Lae bukan sekedar bangunan bekas perang, namun Ia merupakan bukti konkret mengenai perjuangan masyarakat Sulawesi Selatan dalam bertahan di tengah kejamnya pendudukan Jepang.
Melestarikan cagar budaya mengandung makna bahwa generasi muda mampu menjaga memori kolektif masyarakat sekaligus mempelajari konteks sosial politik di masa silam, strategi militer, serta dinamika pertahanan wilayah pesisir yang apabila dikaji secara mendalam tentunya akan memberikan manfaat dan kontribusi pada pengembangan kajian geopolitik di masa mendatang.
Ketika generasi muda memahami sejarah lingkungannya, maka sense of belonging atau rasa memiliki terhadap tempat tinggal akan terbentuk secara organik.
Adapun nilai-nilai perjuangan, ketahanan, serta nilai-nilai lain yang melandasi terbentuknya bangsa dan termuat sebagai pengetahuan sejarah dapat memperkuat karakter sekaligus mempertajam wawasan kebangsaan.
Sejalan dengan hal tersebut, Gua Jepang di Pulau Lae-Lae dapat menjadi media edukasi bagi generasi muda mengenai nilai-nilai perjuangan dan ketahanan nasional, dinamika budaya lokal serta kearifan masyarakat setempat dalam mempertahankan wilayah pesisir sekaligus melatih kepedulian generasi muda terhadap pelestarian cagar budaya.
Hal ini penting mengingat generasi muda merupakan kelompok yang akan mengambil alih tanggung jawab pelestarian budaya dan nilai-nilai kejuangan di masa mendatang.
Apabila tidak ditanamkan sejak dini, maka cagar budaya rentan rusak, ditinggalkan, atau bahkan hilang ditelan pekembangan zaman.
Edukasi pelestarian cagar budaya dapat ditempuh dengan menghidupkan ulang narasi sejarah setempat melalui beragam cara yang dapat diadaptasikan dengan perkembangan teknologi saat ini.
Seperti dengan pembuatan komik edukasi, video konten edukasi, animasi, games, infografis atau cara-cara lain yang kreatif dan dekat dengan kehidupan generasi muda saat ini.
Langkah awal semacam pengenalan cagar budaya juga dapat dilakukan dengan cara sederhana semacam guided tour sebagai pendekatan strategis karena tidak sedikit generasi muda yang mengetahui keberadaan suatu cagar budaya namun mereka kurang memiliki wawasan mengenai nilai serta makna historis cagar budaya tersebut.
Oleh karenanya, diperlukan upaya yang holistik dan berkesinambungan dari segala unsur yang terlibat dalam pelestarian cagar budaya serta kesadaran masyarakat setempat untuk menghidupkan ulang narasi sejarah dan nilai cagar budaya seperti pada Gua Jepang di Pulau Lae-lae agar bengunan tersebut tidak rusak maupun hilang ditelan perubahan zaman.
Upaya nyata telah dilakukan oleh penulis bekerja sama dengan mahasiswa Universitas Negeri Makassar dengan mengadakan program Pengabdian kepada Masyarakat yang bertujuan untuk mengenalkan cagar budaya Gua Jepang di Pulau Lae-Lae kepada Generasi Alpha setempat sebagai bentuk pelestarian cagar budaya yang berkesinambungan.
Program ini diharapkan dapat menjadi pintu bagi peningkatan kesadaran masyarakat setempat mengenai pelestarian cagar budaya khususnya bagi generasi muda pewaris memori kolektif dan nilai-nilai kearifan masyarakat Pulau Lae-Lae.
Baca Juga
-
6 Rekomendasi Basic Skincare Kemasan Jumbo, Lebih Awet dan Anti Boncos
-
Sinopsis Drakor Surely Tomorrow, Jadwal Tayang dan Pemain
-
Rahasia Rambut Sehat Tanpa Perawatan Mahal: 5 Tips Keramas Gampang
-
Denny Caknan Janji Sumbang Rp 1 Miliar untuk Ide Pandawara Beli Hutan
-
5 Fakta Tentang LPDP: Kenapa Ada Jalur Kurang Mampu dan Jalur Umum?
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku The Demon of Unrest: Sejarah Kelam Dunia
-
Data Tak Pernah Bohong, Jangan Biarkan Sejarah Kelam Berulang
-
Ngupit Heritage Cycling: Ketika Bersepeda Jadi Cara Baru Mengenal Sejarah
-
5 Rekomendasi Novel Berlatar Masa Kolonial Hindia Belanda di Indonesia
-
Ulasan Novel Pusaka Candra: Kisah Politik, Mitos, dan Cinta Keraton Abad 17
News
-
Deddy Corbuzier Akui Ingin Kembali ke Layar Kaca Asal Bareng Raditya Dika
-
Terakhir di Layar Lebar, Sore: Istri dari Masa Depan Pamit di JAFF 2025
-
Menambang Kenangan! Reuni 90 Tambang UPN Bernuansa Nostalgia
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Meningkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan
-
Gantikan Marselino Ferdinan, Rifqi Ray Farandi Hadapi Tanggung Jawab Besar
Terkini
-
6 Rekomendasi Basic Skincare Kemasan Jumbo, Lebih Awet dan Anti Boncos
-
Sinopsis Drakor Surely Tomorrow, Jadwal Tayang dan Pemain
-
Rahasia Rambut Sehat Tanpa Perawatan Mahal: 5 Tips Keramas Gampang
-
Denny Caknan Janji Sumbang Rp 1 Miliar untuk Ide Pandawara Beli Hutan
-
5 Fakta Tentang LPDP: Kenapa Ada Jalur Kurang Mampu dan Jalur Umum?