Untuk kamu yang suka sejarah tapi ingin bacaan yang nggak berat, dramatis, dan gampang diikuti, The Demon of Unrest karya Erik Larson adalah salah satu buku yang wajib masuk daftar baca. Larson memang terkenal sebagai penulis nonfiksi yang bisa membuat peristiwa sejarah terasa seperti thriller dan di buku ini, ia kembali menunjukkan keahliannya. Buku ini mengangkat masa-masa menegangkan menjelang Perang Saudara Amerika, khususnya ketegangan yang memuncak di Fort Sumter, titik awal ledakan konflik besar tersebut.
Sinopsis Cerita Buku The Demon of Unrest karya Erik Larson
Dalam The Demon of Unrest, Larson membawa pembaca kembali ke awal tahun 1860-an, saat Amerika berada di jurang perpecahan. Fokus utamanya adalah pada kejadian-kejadian politik, keputusan impulsif, dan emosi yang memanas di antara para pemimpin negara.
Ia menceritakan bagaimana Presiden Abraham Lincoln, yang baru terpilih saat itu, harus berhadapan dengan krisis nasional yang rumit. Sementara itu, para pemimpin negara-negara bagian Selatan mulai mengambil langkah-langkah yang pada akhirnya mendorong negara ke perang.
Larson menggambarkan pertikaian ini lewat kisah para tokoh sejarah, surat-surat pribadi, dokumen resmi, serta catatan harian. Dari general sampai diplomat, dari politisi sampai warga sipil biasa, semuanya digambarkan dengan hidup dan penuh emosi. Hasilnya, pembaca bisa merasakan bagaimana ketegangan itu tumbuh sedikit demi sedikit, seperti bom waktu yang menunggu meledak.
Ulasan Buku The Demon of Unrest karya Erik Larson
Yang membuat buku ini menarik adalah cara Larson merangkai narasi. Meskipun ini buku sejarah, cara penceritaannya terasa seperti membaca novel. Ada dialog, ada drama, ada keputusan-keputusan penting yang membuat pembaca ikut deg-degan. Larson tidak hanya menjelaskan fakta, tapi juga menggambarkan suasana zaman, karakter para tokoh, dan emosi yang menyelimuti setiap peristiwa.
Selain itu, buku ini memberi perspektif baru bahwa konflik besar seperti Perang Saudara tidak muncul dalam semalam. Ada serangkaian keputusan kecil, salah paham, ambisi pribadi, dan ketegangan sosial yang terus menumpuk hingga akhirnya tak bisa dihindari. Buat pembaca yang ingin memahami dinamika politik dan bagaimana suatu negara bisa runtuh dari dalam, buku ini sangat membuka mata.
Bahasanya detail, tapi tetap mudah diikuti bahkan untuk pembaca yang bukan pecinta sejarah berat. Buku ini sangat cocok untuk kamu yang suka kisah nyata dengan vibe seperti film drama politik.
Nominasi dan Penghargaan Buku The Demon of Unrest karya Erik Larson
The Demon of Unrest mendapatkan sambutan positif dari para kritikus dan pembaca, serta masuk daftar bestseller di berbagai media. Buku ini juga masuk nominasi dalam beberapa penghargaan buku sejarah dan nonfiksi tahunan, serta sering masuk dalam daftar Best Books of the Year versi berbagai publikasi.
Kesimpulan Buku The Demon of Unrest karya Erik Larson
Sebagaimana buku sejarah lainnya, yang membuat buku sejarah satu ini berbeda dari yang lain yaitu penulis memberikan kosakata yang mudah diikuti oleh orang awam. Oleh karena itulah buku ini bisa dijadikan referensi untuk lebih mengenal sejarah dunia.
Baca Juga
-
Ulasan Buku "Revenge of the Tipping Point", Kombinasi Psikologi Dunia
-
Ulasan Buku Melania: Tokoh Publik Amerika Serikat yang Melegenda
-
Ulasan Buku "House of Sky and Breath", Kisah Romansa Antrologi Perang
-
Wisata Alam Hits dengan Pemandangan yang Instagramable di Goa Pinus Malang
-
Wisata Petik Buah yang Seru dan Edukatif di Lumbung Stroberi, Malang
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Film Qorin 2: Mengungkap Isu Bullying dalam Balutan Horor Mencekam
-
Ulasan Buku "Revenge of the Tipping Point", Kombinasi Psikologi Dunia
-
Review Film Wasiat Warisan: Komedi Keluarga dengan Visual Danau Toba
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan yang Lebih Dewasa dan Emosional
-
Ulasan Film Steve: Kisah Satu Hari yang Mengancam Kewarasan
Terkini
-
Terakhir di Layar Lebar, Sore: Istri dari Masa Depan Pamit di JAFF 2025
-
Tak Hanya Sesama Teman, Saat Guru dan Dosen Juga Jadi Pelaku Bully
-
Menambang Kenangan! Reuni 90 Tambang UPN Bernuansa Nostalgia
-
Bukan Soal Uangnya: Mengapa Donasi Presiden Justru Mengkhawatirkan?
-
Qorin 2: Horor Psikologis yang Mengungkap Luka Perundungan