Beberapa waktu yang lalu, warganet sempat dihebohkan dengan foto yang diunggah oleh Shawn Miller dari Okinawa Nature Photography. Dalam foto tersebut, terlihat seekor kelomang yang memakai tutup botol plastik berwarna merah sebagai cangkangnya. Dengan cepat, foto ini diangkat ke berbagai kanal media di internet. Ternyata, fenomena ini sudah tidak asing lagi terjadi di daerah pesisir pantai.
Berdasarkan penelitian berjudul The plastic homes of hermit crabs in the Anthropocene yang diunggah di Science Direct pada 25 Februari 2024 kemarin, terungkap bahwa dewasa ini kelomang sudah beradaptasi dengan sampah-sampah plastik yang ada di lingkungan hidup mereka dan menjadikan plastik-plastik berukuran kecil sebagai cangkang tempat tinggal.
Melalui penelitian dengan metode analisis gambar dan foto-foto kelomang dari berbagai belahan bumi, ditemukan fakta bahwa 10 dari 16 jenis spesies kelomang telah menerapkan gaya hidup baru ini. Lantas, apa yang menyebabkan kelomang-kelomang ini memilih plastik alih-alih mencari cangkang alami sebagai rumah mereka?
Alasan kelomang memakai cangkang plastik untuk bertahan hidup
Karena fenomena ini baru terjadi beberapa tahun belakangan, para peneliti belum tahu pasti mengenai alasan utama kelomang-kelomang di seluruh dunia memilih plastik sebagai cangkang mereka. Namun, terdapat beberapa hipotesis dari para ahli mengenai pemilihan cangkang artifisial ini.
Pertama, untuk bertahan hidup. Cukup miris bahwa kelomang pun perlu beradaptasi dengan banyaknya jumlah sampah di lautan dan pantai, sehingga mau tidak mau mereka harus memakai plastik sebagai cangkang.
Mau bagaimana lagi? Tidak mudah menemukan cangkang kelomang alami yang kosong dibandingkan menemukan sampah plastik yang beragam warna, jenis, dan ukurannya.
Para kelomang lebih memilih memakai plastik karena mereka tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menemukan ukuran sampah plastik yang pas dijadikan rumah.
Selain itu, cangkang plastik membuat mereka bisa berkamuflase dengan lingkungan sekitar agar tidak mudah dimangsa oleh hewan pemburu.
Kedua, berat material plastik jauh lebih ringan dibandingkan cangkang alami. Hal ini mempermudah kelomang untuk bergerak dan mencari makan.
Ketiga, ada pula dugaan bahwa kelomang memilih cangkang plastik sebagai usaha mereka untuk menarik lawan jenis mereka. Cangkang dengan bentuk dan warna yang unik diperkirakan bisa membantu kelomang dalam melakukan kegiatan berkembang biak.
Tiga alasan ini adalah hipotesis yang perlu diteliti dan diamati lagi pada kehidupan kelomang-kelomang di habitat asli mereka.
Temuan sampah lain selain plastik yang dipakai sebagai cangkang
Manusia tidak hanya membuang sampah plastik saja secara sembarangan ke laut dan pantai. Ditemukan juga sampah-sampah lain yang dipakai oleh kelomang sebagai cangkang mereka.
Berdasarkan penelitian tadi, sampah dari bahan plastik memang menjadi jenis sampah yang mendominasi pilihan cangkang kelomang.
Sebanyak 84.5 % bahan artifisial yang dipakai sebagai cangkang terbuat dari plastik. Data ini diikuti oleh jenis sampah metal sebanyak 5.4 % dan sampah dari bahan kaca sebanyak 5.4 %, serta campuran sampah dari bahan metal dan kaca sebanyak 4.7 %.
Selain menjadi cangkang, plastik punya potensi untuk membunuh kelomang
Jika sampah-sampah berukuran kecil dimanfaatkan kelomang sebagai cangkang baru mereka, hal yang sama tidak terjadi pada sampah-sampah berukuran besar. Sampah plastik ukuran besar justru bisa menjebak dan membunuh kelomang.
Berdasarkan artikel berjudul Entrapment in plastic debris endangers hermit crabs yang terbit di Science Direct pada 5 April 2020 silam, di dua pulau tropis, setidaknya setiap tahun terdapat 570,000 ekor kelomang yang terjebak di antara sampah-sampah plastik di pantai. Kejadian ini memiliki potensi yang dapat berdampak kepada menurunnya populasi kelomang di pantai.
Seberapa parah sih fenomena polusi plastik ini? Dilansir dari BBC.com, peneliti memperkirakan bahwa terdapat lebih dari 171 triliun potongan plastik yang saat ini mengambang di samudera bumi ini.
Fenomena ini adalah panggilan bagi kita semua bahwa masalah limbah plastik ini sudah memengaruhi semua makhluk hidup, dari yang besar ke yang paling kecil. Saatnya kita bertindak mengurangi penggunaan plastik dan mengelola sampah yang sudah ada agar tidak mencemari lingkungan.
Dengan mengurangi penggunaan plastik, umat manusia bisa melangkah menuju masa depan tanpa plastik. Mari selamatkan bumi ini agar para kelomang dan fauna lain di laut memiliki tempat tinggal yang layak untuk dihuni!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
"to: the future you", Hadiah Valentine Manis dari Verenathania
-
Ajakan Anti Gagal Move-On dalam The Loudr 'Takkan Kucari Lagi'
-
Bukti Nyata Kasih Seorang Ibu dalam Seo Moontak 'Ballad of The Witches' Road'
-
'Stuck' 82MAJOR: Berani Nyeleneh dengan Konsep Old-School Hip-Hop
Artikel Terkait
-
Less Waste, More Impact: Meningkatkan Dampak Positif dengan Kurangi Sampah
-
Jangan Minder Pakai Baju Berulang-ulang, Ini Langkah Kecil Selamatkan Bumi
-
Bersepeda: Solusi Tepat Kurangi Jejak Karbon
-
Thrifting: Kampanye Circular Fashion Peduli Bumi dan Cara Modis yang Sehat
-
Selamatkan Bumimu dari Limbah Plastik, maka Kamu akan Selamat
Rona
-
Dilema Tampil Modis dan Ancaman Fast Fashion bagi Lingkungan
-
Kamu Belum Cinta Lingkungan Kalau Belum Tahu 8 Gerakan Ini!
-
Jejak Karbon Digital: Saat Internet Diam-Diam Membakar Bumi
-
Dampak Nikel terhadap Ikan Pari dan Penyu: Raja Ampat Sudah Tak Aman
-
Kutukan Tambang Nikel? Keuntungan Ekonomi Melambung, Kerusakan Lingkungan Menggunung
Terkini
-
Ulasan Film Ballerina: Sajikan Aksi Brutal dalam Balutan Visual yang Menawan
-
3 Momen Menarik di Episode Akhir Drama Korea Pump Up The Healthy Love
-
Review Film How to Train Your Dragon: Visual Indah tapi Emosional Kosong?
-
Tayang Juli 2025, Ini Detail Karakter Lee Min Ho di Film Omniscient Reader
-
4 Rekomendasi HP Baterai Jumbo Harga Rp2 Jutaan, Tahan Seharian!