Pagi hari menjadi momen terbaik untuk mengayuh sepeda sambil menghirup udara sejuk selama di perjalanan.
Mata dimanjakan oleh pemandangan indah seperti sinar matahari yang baru muncul malu-malu di ufuk timur, embun yang masih menggelantung di pucuk daun, menyaksikan ibu-ibu yang antre belanja sayuran, serta para petani yang mulai berangkat ke sawah dengan berjalan kaki sambil bawa cangkul dan celurit.
Udara sejuk pedesaan yang belum terkontaminasi dengan polusi kendaraan yang berlalu-lalang, sangat diminati para pengayuh sepeda di pagi hari, sebelum kendaraan bermotor lewat. Waktu yang sangat terbatas itulah, menjadi situasi paling baik dalam menghirup udara yang berkualitas.
Selain bertujuan untuk menjaga metabolisme tubuh dan kesehatan mental, bersepeda sambil berolahraga di pagi hari juga dapat membantu mengurangi kadar stres. Bahkan, bersepeda juga dapat mengurangi jejak karbon.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya emisi krisis iklim, salah satunya yaitu emisi gas karbon. Emisi gas karbon adalah proses naiknya karbondioksida ke atas atmosfer yang terjadi secara alami atau diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Emisi krisis iklim dapat disebabkan oleh aktivitas manusia, aktivitas industri, sektor transportasi dan faktor lainnya. Salah satu penyumbang emisi gas karbon yang telah menyumbang seperempat semua emisi gas berasal dari sektor transportasi.
Majelis Umum PBB mendeklarasikan tanggal 3 Juni sebagai Hari Sepeda Sedunia atau World Bicycle Day. Hal ini bertujuan demi memberikan kesadaran kepada masyarakat terhadap manfaat bersepeda.
Sepeda yang telah digunakan selama dua abad ini merupakan sarana transportasi berkelanjutan yang sederhana, bersih, terjangkau, dan ramah lingkungan.
Dikatakan sehat, bersih dan ramah lingkungan, sebab dengan bersepeda badan jadi sehat, tak perlu konsumsi bahan bakar dan tidak menimbulkan polusi. Hal ini menjadi argumen atas efisiensi energi yang sangat baik bagi lingkungan. Ketika mengayuh sepeda, tidak ada emisi karbon yang dikeluarkan.
Karbondioksida (CO2) adalah salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor. Kadar CO2 yang tinggi di atmosfer memicu efek rumah kaca yang berkontribusi terhadap terjadinya pemanasan global.
Menurut penelitian dari University of Oxford, memilih sepeda daripada mobil hanya sekali sehari dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari transportasi sebesar 67%. Ini berarti bersepeda memiliki jejak karbon hanya 33 gram CO2 per mil yang ditempuh.
Dengan demikian, sepeda yang tidak terjadi pembakaran bahan bakar tidak menghasilkan zat pencemar seperti kendaraan bermotor, sehingga udara di sekitar tetap terjaga.
Dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (14/11/2023), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya menggelar acara Bersepeda Bersama sebagai bagian dari rangkaian Puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional 2023 di sekitaran Kota Palangka Raya. Kegiatan ini dilakukan untuk memperingati hari Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) dan perlawanan terhadap krisis iklim.
Pada kegiatan bersepeda yang dihadiri oleh Direktur Jenderal KSDAE dan Direktur Jenderal PKTL disuarakan komitmen untuk terus berupaya mendukung penurunan emisi karbon dan meningkatkan kesadaran untuk menjaga alam.
Kesadaran dalam menjaga alam diharapkan menjadi langkah sekaligus upaya penurunan emisi karbon dan kelestarian hutan nusantara.
Bersepeda juga dapat memberikan kontribusi positif untuk lingkungan. Selain dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, bersepeda juga dapat mengurangi polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan.
Kini, telah sampai saatnya untuk beralih dari kendaraan bermotor ke sepeda sebagai bentuk transportasi rendah emisi. Selain bermanfaat bagi kesehatan, mode transportasi ini juga dipandang lebih aksesibel oleh seluruh kalangan masyarakat apabila dibandingkan dengan motor dan mobil pribadi.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Kisah Haru Para Pendidik Demi Mencerdaskan Generasi Bangsa dalam Guru Cinta
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Ikan Selais dan Kuah Batu: Kisah Persahabatan Manusia dan Ikan
-
Akibat Tidak Mau Mendengarkan Nasihat dalam Buku Rumah Tua di dalam Hutan
Artikel Terkait
-
Hobi Mahal Ketua KPK Baru Setyo Budiyanto, Punya Kendaraan tanpa Mesin yang Nilainya Kalahkan Harga Vespa
-
Setahun Hadir di Indonesia, SMK Helmet Tipe Modular Ternyata Paling Diminati Para Bikers
-
FIFGROUP Catatkan Nilai Transaksi Rp 6,8 Miliar Sepanjang IMOS 2024
-
Motul Jadi Pelumas Terfavorit Pengguna Sepeda Motor Harian
-
Downhiller Elite Perebutkan Juara Umum 76 Indonesian Downhill 2024 di Klemuk Bike Park
Rona
-
Tantangan Pandam Adiwastra Janaloka dalam Memasarkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Mengenal Pegon, Kendaraan Tradisional Mirip Pedati yang Ada di Ambulu Jember
-
Fesyen Adaptif: Inovasi Inklusif di Dunia Mode untuk Penyandang Disabilitas
-
KILAS dan Edukasi G-3R di Cimenyan: Membangun Kesadaran Pengelolaan Sampah
-
Vera Utami: Pionir Inklusivitas Pakaian Adaptif bagi Penyandang Disabilitas
Terkini
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat