Yuda Wira Jaya, atau yang akrab disapa Yuda, merupakan sosok inspiratif di balik terbentuknya Teater Braille. Pria kelahiran Kabupaten Wonosobo yang telah berusia 27 tahun ini sedang menempuh pendidikan tinggi Jurusan Teater di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Ketertarikan Yuda pada dunia seni, terutama sastra dan seni peran, mulai tumbuh semenjak ia mendengarkan sandiwara radio dari penghujung abad ke-20. Pengalaman tersebut menimbulkan rasa penasaran dan menanamkan kecintaan mendalam akan seni pada diri Yuda muda, yang kemudian berkembang menjadi keinginan untuk menciptakan karyanya sendiri.
Penasaran dengan hasil karya seni apa saja yang telah Yuda ciptakan? Mari kita simak bersama-sama!
Menulis: Merangkai Asa Menggunakan Pena
Menulis menjadi langkah awal Yuda meraih pencapaian yang tidak banyak dirasakan penyandang disabilitas netra lainnya. Dengan nama pena Barokah, ia menuangkan ide dalam berbagai bentuk tulisan, seperti cerita pendek, puisi, sajak, serta syair.
Salah satu bukunya yang berjudul 'Tersenyum Dalam Gulita', merupakan hasil kolaborasi dengan Akbar Arianto Putra, rekan sesama penyandang disabilitas netra di Teater Braille. Buku ini mulai dipasarkan pada kuartal keempat 2020.
Sebagian cerita pendek dan puisi Yuda dipadukan dengan alunan musik, seperti musikalisasi puisi. Beberapa karyanya juga diikutsertakan dalam lomba dan dimuat dalam berbagai buku.
Menyuarakan: Dari Monolog Hingga Pidato
Setelah menulis, Yuda melanjutkan karya kehidupannya dengan mulai tampil di atas panggung. Tantangan baru ini membuka peluang baginya untuk mengasah kemampuan serta menambah pengalamannya dalam bermain peran.
Salah satunya ketika ia menjadi peserta dalam 17 Lomba Ekspresi Kemerdekaan yang diselenggarakan oleh Harian Netra. Monolog pidatonya meninggalkan kesan yang begitu mendalam, terasa miris bagi siapa saja yang mendengarnya.
Mendobrak: Mengalahkan Keterbatasan
Yuda berikhtiar mengabadikan perjalanan hidupnya sebagai penyandang disabilitas netra yang berusaha mendaftar di Jurusan Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Dalam film dokumenter berdurasi 22 menit 52 detik, Yuda menunjukkan peristiwa-peristiwa yang ia lalui untuk meraih impian meski banyak hambatan.
Untungnya, ia didampingi sahabat karibnya, termasuk Irun, salah satu rekan pendiri Teater Braille. Tak lama setelah itu, Yuda mendapat kabar gembira diterima sebagai mahasiswa di jurusan tersebut.
Film ini berakhir dengan Yuda dan rekan-rekannya berdiri di panggung, mencapai antiklimaks drama yang mereka pentaskan, lalu bersama-sama menunduk memberikan hormat kepada penonton.
Membuktikan: Bagi Jiwa dan Raga
Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang ia peroleh sejak muda, Yuda bersama rekan-rekannya membentuk Teater Braille, sebuah komunitas inklusif yang kini memiliki sekitar 30 anggota.
Pada 20 April 2024, Teater Braille sukses menggelar pertunjukan kedua di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta. Dalam drama ini, Yuda bertindak sebagai sutradara sekaligus pemeran utama, mengangkat kisah nyata teman sesama penyandang disabilitas netra, Jaka.
Pentas ini berhasil menyentuh hati penonton, yang merasakan perjuangan hidup penyandang disabilitas penuh caci maki dan tangis. Di penghujung drama, kalimat "Kamu lahir karena cinta, bukan karma" dari pemeran ibunda Jaka menjadi titik balik yang mengubah penderitaan Jaka.
Demikianlah perjalanan Yuda Wira Jaya, sendari menulis hingga mampu membuktikan bahwa sekalipun memiliki keterbatasan, ia mampu berkarya dan mencapai impiannya. Semoga semangat juang Yuda dan rekan-rekan penyandang disabilitas netra lainnya dapat menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang meskipun banyak rintangan menghadang.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Bulog dan CT ARSA Foundation Berkolaborasi Bagikan 500 Paket Pangan untuk Penyandang Disabilitas
-
Sosok IWAS, Pemuda Disabilitas Jadi Tersangka Dugaan Kasus Pelecehan Mahasiswi di NTB
-
Miris! Agama Mayoritas di Indonesia, 2 Juta Disabilitas Tuli Muslim Kekurangan Juru Bahasa Isyarat buat Belajar Agama
-
Sambut Hari Difabel Dunia, AHM Gandeng UIN SUKA Tingkatkan Kemandirian Ekonomi Penyandang Disabilitas di Jateng
-
Hari Disabilitas 2024: Katarak Jadi Awal Seseorang Jadi Tunanetra, Jangan Sepelekan!
Rona
-
Peduli Lingkungan: Tanggung Jawab Bersama Melalui Gotong Royong
-
Mengintip TPA Tamangapa, TPA Terbesar di Pulau Sulawesi
-
GERKATIN: Ruang Berkarya bagi Teman Tuli
-
Pandam Adiwastra Janaloka Peduli Lingkungan dengan Beralih ke Pewarna Alami
-
Tantangan Pandam Adiwastra Janaloka dalam Memasarkan Batik Nitik Yogyakarta
Terkini
-
3 Rekomendasi Drama Sageuk Mendatang yang Layak Kamu Nantikan
-
WayV Raih Kemenangan ke-2 Lagu Frequency di Program Musik Show Champion
-
Disebut Bisa Senjata Makan Tuan, Shin Tae-yong Beberkan Alasan Memilih Skuad Ini untuk Sea Games 2025
-
The Boyz Gagal Dapatkan Hak Merek Dagang Nama Grup dari IST Entertainment
-
Ajak Anak Mengenal Hewan dan Tumbuhan di Dalam Al-Qur'an