Bagi banyak orang, konsumsi berkelanjutan sering terdengar rumit, penuh aturan, dan terasa jauh dari kehidupan sehari-hari.
Generasi Z di Indonesia, meski dikenal kritis dan aktif bersuara tentang isu lingkungan lewat media sosial, masih kerap berhenti di tahap kesadaran tanpa melanjutkan ke aksi nyata.
Padahal, perilaku sehari-hari, seperti penggunaan plastik sekali pakai, memilih kendaraan pribadi, atau membeli produk tanpa memperhatikan dampak ekologis tetap menjadi kebiasaan dominan, meski mereka paham konsekuensi bagi lingkungan.
Hal ini menimbulkan kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku nyata yang berdampak langsung pada upaya membangun masyarakat yang lebih ramah lingkungan.
Menurut Prof Lilik Noor Yulianti, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB University, celah tersebut bisa dijembatani melalui strategi nudging yang dikombinasikan dengan pemanfaatan media sosial.
Dorongan kecil yang diterapkan di keseharian, seperti restoran yang hanya memberikan sedotan ketika diminta pelanggan, atau aplikasi transportasi yang menampilkan opsi kendaraan umum atau sepeda terlebih dahulu sebelum kendaraan pribadi, dapat perlahan mengubah kebiasaan konsumen tanpa terasa dipaksakan.
Pendekatan lain seperti memberikan opsi ramah lingkungan sebagai default choice, menampilkan produk berkelanjutan di antara pilihan yang familiar, atau menyertakan feedback berupa gambar dan kata-kata yang menunjukkan dampak positif dari tindakan konsumen juga terbukti efektif membentuk asosiasi positif.
“Nudging membantu menyusun ulang pilihan, sementara media sosial membentuk norma dan identitas. Kalau keduanya digabungkan, perubahan perilaku bisa terjadi lebih cepat, terasa spontan, menyenangkan, dan selaras dengan nilai yang diyakini anak muda,” ujar Prof Lilik.
Ia menekankan pentingnya menyampaikan keberlanjutan dengan cara yang relevan, menyenangkan, dan dekat dengan keseharian, misalnya lewat kolaborasi dengan kreator autentik, narasi positif, dan komunitas digital.
Dorongan kecil ini mungkin tampak sederhana, tetapi jika diterapkan lintas sektor—dari rumah tangga, bisnis, hingga kebijakan pemerintah—nudging dapat mempercepat transisi menuju pola konsumsi berkelanjutan yang nyata dan berkesinambungan di Indonesia.
Baca Juga
-
Kehidupan Pesisir dan Belajar Mengalah dari Laut: Tak Semuanya Harus Menang
-
Sinopsis dan Jadwal Tayang Kuyank, Horor Emosional dari Semesta Saranjana
-
Perbandingan Bonus Peraih Medali Emas di SEA Games 2025, Negara Mana yang Paling Royal?
-
Honor Win Series Segera Rilis, Usung Baterai 10.000 mAh dan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Intaian Sanksi AFC dan Titik Balik Kegagalan Timnas Malaysia Melaju ke Piala Asia 2027
Artikel Terkait
Rona
-
Menyambut Natal Lebih Bijak, Ini Cara Merayakan secara Ramah Lingkungan
-
Bukan Tren Sesaat, Industri Hijau Kini Jadi Keharusan
-
Banjir Aceh: Bukan Sekadar Hujan, tapi Tragedi Ekologis Hutan yang Hilang
-
Kisah Akbar, Disabilitas Netra yang Berkelana di Ruang Sastra Tukar Akar
-
Warriors Cleanup Indonesia: Gerakan Anak Muda Ubah Kegelisahan Akan Lingkungan Jadi Aksi Nyata
Terkini
-
Kehidupan Pesisir dan Belajar Mengalah dari Laut: Tak Semuanya Harus Menang
-
Sinopsis dan Jadwal Tayang Kuyank, Horor Emosional dari Semesta Saranjana
-
Perbandingan Bonus Peraih Medali Emas di SEA Games 2025, Negara Mana yang Paling Royal?
-
Honor Win Series Segera Rilis, Usung Baterai 10.000 mAh dan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Intaian Sanksi AFC dan Titik Balik Kegagalan Timnas Malaysia Melaju ke Piala Asia 2027