Siapa sangka tren kecantikan yang terlihat praktis dan menyenangkan ini bisa menyimpan banyak risiko, bukan hanya untuk kulit, tapi juga untuk lingkungan.
Fast beauty, konsep produk kecantikan dibuat dan diedarkan secara cepat mengikuti tren yang sedang viral. Harga yang murah, kemasan lucu, dan janji hasil instan membuat banyak orang tertarik mencoba tanpa pikir panjang. Tapi di balik itu semua, ada banyak hal yang patut dipertanyakan.
Apa Sebenarnya Fast Beauty Itu?
Melalui website resmi Klikdokter, fast beauty adalah cara industri kecantikan merespons tren dengan sangat cepat. Misalnya, saat satu bahan skincare sedang viral di media sosial, dalam hitungan minggu brand-brand bisa langsung mengeluarkan produk yang mengandung bahan tersebut.
Ini dilakukan demi menjaga eksistensi di pasar dan memenuhi permintaan konsumen yang haus akan produk baru. Namun, kecepatan produksi ini sering kali mengorbankan riset mendalam, kualitas formulasi, dan bahkan aspek keamanan dari produknya. Yang penting cepat jadi, cepat laku.
Dampaknya pada Kulit dan Pola Konsumsi
Sayangnya, produk yang terburu-buru diproduksi bisa membawa risiko pada kesehatan kulit. Banyak dari produk fast beauty belum benar-benar diuji jangka panjang, atau bahkan menggunakan bahan yang tidak cocok untuk semua tipe kulit. Akibatnya, iritasi, breakout, dan alergi menjadi masalah yang sering muncul.
Di sisi lain, gaya hidup fast beauty juga memicu budaya konsumtif. Konsumen terus merasa harus mencoba produk baru, walau belum tentu cocok atau dibutuhkan. Ini memperkuat pola “beli, coba, buang” yang tidak sehat baik untuk kulit maupun dompet.
Ancaman Nyata bagi Lingkungan
Sering terlupakan, fast beauty juga berdampak besar pada lingkungan. Kemasan-kemasan kecil dan menarik itu memang imut, tapi sayangnya sebagian besar berbahan plastik yang sulit terurai.
Proses produksi yang masif dan cepat juga menuntut bahan baku dalam jumlah besar, yang bisa mengancam keberlanjutan alam, mulai dari eksploitasi tanaman, air, hingga penggunaan bahan kimia yang akhirnya mencemari tanah dan laut. Di balik produk mungil yang kita pakai, ada jejak limbah yang cukup besar.
Perlu Gaya Hidup Kecantikan yang Lebih Sadar
Fast beauty bukan berarti harus dihindari sepenuhnya, tapi kita perlu lebih kritis dan bijak dalam memilih. Kenali kebutuhan kulit, pilih produk yang aman dan jelas asal-usulnya, serta perhatikan kemasan dan dampak lingkungannya.
Kecantikan seharusnya tidak hanya tentang penampilan luar, tapi juga tentang bagaimana kita merawat diri dengan penuh kesadaran, tanpa menyakiti tubuh maupun bumi.
Baca Juga
-
Bikin Ngakak! Aksi Mbah Samuri Promosi Akun TikTok Lewat Toa Masjid
-
Belum Rilis Tapi Udah Viral! Lagu Alamak Jadi Tren Bucin di TikTok
-
Apa Itu Artwashing? Membedah Praktik 'Cuci Dosa' Korporat Lewat Panggung Seni
-
Hilang Kostum hingga Make-up, Kang Daniel Tetap Tampil Memukau di San Jose
-
Viral Joget TikTok, ASN RSUD Bangka Selatan Minta Maaf usai Dikecam Publik
Artikel Terkait
-
Kementerian Lingkungan Hidup Rampungkan Instrumen Sekolah Dorong Program Adiwiyata
-
Eco-Living untuk Anak Muda: Gaya Hidup Kekinian yang Menyelamatkan Bumi
-
143 RTLH Dipugar, 80 Titik Pantai Dibersihkan: Pramuka Jatim Jawab Gotong Royong Demi Lingkungan
-
Dari Pabrik hingga Rumah Tangga: Gerakan Hemat Air yang Mengubah Masa Depan
-
Nudging dan Media Sosial: Kombinasi Ampuh Bikin Konsumsi Generasi Z Lebih Berkelanjutan
Rona
-
Eco-Living untuk Anak Muda: Gaya Hidup Kekinian yang Menyelamatkan Bumi
-
Uni Eropa Gagal Sepakati Target Iklim 2035, Hanya Bawa Pernyataan Niat ke PBB
-
Hampir 27 Ribu Puntung Rokok Dikumpulkan di Pantai Sanur Dalam Sejam, Jadi Alarm Lingkungan
-
Nudging dan Media Sosial: Kombinasi Ampuh Bikin Konsumsi Generasi Z Lebih Berkelanjutan
-
Pelajaran dari Bangka Belitung: Saat Tambang Tidak Membawa Sejahtera
Terkini
-
Nikita Willy Tak Menyapa Marsha Timothy, Netizen: Salahnya di Mana?
-
Goyang Velocity di Ruang Sidang, Nikita Mirzani Kena Tegur Hakim
-
5 Buah Iblis Paling Absurd dan Sulit Dinalar di One Piece, Apa Saja?
-
DPR dan Pemerintah Hapus Kementerian BUMN, Ganti dengan Lembaga Baru
-
Gak Punya Lahan? Urban Gardening Solusi Hijau di Tengah Kota Padat