Ilustrasi Putus Asa. (pixabay.com/Skitterphoto)
Betapa miris kian terkoyak jiwa dan batinku
Terusir dari gubug yang tercinta dengan hina
Enyahlah anak istriku dari gubuk tercinta
Kutak tahu kemana arah tinggalku berpihak
Setelah buldoser-buldoser menghantam rata gubukku
Gubukku disulap bak sebuah gedung mewah
Tak berdaya dan lemah menghadapi kaum oligarki
Yang tanpa nurani merampas hak semena-mena
Yang ada hanyalah ratapan sedih dan air mata yang mengalir deras
Terkapar lemas anak istriku mau kemana lagi
Bingung kian lama tanpa henti
Mata pencaharianku nyaris terputus
Mau berbuat apalagi saat aku tak ada kerja
Terlebih anak-anakku masih mengenyam bangku sekolah
Terlebih pula saat istiku mengandung janin
Ya Tuhan aku bingung apa yang harus kuperbuat
Tag
Komentar
Berikan komentar disini >
Baca Juga
Artikel Terkait
Sastra
Terkini
-
AXIS Nation Cup 2025: Keajaiban 28 Detik Terakhir, SMK Nusantara
-
Ketika Juara Tak Lagi Tentang Skor, Tapi Tentang Siapa yang Berani Bersuara
-
Sosok Ketiga: Lintrik, Film Horor Tentang Pelet dan Gairah Perselingkuhan
-
Antusiasme Membludak, Penjualan Tiket Presale Film Wicked: For Good Pecah Rekor
-
Membedah Catatan Patrick Kluivert saat Dampingi Skuat Garuda di Babak Kualifikasi, Memuaskan?