Terbangun aku dari tidur siang yang panjang, beranjak dari kasur empuk berbahan kapuk
Berjalan perlahan bersamaan tangan yang menggaruk kepala dengan ringan
Mataku yang pedih ini masih setengah sadar, juga tak melihat ada orang di sekitar
Naluriku berkata untuk pergi ke beranda
Kakiku melangkah dengan ritme yang tak pasti
Perlahan sampai dan duduk diatas kursi
Kursi kayu yang kurasa sudah tak kokoh lagi
Mengarahkan sedikit pandanganku ke atas langit, merah samar warnanya
Senja sudah tiba rupanya dan aku tidak tahu telah tertidur berapa lama
Dibawah langit yang memerah itu kulihat bapak membakar sampah
Hanya memakai sarung andalannya dan sebatang rokok yang terjepit diantara bibirnya
Kebiasaan yang kutahu sering sekali Ia lakukan
Bapak datang menghampiri lalu duduk tepat disampingku
Menyeruput teh dengan sedikit gula buatan ibu
Yang pasti selalu menjadi minuman favoritnya
“Takarannya pas, ibu memang selalu tahu yang bapak suka,” ucapnya sembari memegang gagang gelas
Kemudian aku bertanya dengan nada bercanda
“Itu karena bapak cinta atau karena bapak takut jika tidak dibuatkan teh lagi oleh ibu?”
Ia tertawa dengan lepas
“Kelihatan ya?” tanya bapak.
“Jangan sampai ibumu mendengar itu ya!” lanjutnya.
“Hahaha,” Sekarang malah aku yang tertawa lepas.
Menghabiskan sore bersama lelaki dengan jutaan pengalaman
Bercanda dan bercerita, tentang masa muda mereka
Sungguh cerita yang tidak pernah bosan untuk didengarkan
Dibawakan dengan selingan canda khas bapak bapak
Namun tak lupa pula menasehati agar tidak menyia-nyiakan masa muda
Masa muda yang tidak mudah putus asa
Masa muda dengan semangat yang menggelora
Masa muda yang pantang untuk murung dan berusaha untuk selalu bahagia
Menurutnya kebahagiaan itu bukan karena keadaanKebahagiaan juga bukan bergantung pada seseorang
Kebahagiaan itu tidak pula dicari, tapi kebahagiaan adalah hal yang harus kita ciptakan sendiri
Sangat mudah dilakukan saat muda
Karena jika sudah tua, tak banyak lagi kebahagiaan yang bisa diciptakan
Hanya bisa mengharapkan kedamaian dan kebersamaan
Ya, kebersamaan dengan keluarga tercinta
Bapak adalah orang hebat, manusia pertama yang aku kagumi
Mengajarkanku banyak sekali hal baik, selalu merasa aman saat bersamanya
Semua hal yang pernah Ia lewati menjadi motivasi besar untukku menjalani hidup
Tapi, pancaran matanya yang tidak bisa berbohong
Aku merasa ada yang sedang begitu Ia khawatirkan
Ketika tiba-tiba bapak bilang ada hal yang bapak takutkan dalam hidupnya
Aku terkejut dan penasaran, kemudian bertanya dan meminta sebuah jawaban
Ternyata hal yang membuat bapak takut adalah meninggalkan keluarga
Serta tidak bisa melihat anak-anaknya tumbuh dewasa
Bukan berarti tidak siap jika suatu hari nanti harus dipanggil oleh tuhan
Tapi Ia selalu ingin memastikan keluarga yang Ia bangun selama ini selalu bisa merasakan kebahagiaan
Ia mengaku tak akan sanggup melihat tangisan keluarga jika suatu saat Ia meninggalkannya
Sekalipun itu Ia harus melihatnya di alam sana.
Artikel Terkait
-
Siapa Orang Tua Farhat Abbas? Pengacara Agus Salim Punya Latar Belakang Bukan Keluarga Abal-abal
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Rahasia Umur Panjang yang Jarang Diketahui! Coba Trik Ini Sekarang!
-
Profil Maruarar Sirait: Menteri Perumahan Sebut Jokowi "Macan Tidur"
-
Kapan Hari Ibu Dirayakan, 22 Desember atau Bulan Mei?
Sastra
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua