Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Tio Antafani
Ilustrasi keindahan alam. (shutterstock)

Malam ini di atas bukit bumi Jawa hanya ada kau, aku dan gemerlap lampu desa yang terlihat begitu menakjubkan oleh sepasang bola mata

Bahkan satu gambar telah kuambil, indahnya nampak seperti indah senyummu

Obrolan-obrolan masa lalu yang lucu, seakan-akan memaksaku untuk tetap bersamamu

Kau tak tahu bahwa kau telah berhasil mengambil hatiku

Diujung malam ketika aku kedinginan

Ada cahaya yang kau berikan padaku, menghangatkanku

Kita tahu orang akan datang dan pergi begitu saja

Bahkan mungkin kau pun juga akan pergi di sisiku pagi nanti

Dunia mungkin tidak akan pernah mengetahui hal ini

Tentang aku yang mengagumimu, abadi

Satu gambar yang kuambil di atas ketinggian, di puncak alam yang diciptakan tuhan

Adalah sebagai bentuk kenangan jika kelak aku merindukanmu

Meskipun segalanya telah terekam jelas dalam memori ingatanku

Alam ini mempunyai keindahan yang setara dengan dirimu, sama-sama dalam bentuk yang begitu sempurna

Maha besar Tuhan dengan segala kuasanya

Bintang-bintang pun di atas sana tak mau berhenti memamerkan keindahannya

Menghipnotisku dengan segala pancaran kilaunya

Membantuku menghidupkan suasana bersamamu

Rasanya, aku telah sangat jatuh cinta

Tuhan, bagaimana caranya aku mengungkapkan?

Aku kehilangan keberanianku, hanya karena keterbatasanku

Tak bisa mengungkapkan semua yang ada dan terasa di lubuk hatiku

Andai saja kau tahu, ketika aku meraih tanganmu dan menggenggamnya dengan erat

Itu adalah bentuk energi dari apa yang sedang kurasakan, menyalurkan semuanya untukmu

Mengungkapkan perasaanku dengan tanpa kata-kata

Berjalan bergandengan, tanpa tujuan, ditengah malam dengan hamparan sejuta keindahan

Biarlah semesta menjadi saksi tentang rasaku yang tak kunjung terungkap

Daun-daun yang berayun seakan mengejek dan mentertawakan secara halus

Tapi tidak ada yang bisa kubuktikan padanya, aku rasa aku ketakutan

Bukan karena takut kehilangan, lebih kepada takut tak bisa melepaskan

Melepaskan sesuatu yang aku sendiri tidak pernah memilikinya

Sangat mustahil rasanya menerimamu dibahagiakan oleh orang lain

Tapi takdir menuntutku dewasa, meskipun hati dan sifatku masih seperti balita

Jika pagi akan mengambilmu dari sampingku

Biarlah malam ini menjadi puncak syukurku

Apa yang aku berikan hanya sebentar untuk di genggam

Tapi aku akan terus hidup untuk perasaan ini

Cahaya yang kau tinggalkan untukku, akan terus bersinar

Selebihnya biarlah aku selalu menjadi temanmu

Melihat senyuman di antara kebahagian dirimu yang turut menyertaiku

Tio Antafani