Ketika tubuh mungilku menggigil di balik selimut tebal
Selimut yang kau balutkan semuanya untuk menghangatkanku
Ketika demam ku yang tak kunjung reda
Seketika air di matamu pun menetes
Kau menangis khawatir
Tangan yang tak berhenti gemetar
Sesekali kau gunakan untuk memegang keningku
Memastikan keadaanku
Raut wajah yang hampir putus asa
Tapi kau selalu berusaha
Memeras kain kompresan kedalam baskom yang kau letakkan di meja
Lalu meletakkan kainnya lagi di keningku
Hingga akhirnya pagi tiba, kau bernafas lega
Kau memeluk erat tubuhku, sampai sesak nafasku bu.
Kau mengucap kata dengan penuh syukur
Alhamdulillah.. Jagoan ibu telah pulih.
Kudengar bunyi detik dari jarum jam yang terletak diatas meja persis disamping baskom yang ibu gunakan semalam untuk mengompres ku
Aku memperhatikan sekeliling kamarku juga
Yang kurasa sangat hangat
Rupanya cahaya matahari telah menembus kaca jendela kamarku
Aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati
"Ibu, apakah kau tidak tidur semalaman?"
"Setulus itukah rasa sayangmu untukku?"
"Mengapa kau melakukannya secara sukarela?"
Saat aku mulai tumbuh besar, tingkah ku pun semakin nakal
Terkadang hingga membuatmu kesal
Saat aku juga membuat kesalahan fatal
Kau selalu saja punya alasan untuk memaafkan aku
Sekarang aku sudah bisa bertanya padamu, bu.
"Mengapa kau sangat mudah memaafkanku?"
"Setulus itukah rasa sayangmu untukku?"
"Mengapa kau melakukannya secara sukarela?"
Kau hanya bilang kalau aku adalah segalanya bagimu
Pada akhirnya itu membuatku kembali bertanya-tanya dalam hati
Bagaimana bisa perasaanmu tak berubah sedikitpun
sementara aku selalu saja menyakiti hatimu?
Selalu membuatmu khawatir
Selalu mengabaikan semua nasehatmu
Bahkan sampai berani melawanmu, bu.
Setelah beranjak dewasa, akhirnya aku baru mengerti bahwa pengorbananmu tak akan tertandingi
Kini kau semakin menua, entah mengapa hatiku terasa semakin hancur pula
Wajah yang dulu begitu indah, kini kuperhatikan mulai berubah
keriput yang mulai terlihat jelas oleh kedua bola mataku sendiri
Hitam rambutmu pun kini nampak memudar warnanya
Semuanya putih
Lalu aku bertanya "Ibu apakah kau baik-baik saja?"
Kau hanya menunjukan senyum yang terlihat ikhlas.
Sekarang biarlah menjadi tugasku untuk merawatmu
Selayaknya dulu kau merawatku
Meskipun tidak sebanding dengan semua jasamu
Setidaknya kau selalu disampingku
Aku selalu takut jika kamu pergi meninggalkanku, bu.
Aku selalu berdoa dalam sujudku
Meminta kepada Tuhan agar tidak mengambil dirimu dariku
Aku berdo’a agar kau selalu diberikan kesehatan
Aku terus berdo'a dan meminta
Sampai tidak sadar kalau aku telah banyak sekali meminta kepada Tuhan
Tapi aku tidak malu, bu.
Itu karena kau sendiri yang mengajarkan ku
Bahwa Tuhan itu maha baik
Segala sesuatu yang diberikan kepada kita pasti selalu yang terbaik
Termasuk telah memberikanmu untukku.
Ibu aku hanya ingin kau tahu
Bahwa aku juga sangat menyayangimu
Tanpa batas waktu
Terima kasih, ibu.
Artikel Terkait
-
4 Rekomendasi Lagu untuk Mengenang Kasih Sayang Ayah di Hari yang Spesial
-
Ulasan Buku 'Surat Kecil untuk Ayah', Ungkapan Cinta dari Seorang Anak
-
Waspada! Kandungan Skincare Berbahaya Bisa Sebabkan Kelainan pada Janin
-
Kasih Sayang Rafathar ke Mbak Lala: Bantu Jualan Parfum dan Ngonten YouTube biar Pengasuh Makin Kaya
-
Ikuti Kasih Sayang Ibu yang Tulus Lewat 4 Rekomendasi Buku tentang Ibu Berikut Ini
Sastra
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua