Gunung Sumbing adalah sebuah gunung tertinggi ketiga di Jawa Tengah. Gunung Sumbing dikelilingi oleh tiga kabupaten yaitu kabupaten Temanggung, Magelang dan Wonosobo. Tidak diragukan lagi pesona yang dimiliki oleh Gunung Sumbing memikat banyak pendaki untuk tertantang menaklukan gunung terbesar ke tiga di Jawa Tengah ini.
Akan tetapi ada satu desa di kaki Gunung Sumbing yang tidak banyak diketahui oleh khalayak ramai. Terletak di kabupaten Temanggung, kecamatan Parakan dan tepat di Desa Glapansari. Pesona ini sungguh menyejukkan mata untuk pecinta senja fajar di pagi hari.
Udara yang cukup sejuk dan masih asri pemandangan dari ketinggian yang memanjakan mata untuk menikmati sejenak ciptaan Tuhan serta hangatnya kopi hasil dari kebun para penduduk desa. Cahaya fajar yang mulai mengintip dibalik gunung dan awan disebelah timur sungguh memberikan rasa damai.
Setelah suguhan fajar yang memanjakan itu kemudian banyak orang yang bertegur sapa. Mereka adalah para petani penduduk desa yang mulai beranjak dari hangatnya rumah untuk memberikan kehidupan kepada tanaman-tanaman yang berada di kaki Gunung Sumbing.
Mayoritas dari penduduk Desa Glapansari ini adalah seorang petani. Desa ini cukup terkenal dengan petani Tembakau. Memang benar ketika memasuki bulan Mei hingga berakhirnya bulan September para petani disibukkan dengan mengolah tembakau dari daun tembakau menjadi tembakau yang siap jual.
Penduduk desa ini sangat ramah dengan siapapun. Ketika ada orang yang bertamu ke rumah mereka akan langsung diberikan suguhan biarpun orang itu tidak dikenal. Awalnya penduduk desa ini kurang memperhatikan keistimewaan pesona Gunung Sumbing. Kemudian setelah pergantian Kepala Desa, mereka kini mulai bangkit dan memanfaatkan karunia Tuhan berupa pesona yang diberikan oleh Gunung Sumbing ini.
Para pemuda mulai aktif dan berinovasi. Awalnya desa ini hanya membuka jalur trabas menuju Gunung Sumbing kemudian semakin banyak orang yang mengetahuinya. Desa ini menjadi salah satu tempat landasan olahraga Paralayang. Olahraga paralayang memang belum diresmikan karena olahraga ini masih dilakukan oleh orang orang yang sudah profesional belum menjadi tempat wisata paralayang.
Sungguh indah ciptaan Tuhan. Tidak ada yang bisa mengimbangi semua ciptaanNya. Bersyukurlah untuk semua yang telah terjadi. Sesungguhnya Tuhan lebih mengetahui yang terbaik untuk manusia.
Baca Juga
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Series The King of Pigs, Kisah Balas Dendam dari Luka yang Terpendam
-
Review Film The Winter Lake: Ketika Rahasia Mengapung ke Permukaan
-
ATEEZ Maknai Cinta sebagai Proses Saling Menerima dalam Lagu Time of Love
-
Film Roman Dendam: Balas Dendam Luka Lama yang Menyingkap Konspirasi Besar
-
Review Novel Kembali Bebas, Ketika Menikah Lama Bukan Berarti Bahagia
Terkini
-
Mampir Jakarta, Super Junior Umumkan Jadwal Tur Dunia Baru 'Super Show 10'
-
Sinopsis Film How to Train Your Dragon (2025), Kisah Pertemanan Manusia dan Naga
-
Timnas Indonesia Dinilai Masih Perlu Mempertebal Kedalaman Skuad, Ini Alasannya
-
FOMO Membaca: Ketika Takut Ketinggalan Justru Membawa Banyak Manfaat
-
6 Rekomendasi Drama Thailand Terbaik Bertema Hukum, Seru dan Penuh Intrik!