Pawon adalah tungku dalam Bahasa Jawa dengan bahan bakar kayu.
Sebelum ada kompor gas, sebagian besar masyarakat, terutama di pedesaan menggunakan pawon untuk memasak. Pawon berasal dari Bahasa Jawa, yaitu kata “awu” yang berarti abu. Penambahan awalan “pa” dan akhiran an menunjukkan tempat.
Dalam kosa kata Bahasa Jawa ada dua arti dari kata pawon, yaitu pawon yang berarti tungku untuk memasak dan bagian rumah yang terpisah dengan rumah utama, yang berfungsi sebagai dapur.
Apa sih pawon itu?
Yang dimaksud pawon yang berarti tungku, adalah tungku tradisional dengan bentuk sederhana dan menggunakan bahan bakar kayu. Pawon tradisional merupakan pengembangan dari cara memasak dengan merebus atau menggoreng yang sebelumnya langsung di atas tanah. Tanah digali dangkal kemudian diatasnya ditata kayu untuk bahan bakar.
Bahan untuk membuat pawon
Awalnya pawon terbuat dari bahan yang sederhana, yaitu batu yang ditata. Bagain depan pawon berlubang, berfungsi untuk memasukkan kayu. Kuali atau panci diletakkan diatasnya setelah kayu terbakar.
Selain batu, pawon juga terbuat dari bahan padas. Padas adalah sejenis tanah yang mempunyai tingkat kepadatan tinggi sehingga tidak mudah pecah namun tidak seberat batu. Di pasar tradisional, pawon padas banyak dijual. Sedang pawon dari batu biasanya dibuat sendiri oleh keluarga yang akan menggunakan.
Setelah mengenal batu bata, banyak pawon yang terbuat dari bata yang ditata. Pawon batu bata terlihat lebih rapi karena ukurannya yang sama. Agar antara satu bata dengan lainnya dapat melekat, biasanya disambung dengan abu yang dicampur air.
Abu yang dipilih berasal dari pembakaran kayu yang kuat dan padat sehingga abu yang dihasilkan juga bersifat padat. Lem sederhana ini cukup untuk menyatukan batu bata dan menghilangkan celah antar bata yang menyebabkan api tidak stabil.
Jenis pawon
Di daerah pedesaan, pada saat ada keluarga yang mempunyai hajatan, beberapa masakan masih diolah dengan menggunakan pawon. Selain hemat bahan bakar, karena api yang dihasilkan besar sehingga masakan cepat matang. Di samping itu, pawon yang terbuat dari batu atau padas juga kuat untuk memasak panci besar yang penuh makanan.
Berdasar jumlah lubang tempat meletakkan panci atau kuali, ada tiga jenis pawon. Pawon yang berukuran kecil hanya dapat digunakan untuk memasak satu panci. Pawon yang berukuran sedang mempunyai dua lubang api yang dapat digunakan untuk memasak dua panci sekaligus. Sedang pawon yang berukuran paling besar dapat menampung tiga panci sekaligus.
Susahnya menggunakan pawon
Untuk keperluan sehari-hari, saat ini sudah jarang keluarga yang menggunakan pawon. Selain semakin susahnya mencari kayu bakar, juga karena kurang praktis. Kayu bakar tidak dapat langsung hidup begitu api dinyakan sehingga memerlukan waktu sampai nyala api benar-benar stabil dan dapat digunakan untuk memasak.
Sisa pembakaran dari kayu menghasilkan oksida hitam atau jelanga yang membuat peralatan dapur dan ruang memasak menjadi hitam. Jelanga ini menjadikan sekitar tempat memasak kotor dan kurang higinenis.
Pembakaran kayu juga menyebabkan asap yang tidak sehat bagi pernapasan. Asap yang mengumpul dapat menyebabkan pencemaran udara di sekitar rumah. Selain itu, dari sisa pembakaran kayu akan menghasilkan abu. Abu ini juga dapat membuat lingkungan dapur menjadi kotor. Bahkan jika tidak berhati-hati, abu sisa pembakaran dapat masuk ke dalam masakan.
Enaknya menggunakan pawon
Makanan hasil olahan dari bara api di pawon mempunyai rasa yang khas. Memasak dengan kayu bakar di pawon juga lebih hemat, terutama bagi keluarga yang tinggal di daerah yang masih terdapat banyak kayu bakar.
Jika menggunakan kayu yang tua dan bertekstur padat, bara api yang dihasilkan stabil dan besar sehingga cocok untuk memasak makanan dalam jumlah besar atau memasak makanan yang perlu waktu lama.
Kurang praktis dan kotor yang ditimbulkan ketika memasak dengan pawon membuat pawon ditinggalkan. Apalagi dengan mudahnya mendapatkan gas dan kompor modern. Aneka jenis makanan tradisional masih banyak yang dimasak dengan menggunakna pawon. Begitu juga rumah makan bernuansa tradisional, masih menggunakan pawon sebagai alat untuk memasak makanan yang disajikan.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Restoran Syahrini Dulu Jual Peyek Rp200 Ribu Setoples, Bagaimana Kondisinya Sekarang?
-
Kejadian Tungku Smelter Meledak Bukan Sekali Terjadi, Begini Kata Anies
-
Luhut Geram Kecelakaan Kerja di Morowali: Kita Butuh Investor, Tapi Mereka Harus Patuh
-
Anggap Kebakaran Tungku Smelter Musibah, Adian Napitupulu Tetap Minta Perusahaan Tingkatkan SOP
-
Biodata Laode M Syarif, Eks Pimpinan KPK yang Salah Satu Keluarganya Jadi Korban Smelter ITSS
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?