Kawasan Malioboro termasuk dalam sumbu imajiner antara Pantai Selatan-Keraton Yogyakarta-Gunung Merapi. Malioboro mulai ramai pada era penjajahan kolonial Belanda pada tahun 1790. Pada saat itu juga, pemerintah Belanda membangun Benteng Vredeburg.
Kawasan Malioboro juga memiliki peran yang penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tepat di sisi selatan Jalan Malioboro, pernah terjadi perperangan sengit antara pejuang Indonesia melawan penjajah Belanda yang pada saat itu ingin menduduki Yogyakarta. Peristiwa ini dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Pada peristiwa ini, pasukan pejuang Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Hal ini membuktikan kepada dunia bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada.
Sekarang ini, kawasan Malioboro menjelma sebagai salah satu ikon wisata di Yogyakarta. Berbagai aktivitas masyarakat sangat beragam di kawasan ini, dari wisata, ekonomi, budaya, dan religi.
Ada ungkapan yang terkenal “Belum ke Yogyakarta kalau belum ke Malioboro”. Ungkapan ini menggambarkan betapa Malioboro telah sangat melekat dengan Yogyakarta. Malioboro menjadi pusat ekonomi, pusat budaya, dan pusat segala aktivitas bagi masyarakat Yogyakarta, dari pedagang kecil, tukang becak, sampai konglomerat.
Daya pikat Malioboro begitu kuat. Kawasan Malioboro seakan tidak pernah mati, pagi, siang, sore, malam, kawasan ini selalu ramai oleh aktivitas masyarakat.
Fasilitas di kawasan Malioboro juga sudah mendukung untuk aktivitas kegiatan masyarakat. Untuk urusan transportasi, kawasan Malioboro sangat dekat dengan Stasiun Kereta Api. Untuk saat ini ada rute Kereta yang terhubung dengan Bandara Yogyakarta Internasional Airport (Bandara YIA).
Bagi wisatawan yang ingin menginap juga sudah banyak jasa penginapan yang bisa dipilih, dari harga yang murah sampai harga kelas hotel berbintang sudah tersedia di kawasan Malioboro. Untuk fasilitas umum, kawasan Malioboro juga sudah semakin baik. Saat ini terdapat Jalur Pendestrian di kawasan Malioboro. Hal ini dapat membuat wisatawan yang ingin menikmati suasana Malioboro semakin merasa nyaman.
Berbagai penjual oleh-oleh khas Yogyakarta seperti kuliner atau souvenir dapat dengan mudah ditemukan di kawasan Malioboro. Pada malam hari, Malioboro akan semakin memikat dengan lampu-lampu yang telah menyala, seakan semakin memperindah suasana di Malioboro.
Baca Juga
-
Program Makan Bergizi Gratis: Berkah atau Beban? Menanti Hasil dan Manfaat di Tengah Anggaran Fantastis
-
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Gelar Seminar Pencegahan Stunting
-
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping Berpartisipasi di MJE 2023
-
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Gelar Peringatan World Prematurity Day 2023
-
Ini 7 Tips Membersihkan Sistem Komputer agar Mendapatkan Performa Optimal
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Hazel Says No: Keberanian Hazel dalam Menolak Eksploitasi
-
Review Film Rego Nyowo: Misteri Kosan Angker yang Bikin Penasaran
-
3 Rekomendasi Buku Islam Anak, Kisah Menyentuh dan Ilustrasi yang Menarik
-
Ulasan Novel Soul Machine: Perjalanan Kakak Beradik Melawan Kendali MCorp
-
Ulasan Novel Satu Kelas: Dilema Ketika Sekelas dengan Mantan dan Gebetan
Terkini
-
Take My Half oleh Beomgyu TXT: Berbagi adalah Kunci Bahagia yang Sebenarnya
-
Saat Istirahat Dianggap Dosa, Menggugat Budaya Toxic Productivity
-
Tablet Samsung Juli 2025: Mulai 2 Jutaan, Pilihan Sakti Buat Semua Kalangan
-
Umumkan Skuad, Persib Bandung Usung Misi Hattrick BRI Super League 2025/26
-
Pikul Beban Sendiri di Aprilia, Marco Bezzecchi Rasakan Tekanan Mental