Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Desyta Rina Marta Guritno
Marco Bezzecchi (Instagram/@marcobez72)

Marco Bezzecchi memasuki babak baru dalam kariernya di musim ini dengan mengenakan seragam tim pabrikan Aprilia. Setelah menjalani masa pengabdian yang cukup panjang bersama tim satelit Ducati, VR46 Racing Team, kini Bezzecchi dipercaya untuk mengambil peran lebih besar, tidak hanya sebagai pembalap utama tetapi juga sebagai sosok penting dalam pengembangan motor dalam tim.

Ini merupakan kali pertama dalam hidupnya ia merasakan menjadi bagian dari tim pabrikan, otomatis tanggung jawab yang ia emban pun berbeda dan jauh lebih besar dibanding sebelumnya.

Tantangan itu terasa semakin berat ketika rekan satu timnya, Jorge Martin,yang harus absen lama akibat cedera yang dialami di tes pramusim. Situasi ini otomatis menempatkan Bezzecchi dalam posisi sulit, karena beban yang seharusnya dibagi dua, kini hanya berada di pundaknya sendiri.

Sehingga di tahun debutnya dengan Aprilia, dia tak hanya harus fokus mengadaptasi diri dengan motor dan tim baru, tetapi juga diminta memberikan umpan balik untuk tim yang menjadi acuan pengembangan motor RS-GP Aprilia.

Tugas sebagai pengembang motor utama bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Setiap detail, mulai dari keseimbangan sasis, performa mesin, elektronik, hingga performa keseluruha  motor, harus ia rasakan dan sampaikan secara tepat.

"Itu (babak pertama musim) yang bagus. Yang pasti, beberapa balapan pertama berjalan sulit karena saya datang dari tes pramusim yang berbeda dan sulit, sendirian mengembangkan motor," ujar Bezzecchi, dilansir dari laman Crash.

Meski demikian, Bezzecchi tidak benar-benar berjuang sendirian. Kehadiran Lorenzo Savadori sebagai test rider Aprilia memberikan dukungan dan bantuan dari belakang layar.

Selain itu, para pembalap tim satelit Aprilia, yakni Raul Fernandez dan Miguel Oliveira dari Trackhouse Racing, juga aktif berbagi masukan dan pengalaman mereka di lintasan dengan motor Aprilia.

Namun tetap saja, peran utama dalam mengarahkan arah pengembangan motor tetap berada di tangan Bezzecchi. Ia menjadi ujung tombak, dan semua perubahan besar pada motor bergantung pada kejelian dan ketajamannya dalam membaca performa mesin.

Dalam beberapa wawancara, Bezzecchi tak segan mengungkapkan bahwa masa-masa awal bersama Aprilia merupakan salah satu periode paling menantang dalam kariernya.

Energinya terkuras, tidak hanya karena beban kerja yang bertambah, tetapi juga karena harus membangun chemistry dari nol dengan lingkungan yang benar-benar baru baginya.

Rasa lelah, frustrasi, dan kebingungan sempat membayangi, bahkan membuatnya merasa seolah-olah kehilangan arah. Beban tersebut sempat membuat Bezzecchi merasa tertekan, baik secara fisik maupun mental.

"Tentu saja, saya mendapat bantuan dari Sava (Lorenzo Savadori), dari anak-anak Trackhouse, tapi bagian utama dari perkembangan ada pada saya dan itu sulit. Saya benar-benar hancur secara mental dan fisik, terutama secara mental," tambahnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Bezzecchi mulai menemukan ritme yang tepat. Komunikasi dengan tim menjadi lebih lancar, pemahaman terhadap karakteristik motor Aprilia meningkat, dan perlahan-lahan kepercayaan diri mulai tumbuh kembali. Ia mulai melihat hasil dari kerja kerasnya.

Data yang ia berikan mulai membuahkan pengaruh positif terhadap performa motor di lintasan. Kini, dengan kembalinya Jorge Martin ke dalam tim, beban itu pun mulai terbagi.

Transformasi Bezzecchi dari seorang pembalap tim satelit menjadi tokoh utama dalam tim pabrikan bukan hanya memperlihatkan kemampuannya teknisnya, tapi juga kemampuan bertahan dan bertumbuh di tengah tekanan.

Perjalanan berat yang ia jalani di awal musim kini menjadi fondasi kuat bagi dirinya sendiri dan Aprilia untuk menatap sisa musim dengan lebih percaya diri.

Desyta Rina Marta Guritno