Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku menjaga api (DocPribadi/Samedy)

Sangat menarik membaca kumpulan tulisan yang berisi renungan-renungan inspiratif dan edukatif dalam bukuMenjaga Api’, sebagaimana ditulis oleh Agung Adiprasetyo, pria kelahiran Semarang dan pernah menjabat sebagai CEO Kompas Gramedia. Buku terbitan Kompas ini merupakan cetakan kedua tahun 2015. Namun, meski bukan termasuk buku baru, tetapi isi yang terkandung di dalamnya memberikan wawasan luas kepada pembaca dan dapat menjadi sumber inspirasi serta motivasi yang sangat berharga.

Dalam menjalani kehidupan ini, tentu kita akan berhadapan dengan kesedihan dan kebahagiaan. Ada hal-hal yang berhasil kita raih. Namun, sebagian hal mungkin sulit, sehingga tak bisa kita dapatkan. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha menyadari hal ini dengan pikiran positif, bahwa setiap orang telah memiliki jatah kebahagiaan dan kesedihannya masing-masing.

Saya sepakat dengan kata-kata Agung Adiprasetyo dalam buku ini, bahwa tak semua perjalanan hidup akan mulus, tak semua lancar, tak semua baik. Tak selalu hidup orang susah akan selamanya susah. Roda kadang di atas, kadang di bawah. Ketika kita sedang di bawah semoga menjadi latihan supaya makin tegar.

Sebaliknya, ketika sedang di atas semoga tetap di atas karena semua orang akan berusaha supaya tetap di atas, tetap berbahagia, tetap hidup dalam berkah. Semua orang mengejar kebahagiaan dan akan mempertahankannya. Semua orang ingin selalu hidup sejahtera. Sayangnya, kita tak bisa menentukan hasil akhir dari apa yang kita kerjakan.

Setiap orang akan diuji sesuai dengan kemampuannya. Ya, setiap orang akan berhadapan dengan persoalan dalam hidupnya. Yang membedakan antara satu dengan yang lain adalah mampukah ia melewati persoalan tersebut dengan sabar dan tegar. Bertahan melewati waktu menjadi resep untuk keluar dari semua persoalan yang menimpa.

Resep ini diperoleh dari teman penulis buku ini. Jadi, seorang teman pernah memberikan resep untuk mencoba keluar dari semua persoalan yang menimpanya. Resep berupa: ‘bertahan melewati waktu!’ Bukan membiarkan waktu menyelesaikan persoalan, tetapi ulet dan tegar bertarung untuk melewati masa kelam.

Bertahan melewati waktu bisa dianalogikan dengan seseorang yang ingin mempunyai badan yang bugar harus rela melawan kemalasannya untuk berolahraga setiap hari. Namun, memulai olahraga barangkali menjadi bagian yang paling menyebalkan, membosankan, dan badan kita cenderung tergoda untuk berhenti pada 10 menit pertama. Akan tetapi, kalau kita bertahan, meneruskan olahraga dan melewati masa 30 menit atau 40 menit kemudian, besar kemungkinan setelah mencapai target melepas kalori tertentu, kepuasan kita akan paripurna.

Konon, manusia itu hanya memiliki 3 hal dalam hidup ini. Uang, waktu, dan tenaga. Ketika masih muda pada umumnya orang belum mempunyai banyak uang. Namun, dia mempunyai tenaga yang kuat untuk mencari uang. Lalu karena harus bekerja keras mencari uang, maka dia akan kehilangan waktu untuk menikmati hidup.

Dalam perjalanan hidupnya kemudian, uang mulai terkumpul sedikit demi sedikit, dan ketika menjadi tua, dia punya cukup uang untuk menikmati hidup. Karena sudah tak bekerja sekeras dulu lagi, maka dia mempunyai banyak waktu luang. Sayangnya, tenaga sudah berkurang sehingga mobilitas untuk menikmati hidup juga berkurang. Dulu ingin makan enak tak punya uang.

Setelah tua, mempunyai banyak uang, tapi tak bebas makan enak untuk menikmati uang yang dikumpulkan. Sebab, dokter sudah memberi vonis bermacam penyakit. Ketika masih muda ingin jalan-jalan keliling dunia tak punya uang. Ketika sudah tua, cukup mempunyai uang untuk jalan-jalan keliling dunia, tapi tenaga sudah berkurang.

Kumpulan esai dalam buku ini ditulis dengan bahasa yang renyah, mudah dipahami, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan renungan atau refleksi bersama.

***

*Penulis lepas mukim di Kebumen.

Sam Edy Yuswanto