Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sam Edy Yuswanto
Buku "Karier Top Sebagai Penulis" karya Bambang Trim (DocPribadi/SamEdy)

Menjadi seorang penulis atau pengarang diperlukan keseriusan, ketekunan, dan semangat pantang menyerah. Dalam buku berjudul ‘Karier Top Sebagai Penulis’ karya Bambang Trim diuraikan panjang lebar tentang seputar dunia kepenulisan. Mulai dari syarat berkarier sebagai penulis, berbagai, peluang berkarier sebagai penulis, hingga cara mengasah diri sebagai penulis profesional.

Bila ada pertanyaan, kira-kira sejak kapan penulis menjadi sebuah profesi? Bambang Trim menjelaskan, kalau merunut sejarah, Anda akan menemukan pentingnya kedudukan atau eksistensi penulis itu sejak zaman dahulu, terutama pada masa kerajaan. Kemampuan menulis adalah kemampuan tinggi yang hanya dimiliki orang-orang tertentu atau orang-orang terpelajar, di samping itu tentu saja kala itu adalah kemampuan membaca. Karena itu, penulis adalah profesi terhormat yang diperlukan oleh raja maupun para menterinya.

Menurut Bambang Trim dalam buku ‘Karier Top Sebagai Penulis,’ karier sebagai penulis termasuk lowong di Indonesia karena tidak banyak orang tertarik mendalaminya ataupun sedikitnya informasi peluang kerja bidang ini. Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai karier ini juga relatif murah, bahkan dapat dilakukan hanya dengan memanfaatkan mesin ketik. Modal ini termasuk modal sampingan.

Lalu, apa modal utama bagi seorang penulis? Modal utamanya adalah gagasan menulis itu sendiri dan hal ini dapat distimulasi dengan banyak membaca, banyak melakukan perjalanan, serta banyak bertemu atau bersilaturahmi dengan orang lain. Dari sini Anda akan mendapatkan modal gagasan untuk menulis yang siap ditampung oleh banyak institusi maupun perseorangan (Karier Top Sebagai Penulis, halaman 4).

Sebenarnya ada modal utama lainnya yang dibutuhkan oleh seorang penulis profesional. Bambang Trim menjelaskan, kalau disebutkan bahwa Anda harus melengkapi diri dengan perangkat multimedia, seprti PC/laptop, kamera digital, alat perekam digital, scanner, dan printer; yang demikian adalah modal alat yang kadang tidak harus mutlak Anda miliki sendiri. Apa yang terpenting modal itu adalah diri Anda sendiri alias modal 1 M, yaitu ME.  

Modal utama dari Tuhan Yang Maha Esa adalah pancaindra berupa kapasitas indrawi, yaitu melihat, mendengar, mencium/menghirup, merasa, dan meraba ditambah dengan menggerakkan. Semuanya itu merupakan perangkat untuk menstimulus ide-ide penulisan (Karier Top Sebagai Penulis, halaman 14). 

Tentu masih ada sederet modal yang diperlukan untuk menunjang karier sebagai penulis yang akan dipaparkan lebih detail dalam buku ‘Karier Top Sebagai Penulis’ (2011) ini. Profesi sebagai penulis bayangan, penulis hantu atau ‘ghost writer’ juga dibahas oleh Bambang Trim. Sebenarnya karier sebagai ‘ghost writer’ masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan para penulis itu sendiri. Termasuk saya yang jujur saja tidak setuju, alias tak mau bila diminta sebagai ‘ghost writer.’ 

Buku 'Karier Top Sebagai Penulis' yang memiliki genre motivasi menulis ini, dapat dijadikan sebagai salah satu panduan bagi para pembaca yang tertarik menekuni profesi sebagai penulis profesional.

Sam Edy Yuswanto