Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | claresta sharon
RA Kartini. (Istimewa)

Raden Ajen (RA) Kartini adalah seorang tokoh pejuang, pelopor kemajuan, dan pendobrak keterbelakangan kaum wanita. Dia seorang figur wanita yang dalam perjalanan hidupnya menjadi teladan bagi kaumnya, dalam upaya keluar dari kunkungan keterbelakangan. Kartini pun berjuang untuk keluar dari tradisi yang membelunggu, meraih kedudukan sejajar dengan kaum pria dalam memperoleh hak-hak dan menjalankan kewajibannya.

RA Kartini menjalani masa kecilnya dalam kesulitan dan dibatasi oleh orangtuanya. Dirangkum dari buku Biografi RA Kartini karya Balai Pustaka, dalam kehidupan keluarga bangsawan, di usia 12 tahun Kartini harus “dipinggit” (tidak bebas keluar rumah dan batas-batas tembok kabupaten) sehingga merasa terbelunggu dengan tradisi itu. 

Hal ini dirasakan oleh Kartini sebagai kekangan dan ketidakadilan terhadap kaumnya. Penderitaan dalam pingitan itu menimbulkan tekad untuk menembus adat yang dianggap kejam dan menghambat kemajuan ini. Dalam pandangan Kartini, kaum perempuan harus mendapatkan banyak ilmu pengetahuan agar bisa menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya.

Benar pepatah yang mengatakan “Hanya perlu satu orang untuk mengerakan sesuatu, maka akan terjadi suatu perubahan besar.” Hal ini terjadi oleh RA Kartini ketika ia mengusulkan untuk menyamaratakan martabat wanita agar sejajar dengan kaum pria. Kartini mengusulkan agar anak-anak diberi pendidikan modern dan pendidikan budi pekerti, karena suatu bangsa yang tidak berbudi dan bermoral baik, pasti akan mengalami kemunduran.

Ketika kita cermati kepada pemikiran Kartini, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pasalnya, bidang ini merupakan kunci untuk meningkatkan kecerdasan dan kemajuan. Tertama kaum wanita harus membebaskan dirinya dari keterbelakangan melalui pendidikan.

Dengan pendidikan, kaum wanita akan mengetahui hak dan kewajibannya, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, serta dapat diajak untuk mengambil keputusan. Dengan modal pendidikan, maka ketergantungan perempuan kepada laki-laki akan menjadi kecil. Oleh karena itu, kaum wanita dituntut untuk mempunyai pendidikan yang cukup atau setara dengan kaum laki-laki.

Sosok RA Kartini benar-benar mengubahkan pola pikir dan pandangan seluruh rakyat Indonesia pada masa itu. Kaum wanita yang dahulu direndahkan dan keterbelakangan sekarang menjadi sejajar dengan pria. Bahkan saat ini, banyak peran yang diambil oleh wanita melalui pekerjaan maupun kegiatan rumah tangga.

Hal ini dapat dibuktikan adanya penelitian dari Washington University School of Medicine bahwa otak pria ternyata mengalami penyusutan lebih cepat daripada otak wanita. Oleh karena itu, Mari kita hapus pandangan kita bahwa wanita itu lemah dan tidak berdaya. “Tuhan menjadikan perempuan dan laki-laki sebagai mahluk yang memiliki derajat dan martabat yang sama” ucap RA Kartini.

claresta sharon

Baca Juga