Buku Srimenanti adalah novel perdana Joko Pinurbo. Joko Pinurbo (selanjutnya akan dipanggil Jokpin) memanglah seorang penyair ternama. Kepenyairannya mulai dikenal setelah ia menerbitkan kumpulan puisi Celana (1991). Buku puisi terbarunya adalah Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016), Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu (2016), dan Buku Latihan Tidur (2017).
Sebagai penyair kawakan dengan segudang pengalaman, Jokpin patut mendapat banyak penghargaan. Penghargaan atas karyanya berupa Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001 dan 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2002 dan 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005 dan 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Penulis novel yang berangkat dari seorang penyair ini tetap teguh memegang prinsip sehingga dalam menulis novel pun banyak ditemukan diksi-diksi dan kalimat yang kental dengan kepenyairannya. Naluri seorang penyair memang sulit dilepas dulu untuk kemudian memasukkan naluri seorang penulis novel. Maka, novel Srimenanti ini pun hadir dengan bahasa puitis yang diperluas. Artinya, menurut saya, Srimenanti ini adalah sekuntum puisi yang dipetik di taman cakrawala yang dikembangkan dengan begitu cantik oleh si tangan penyair.
Biar tidak penasaran, berikut saya kutip paragraf pada halaman pertama di dalam buku ini.
Malamnya saya dipeluk demam setelah bertubi-tubi di cumbu hujan. Dalam demam saya ingin bertemu dengan sajak-sajak kesayangan saya. Buat orang semelankolis saya, membaca puisi sering mujarab dari minum obat dan saya ingin lekas sehat. Nah, saya berhenti lama di sajak Sapardi Djoko Damono “Pada Suatu Pagi Hari”, sajak yang selalu saya kangeni, padahal sajak tersebut hanya mengungkapkan sebuah ingin.
Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.
Dan begitulah. Novel ini lekat sekali dengan puisi, atau jika boleh dikatakan, novel ini adalah puisi dengan baris yang sangat panjang menjulang hingga menjelma prosa yang tak seorang pun kuasa menahan memendekkannya.
Atau silakan buka lagi novel Srimenanti halaman 133. Di halaman itu hanya dipenuhi pertanyaan demam yang hanya secuil.
Demam bertanya, “Kamu tadi minum apa? sebentar tertidur, sebentar terjaga.”
Novel ini betul-betul penuh teka-teki. Namun, jika kita membacanya berkali-kali sambil menyatukan pikiran, kita temukan novel ini sungguh indah, ringan dan rada lucu. Selamat membaca!
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
Terkini
-
4 Mix and Match Blazer Anti-Boring ala Noh Sang Hyun, Gaya Makin Macho!
-
Rektor UI Harumkan Indonesia: Penghargaan Tohoku University Lengkapi Lompatan UI di Peringkat Dunia
-
Suporter SMAN 3 Cibinong Panaskan Grand Final AXIS Nation Cup 2025
-
Aksi Seru dan Komedi Berpadu, Prime Video Bagikan Trailer Film Playdate
-
Hamil Lagi, Lesti Kejora dan Rizky Billar Siap Sambut Kehadiran Anak Ketiga