Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Buku "Rumah Seribu Cermin". (DokPribadi/samedy)

Setiap kesuksesan harus melewati sederet proses yang tak sebentar. Bahkan ada proses yang begitu panjang yang harus dilewati sebelum seseorang menggapai apa yang dicita-citakan. 

Seorang penulis misalnya, ketika ingin memiliki karya, sebuah buku misalnya, maka harus belajar menulis, latihan menulis tanpa kenal lelah, menawarkan karyanya ke berbagai penerbit, media massa, dan seterusnya. Itu pun masih kerap mengalami penolakan demi penolakan. Tapi saya yakin, ketika dia tak mudah menyerah, terus belajar menulis dan memperbaiki karyanya, kelak akan ada penerbit yang tertarik memuatnya. 

Kuncinya, jangan lelah dan nikmatilah setiap proses yang ada. Apa pun profesi kita, asalkan terus berjuang tanpa putus asa, kelak ada masanya kita behasil menggapai apa yang diharapkan.

Memang, ada saat-saat kita butuh motivasi dan inspirasi terutama ketika kita sedang merasa lelah atau ingin menyerah. Yang penting dipahami bahwa sumber inspirasi dan motivasi bisa kita dapatkan dari mana saja. Dari teman, sahabat, hingga buku-buku bacaan.

 Buku berjudul “Rumah Seribu Cermin” (2013) karya John Rinaldi misalnya. Buku berisi kumpulan kisah menarik yang kaya akan pesan-pesan berharga dan bisa menjadi sumber inspirasi. Kisah seorang pengrajin batu misalnya, bisa kita baca dan renungi maknanya. Begini kisahnya:

 Suatu hari, seorang pengrajin batu berjalan di gunung yang sangat gersang dan melihat seonggok batu berwarna cokelat kusam yang diselimuti lumut serta lapisan luarnya relatif lapuk. Dengan sekuat tenaga, si pengrajin mengayunkan godam ke batu tersebut. Dan, batu sebesar kepala pun akhirnya dia dapatkan. Lalu, mulai tampaklah warna asli dari batu tersebut, yakni berwarna putih.

Batu tersebut dibawanya pulang. Dia memotong batu dengan gerinda, menghaluskan permukaannya yang kasar, lalu dipoles. Siang malam dia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin. Dari warna batu yang kusam dan kasar berangsur-angsur menjadi putih, mengkilap, dan licin. Dia tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batu penghias cincin, dan akhirnya terciptalah sebuah batu yang sangat berharga.

Pelajaran atau hikmah yang bisa dipetik dari kisah pengrajin batu tersebut adalah: bahwa alam memberikan banyak pelajaran bagi kita. Kita laksana sebongkah batu yang terkadang lapuk, berlumut, dan rapuh saat tak mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, dan polesan ampelas merupakan gambaran berbagai bentuk cobaan yang datang silih berganti menempa kita.

Apakah kita akan memilih menjadi seonggok batu tak berharga, atau memilih menjadi seonggok batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin bernilai mahal? Tentu setiap pilihan ada di tangan kita (Rumah Seribu Cermin, halaman 146).

Semoga kisah pengrajin batu tersebut bisa menjadi renungan dan sumber inspirasi bagi para pembaca. Semoga bermanfaat.

***

Sam Edy Yuswanto