Bumi, sebagaimana manusia, adalah makhluk. Bedanya, manusia mempunyai potensi untuk patuh atau membangkang, sedangkan bumi senantiasa patuh kepada Allah Sang pencipta. Lantas, bagaimana wujud kepatuhan bumi? Bumi patuh dengan senantiasa berotasi pada porosnya dan setia mengitari matahari. Dalam Al-Quran Surat Al-Dzariyat: 20 dijelaskan, “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin” (Ayat-Ayat Semesta, Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan, halaman 243).
Agus Purwanto, D.Sc. menjelaskan, kita umumnya membayangkan bumi sebagai bongkahan tanah dan batu yang padat, besar, dan tanpa lubang, kecuali kecil seperti lubang jangkrik dan cacing. Ternyata di dalam bumi juga terdapat sungai, bahkan banyak sungai. Di bawah tanah suatu tempat di permukaan bumi bisa jadi ada dua atau tiga sungai, bahkan lebih, dengan kedalaman berbeda. Muara akhir sungai tetaplah laut atau daerah rendah dekat laut. Di sinilah orang kuno tahu adanya sungai bawah tanah.
Sungai bawah tanah terjadi jutaan tahun yang lalu sebagai tertutupnya laut oleh endapan kapur daratan. Air yang tertahan oleh batu keras akan tersimpan di tempat tersebut dan akan mengalir sebagai aliran sungai bila batu keras yang menahannya pecah, misalnya, akibat gempa bumi. Air ini akan terus mengalir ke tempat yang lebih rendah sampai akhirnya mencapai laut (Ayat-Ayat Semesta, Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan, halaman 270).
Agus Purwanto, D.Sc. melanjutkan keterangannya, bumi dan isinya, termasuk sungai bawah tanah, diciptakan dengan haq (benar). Lebih lanjut, Muslim juga meyakini bahwa semua ciptaan tersebut dipahami dan dikelola manusia dalam mengemban dan realisasi misi kekhalifahannya di bumi. Tanpa pemahaman yang memadai, manusia akan mudah terperosok dalam tindakan yang dapat merusak kesetimbangan bumi dan alam secara keseluruhan.
Semburan lumpur panas di daerah Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, adalah salah satu contoh ekstremnya. Kita tidak mempunyai informasi yang cukup tentang keadaan bawah permukaan tanah wilayah tersebut, tetapi nekat melakukan pengeboran. Hasilnya, lumpur panas yang menyembur. Pengetahuan yang juga tidak memadai berakibat penanganan yang tambal-sulam, berlarut-larut, dan menyebabkan penderitaan serta kesengsaraan ribuan masyarakat di wilayah tersebut (Ayat-Ayat Semesta, Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan, halaman 271).
Terbitnya buku Ayat-Ayat Semesta, Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan karya Agus Purwanto, D.Sc. ini menarik dijadikan sebagai wawasan yang dapat membantu pembaca menyadari betapa pentingnya merawat bumi dan segala isinya. Semoga bermanfaat.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Rumah Tanpa Jendela: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Kecil
-
Ulasan Novel A Farewell To Arms: Kisah Tentang Perang, Cinta, dan Kesetiaan
-
Ulasan Film War 2: Aksi Samurai hingga Drama yang Bikin Baper
-
Misteri Raibnya Para Penduduk dalam Buku Spog dan Spiggy di Planet Alotita
-
Ulasan Novel Snoop: Dilema Privasi di Balik Layar Teknologi
Terkini
-
Sinopsis Drama China Fell Upon Me, Tayang di iQIYI
-
Lembapnya Tahan Lama! 4 Toner Korea Hyaluronic Acid Bikin Wajah Auto Plumpy
-
Do What I Want oleh Monsta X: Rasa Bebas dan Percaya Diri Melakukan Apa Pun
-
Bye-Bye Pori-Pori Besar! Ini 4 Serum Korea yang Ampuh Bikin Wajah Halus
-
Bojan Hodak Akui Chemistry Persib Bandung Belum Padu, Imbas Perombakan?