Bisa dikatakan, entrepreneurship dan innovation adalah kunci bisnis di era sekarang. Entrepreneurship yang baik membuat orang terus berjuang mencari peluang. Sedangkan inovasi membuat orang menghasilkan produk atau layanan yang selalu diminati. Dalam buku berjudul Lead The Innovation Game ini, ada kisah menarik tentang kepemimpinan dan inovasi bisnis dari Pambudi Sunarsihanto, seorang career coach mumpuni di era milenial.
Sisi menarik dari buku Lead The Innovation Game, adalah kiat-kiat bisnis yang disuguhkan dengan gaya fiksi atau bercerita. Pambudi menulis buku bisnis tak ubahnya novel. Inspirasi bisnis tak disusun dengan format kaku yang menggurui, namun beterbaran di setiap babak cerita. Ketika menyimak berbagai episode cerita di buku ini, pembaca dihadapkan dengan situasi dan berbagai tantangan bisnis yang begitu dinamis.
Dikisahkan seorang Andi, anak muda yang ditunjuk memimpin pengembangan produk bisnis milik Pak Joko, pengusaha ayam goreng yang bisnisnya sedang turun drastis.
Andi menjelaskan bahwa semua produk pasti mengalami life-cycle. Siklus semua produk sama; dirintis (start-up), berkembang pesat (growth), laris dan menghasilkan banyak keuntungan (maturity), dan akhirnya menurun (decline). Sebab, dunia terus berubah dan pelanggan juga berubah (hlm 12). Perubahan tersebutlah yang kemudian harus direspon dengan inovasi, produk dan layanan yang sesuai kebutuhan zaman.
Resmi menjadi Chief Innovation Officer, Andi memimpin 6 anak-anak muda dinamis. Bagi Andi, memimpin generasi milenial perlu kiat khusus. Sebab, milenial berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka tak sekadar memikirkan uang, namun juga butuh ruang untuk berkreativitas dan berkembang. "Mereka lebih mementingkan kebebasan dan pengalaman yang mereka dapatkan," kata Andi (Lead The Innovation Game, hlm 40)
Bersama timnya, Andi memimpin diskusi untuk mencari produk baru yang inovatif. Ini dilakukan dengan memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan, problem-problem, dan memunculkan ide-ide dari anggota tim untuk menjawabnya. Singkat cerita, Andi meyakinkan pada Dewan Komisaris untuk mengimplementasikan empat proyek di empat kota berbeda; ayam bakar Prancis di Jakarta, salad sehat di Bandung, restoran Italia di Surabaya, dan French bakery di Medan.
Sejak saat itu, Andi menjalankan peran sebagai leader. Di sini, ia memberi catatan bahwa leader zaman sekarang tak sekadar dituntut bisa mengembangkan bisnisnya, namun juga harus bisa mengembangkan anak buah dan timnya. Sebagai pemimpin, kita harus selangkah lebih maju dari tim. "Saat tim kita tahu, kita sudah exited. Saat tim exited, kita sudah frustasi. Saat tim frustasi, kita sudah eksplorasi mengajak mereka untuk mencari cara baru untuk mengimplementasikan," jelasnya (Lead The Innovation Game, hlm 96).
Tiga sampai empat bulan berjalan, Andi meminta laporan perkembangan proyek tersebut. Tim minder karena hasilnya sangat minim. Tapi Andi menyemangati. Baginya, produk eksperimen atau inovasi tak bisa dibandingkan dengan produk perusahaan yang sudah puluhan tahun berjalan.
Mengukur keberhasilan sebuah inovasi harus dilakukan dengan cara berbeda. Secara kuantitatif, bisa diukur dari jumlah pelanggan, pembelian, dan pelanggan yang kembali. Secara kualitatif, dengan sejauh mana kepuasan pelanggan, popularitas produk, dan kedekatan emosional dengan pelanggan. Secara finansial, diukur dari nilai total penjualan dan keuntungan.
Ketika mendapati bahwa proyek masih minim perkembangan, Andi memimpin tim melakukan evaluasi dan perbaikan. Ada yang memberi evaluasi terkait penyempurnaan produk, menekan harga agar lebih terjangkau, dan menggencarkan promosi lewat berbagai media. Setelah beberapa waktu, dari empat proyek yang dijalankan, French chicken roast di Jakarta menjadi proyek paling berhasil. "Proyek di Jakarta membuahkan keuntungan yang sangat besar dan menutupi kerugian di kota-kota lain" (Lead The Innovation Game, hlm 132). Inilah produk yang kemudian dikembangkan Andi di 100 gerai di 10 kota di Indonesia.
Buku Lead The Innovation Game menghadirkan sesuatu yang baru. Sebab, jarang ada buku-buku bisnis ditulis dengan gaya fiksi. Ini menarik karena gaya penulisan fiksional membangkitkan imajinasi yang dikombinasikan dengan sintesis dan kiat-kiat bisnis, wirausahawan, dan inovasi, sehingga sembari menyimak cerita, pembaca akan menemukan banyak kiat dan pelajaran bisnis tanpa merasa digurui.
Tag
Baca Juga
-
17 Tahun Itu Bikin Pusing: Inspirasi Menjadi Gen Z Tangguh Pantang Menyerah
-
Ulasan Buku Karya Rebecca Hagelin: Tips Melindungi Anak dari Konten Negatif
-
Kitab Anti Bodoh: Menjadi Pemilih Cerdas Tanpa Cacat Logika
-
Modal Ngeblog Bisa Sampai Yurop: Rahasia Jalan-Jalan Gratis dari Menulis
-
Am I There Yet: Eksplorasi Masa Remaja Penuh Makna
Artikel Terkait
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Program Bulog Hijau: Tanam 570 Bibit Mangrove di Bali, Selamatkan Ekosistem Pesisir
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
-
Ulasan Buku Bob Sadino Karya Edy Zaqeus: Mereka Bilang Saya Gila!
-
Suara Hati Rakyat kepada Para Pemimpin dalam Buku Bagimu Indonesiaku
Ulasan
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
-
Ulasan Buku Bob Sadino Karya Edy Zaqeus: Mereka Bilang Saya Gila!
Terkini
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan
-
Berbau Seksual, Lirik Lagu Tick Tack English Ver. Karya ILLIT Dikecam Penggemar