Dongeng adalah bentuk cerita paling awet. Kita mengenal banyak dongeng yang sudah berusia ratusan, bahkan ribuan tahun dan masih terdengar hingga sekarang. Terlebih, di Indonesia sebagai negara dengan kekayaan tradisi dan budayanya, dongeng masih hidup dan menjadi bagian dari kekayaan kebudayaan di berbagai penjuru Nusantara.
Di dunia internasional, ada banyak dongeng telah diadaptasi dalam berbagai karya seni hingga hari ini. Misalnya, dongeng klasik Jerman The Nutcracker and The Mouse King. E.TA. Hoffmann menulis cerita yang menakjubkan lewat cerita seorang bocah bernama Marie Stahlbaum dan boneka kayu pemecah kacang berbentuk prajurit yang dinamai Nutcracker.
Diceritakan, Marie begitu menyukai boneka bernama Nutcracker.tersebut dan menyimpannya di sebuah lemari kaca bersama boneka lainnya. Hingga suatu malam, bocah itu menyaksikan sendiri ribuan tikus yang dipimpin oleh raja tikus berkepala tujuh muncul dan menyerang Nutcraker.
Tepat ketika raja tikus nyaris membunuh Nutcraker, Marie mencopot sepatu dan melemparkan ke arah raja tikus. Saat sadar, Marie sudah terbaring di ranjang ditemani ibu dan dokter. Marie kemudian menceritakan semua yang ia saksikan malam itu namun tak ada yang percaya.
Mr. Drosselmeier, lelaki yang memberi boneka Nutcracker, menceritakan pada Marie dongeng tentang Putri Pirlipat. Mendengarnya, Marie yakin bahwa Nutcracker sebenarnya adalah Drosselmeier muda yang telah dikutuk ratu tikus Lady Mouserinks karena menyelamatkan Putri Pirlipat dari kutukan.
Drosselmeier muda adalah anak seorang ahli boneka bernama Christoph Zecharias Drosselmeier, sepupu dari Drosselmeier. Drosselmeier adalah ahli jam istana yang ditugaskan mencari kacang Crackatook untuk mengembalikan kecantikan Putri Pirlipat yang telah dikutuk menjadi buruk rupa.
Drosselmeier muda berhasil memecahkan kacang dan Sang Putri Pirlipat yang mulanya buruk rupa kembali menjadi gadis muda cantik. Namun, tiba-tiba muncul ratu tikus Lady Mouserinks dan mengutuk Drosselmeier muda menjadi buruk rupa. “Anakkku yang bermahkota tujuh akan membalaskan dendamku,” kata ratu tikus tersebut sebelum mati (h 112).
Melihat Drosselmeier muda yang buruk rupa, sang putri menolak menikah dengannya. Sang raja juga murka dan mengusir ahli jam Drosselmeier dari istana. Dongeng tersebut membuat Marie yakin boneka Nutcracker adalah keponakan Drosselmeier yang dikutuk. Marie sempat melihat beberapa kali pertempuran kembali antara pasukan tikus kepala tujuh dengan Nutcracker, sebelum akhirnya Marie memberi Nutcracker sebuah pedang, sehingga bisa mengalahkan raja tikus.
Marie bahagia. Tubuhnya mengecil dan Nutcracker mengajaknya berpetualang ke tempat-tempat yang sangat indah dan ajaib. Kisah ini diliputi banyak keajaiban khas dongeng, dituturkan dengan renyah dan mudah membuat pembaca hanyut dalam jalan cerita di dalamnya. Membawa makna tentang kejujuran, perjuangan, dan keberanian.
Dongeng yang ditulis pertama kali oleh E.T.A. Hoffmann dengan bahasa Jerman pada tahun 1816 ini seolah tak lekang oleh waktu. Meski terhitung sudah dua abad lebih, kisahnya yang memikat terus menginspirasi kemunculan berbagai bentuk karya seni. The Nutcracker banyak diadaptasi menjadi pertunjukan balet, film animasi, dan fim layar lebar.
Penulis Prancis terkenal Alexandre Dumas juga menulis ulang kisah tersebut dan menjadikannya lebih ringan dan tidak terlalu mengerikan. Pada 1892, versi Alexandre ini diadaptasi menjadi pertunjukan balet oleh komposer Rusia, Tchaikovsky. Pertunjukan balet tersebut sangat populer, bahkan menjadi semacam ritual tahunan saat Natal.
Tak berhenti di sana, dongeng The Nutcracker juga diadaptasi menjadi berbagai film layar lebar dan animasi. Animasi tersebut di antaranya, Care Bears Nutcracker Suite (1988), Barbie in the Nutcracker (2001), dan Tom and Jerry: A Nutcracker Tale (2007). Adaptasi terbaru The Nutcracker diproduksi Disney pada tahun 2018 menjadi The Nutcracker and the Four Realms.
Baca Juga
-
Refleksi Hardiknas 2025: Literasi, Integritas, dan Digitalisasi
-
Membentuk 'Habit' Anak Indonesia Hebat
-
17 Tahun Itu Bikin Pusing: Inspirasi Menjadi Gen Z Tangguh Pantang Menyerah
-
Ulasan Buku Karya Rebecca Hagelin: Tips Melindungi Anak dari Konten Negatif
-
Kitab Anti Bodoh: Menjadi Pemilih Cerdas Tanpa Cacat Logika
Artikel Terkait
-
Review Buku 'Who Rules the World?', Ketika Kekuasaan Global Dipertanyakan
-
3 Rekomendasi Novel Thriler Psikologi yang Seru untuk Dibaca di Akhir Pekan
-
Novel Penebusan: Menyelami Sisi Gelap Kehidupan di balik Topeng Kebahagiaan
-
3 Novel ini Merupakan Medium atas Sebutan "Perempuan yang Melawan"
-
Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut: Harapan di Tengah Ancaman
Ulasan
-
Pernah Bayangin Hidup Jadi Hewan? 3 Novel China Ini Bahas Reinkarnasi Unik
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Novel The Hen Who Dreamed She Could Fly: Arti Tujuan Hidup dari Seekor Ayam
-
Ulasan Film Gak Nyangka..!!: Komedi tentang Mahasiswa yang Bikin Ngakak!
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
Terkini
-
BRI Super League: Kisah Adam Przybek Cicipi Tantangan Baru di Luar Eropa
-
4 Ide Gaya Kasual Kekinian ala Choi Yoon Ji, Bikin Mood Happy Seharian!
-
Kalahkan BLACKPINK, NCT Dream Raih Trofi Pertama Lagu BTTF di Music Bank
-
Payment ID: Awal dari Negara Polisi Finansial?
-
Oppo Reno 14 Pro 5G Resmi Hadir, Bawa Desain Premium ala Flagship