Oki Setiana Dewi adalah salah seorang aktris yang multitalenta. Selain mahir berakting, ia juga kerap menuangkan gagasan-gagasannya dalam bentuk buku. Sejumlah tulisannya terangkum dalam sejumlah buku seperti Melukis Pelangi, Dekapan Kematian, Sejuta Pelangi, Cahaya di Atas Cahaya, dan Sebentang Kearifan dari Barat.
Gagasan-gagasan Oki di sejumlah bukunya mendapatkan respons positif dari pembaca. Bahkan, beberapa ada yang best seller. Tulisan Oki memuat pengalaman-pengalamannya sebagai seorang aktris pendatang baru sejak membintangi film Ketika Cinta Bertasbih, yang diangkat dari novel karya Habiburrahman el-Syirazy.
Dalam Sebentang Kearifan dari Barat, Oki Setiana Dewi berbagi pengalamannya selama berinteraksi bersama orang-orang Eropa selama lawatannya ke sejumlah Negara seperti Australia, Jerman, dan Spanyol. Aktris yang juga seorang dai ini mengisahkan pengalamannya berinteraksi dengan orang-orang di negara yang minoritas Muslim. Perjalanan spiritual Oki dikisahkan dengan begitu apik dan menginspirasi banyak orang.
Saat berada di Australia, Oki memahami bahwa ada karakteristik orang Barat yang berbeda dengan karakteristik orang Timur. Bangsa Timur dikenal sebagai bangsa yang senang bergotong-royong dan tolong-menolong. Sementara bangsa Barat, dikenal dengan kepribadian individualistik.
Oki memahami individual di sini sebagai sikap seseorang yang meyakini bahwa setiap orang memiliki ruang privat, khususnya hak dan urusannya masing-masing. Namun, bukan berarti tak peduli dengan urusan orang lain. Karena itu, individualis di negara Barat bukan mengarah pada sifat egois, melainkan pada memahami dan menghormati kepentingan orang lain (halaman. 29).
Interaksi Oki dengan orang-orang di Barat yang tercatat dalam buku 242 halaman ini menjadi pelajaran berharga bahwa mereka begitu menghargai kehadiran Islam. Prinsip-prinsip agama Islam mereka pahami sehingga, terciptalah toleransi yang tinggi. Suasana yang begitu damai dan tenteram di bawah naungan cahaya Islam yang universal dan cinta damai.
Hal ini penting dilakukan agar siapa pun bisa memulihkan citra buruk Islam di mata dunia akibat berbagai aksi teror yang tak kunjung reda, bahkan hingga sekarang. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Semoga kehadiran buku ini bisa membuka pikiran pembaca tentang kearifan Islam di Negara-negara Barat. Negara-negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. (*)
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tentang Kerinduan pada Kampung Halaman dalam Buku Menunggu Musim Kupu-Kupu
-
Ulasan Buku Filosofi Jomblo: Esai-esai Ringan Mencerahkan
-
Rusia Tak Main-main, Hentikan Distribusi Gas Alam Ke Dua Negara Barat, Uni Eropa: Ini Pemerasan!
-
Kisah Islami Penggugah Inspirasi, Ulasan Buku Mukena Zahra
-
Ratusan Mantan Anggota Negara Islam Indonesia Ucap Sumpah Setia ke NKRI
Ulasan
-
Ulasan Buku Kepada yang Patah: Pulih terhadap Luka yang Ditinggalkan
-
Like A Rolling Stone (2024): Sebuah Refleksi untuk Kaum Perempuan
-
Apakah Sahabat Bisa Jadi Cinta? Jawaban Umi Astuti dalam To Be Loved Up
-
Novel Yujin, Yujin Resmi Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia: Kenapa Harus Baca?
-
'INSIDE OUT' oleh DAY6: Keberanian Ungkapkan Cinta yang Lama Terpendam
Terkini
-
Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' Menggema, Ini Kata Istana!
-
Pasangkan Duet Wasit Ma Ning dan Sivakorn Pu-Udom, Tanda-Tanda AFC Tak Berpihak kepada Indonesia?
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Tanggapi Isu Mandi Galon, Prilly Latuconsina Kritik Pedas Menpar Widiyanti
-
Air Galon, Menteri Pariwisata, dan Sindiran Prilly Latuconsina