Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy Yuswanto
Buku "Beginilah Cara Tuhan Mengubah Nasibku" (Dokumentasi pribadi/Sam Edy)

Saya percaya bahwa sedekah tergolong ibadah yang mendatangkan kebaikan-kebaikan. Bagi si penerima sedekah, ia merasa tertolong karena mendapatkan rezeki yang bisa meringankan beban hidupnya. Sementara bagi si pemberi sedekah, ia mendapatkan pahala dan keberkahan harta yang dimilikinya. 

Tentu saja, saat memberikan sedekah, kita harus menata hati, benar-benar meniatkan untuk membantu sesama, dan mencari keridaan Tuhan. Dengan kata lain, bersedekahlah karena Allah (lillaahi ta’aala), bukan bersedekah karena ingin mendapat pujian dari manusia.

Ada satu cerita menarik yang terinspirasi dari kisah nyata tentang hikmah bersedekah yang saya temukan dalam buku Beginilah Cara Tuhan Mengubah Nasibku. Buku berisi 19 cerita yang ditulis oleh 19 penulis ini bagus dijadikan sebagai sumber inspirasi sekaligus motivasi bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang gemar memperbanyak amal ibadah.

Tulisan berjudul Mengubah Nasib dengan Pertolongan Langit karya Ahmad Rifai Rifan menceritakan tentang kisah nyata yang dialami olehnya. Jadi ceritanya, dulu ketika Ahmad Rifai melepas masa lajang, menikah dengan perempuan pilihannya, ia ingin segera mendapat momongan.

Ia dan sang istri sempat gelisah dan sedih karena Tuhan belum kunjung memberikan buah hati padanya. Berbulan-bulan karunia momongan itu belum kunjung muncul dalam kehidupan mereka. Hingga suatu hari, mereka teringat dengan keajaiban sedekah. Ia sadar bahwa karunia berupa anak merupakan karunia yang luar biasa besar. Salah satu ikhtiar untuk menggapainya, harusnya kita berani mengeluarkan sedekah besar-besaran.

Selama ini mereka melakukan sedekah sekadarnya. Jarang sekali di atas 20 persen dari penghasilan. Namun pada bulan itu, mereka mencoba sedekah gila-gilaan. Bahkan, tak menghitung berapa sisa uang di rekening mereka. Tiap ada kesempatan sedekah, baik di jalanan, di tempat kerja, di sekitar rumah, mereka langsung mengeluarkannya tanpa pikir panjang. Tepat sebulan kemudian, sang istri didiagnosis positif hamil. Alhamdulillah.

Kisah tentang keajaiban sedekah juga dirasakan oleh Rosnita Gibran. Dalam tulisannya berjudul Bersedekah Mengundang Rezeki ia bercerita tentang masa-masa kuliahnya. Waktu itu adalah hari di mana ayah seharusnya mentransfer uang padanya. Namun, ayah tak kunjung mengirim karena ayah sedang tak ada uang. Pekerjaan ayah sedang sepi. 

Singkat cerita, dengan uang yang tinggal sedikit, ia berusaha mengirit. Bahkan ia rela puasa agar bisa mengirit biaya hidup. Di tengah kesulitan itu, tiba-tiba datang ujian. Ketika sore tiba, ia dan temannya ingin membeli makanan di warung. Sambil berjalan, ia meras cemas karena uangnya tinggal sedikit. Di tengah perjalanan ia bertemu kakek berbaju compang-camping dan kotor. Akhirnya ia memutuskan untuk memberikan sebagian uangnya kepada si kakek.

Ketika uangnya kian menipis, ujian itu datang lagi. Sepulang dari kampus, di tengah jalan menuju tempat kos, ia bertemu bocah kecil pengemis. Bocah yang sebelah kakinya tak ada itu membuatnya iba dan ingin menyedekahkan sebagian uangnya yang tinggal sedikit. Saat itu ia sedang puasa dan baru menyadari bahwa uang yang tersisa di saku tak cukup untuk berbuka puasa.

Namun ia tak menyesal telah bersedekah kepada pengemis itu. Ia hanya berharap dan berdoa, semoga (pada hari itu) ada keajaiban dari Allah untuknya. Lima belas menit sebelum azan Magrib, ia belum tahu mau berbuka puasa dengan apa. Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk, mengabarkan bahwa ayahnya sudah mentransfer uang padanya.

Kisah-kisah dalam buku ini layak dibaca dan semoga bisa menjadi energi bagi kita untuk selalu berusaha memperbanyak amal kebajikan. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sam Edy Yuswanto