Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | aisyah khurin
Novel Onwards and Upwards (goodreads.com)

Ingrid, wanita paruh baya yang baru saja kehilangan suaminya, mendapati kehidupannya berantakan. Rumah besar berantakan penuh barang-barang “koleksi” suami yang merupakan seorang pelapak barang lelang, serta tumpukan utang menanti untuk segera dibenahi.

Dalam keadaan ini, Ingrid memutuskan untuk downsizing, mengecilkan hidupnya dengan menyewa toko kecil milik bibinya di desa Willowbrook untuk membuka toko pop-up, hanya selama satu tahun, dengan satu tujuan, menjual semua barang suaminya, lalu memulai hidup sederhana yang selama ini diimpikannya.

Sayangnya, rencananya untuk hidup sederhana dan tak terlibat dalam kehidupan desa itu hancur berantakan. Dia tanpa sengaja terjebak masuk ke dalam pusaran komunitas desa melalui tiga wanita enerjik yang dikenal sebagai Saga Louts, plus bantuan si tukang kayu tampan bernama Joel, seorang ayah tunggal yang tak hanya membantu mendirikan toko The Treasure Trove, tapi juga mencuri perhatian Ingrid karena pesona yang sederhana dan tulus.

Ingrid jadi sosok sentral yang sangat relatable, seseorang yang merasa kehilangan arah pasca kehilangan orang terkasih dan tumpukan tanggung jawab. Dia ingin diam, namun perlahan menemukan kekuatan lewat bantuan orang lain. 

Saga Louts (Beryl, Winnie, Anthea) adalah highlight cerita dalam novel ini, wanita-wanita berani, lucu, tak kenal gentar, yang tanpa malu-malu mencampuri urusan Ingrid dan justru menjadi sumber tawa dan kekuatan emotional. Mereka bukan sekadar teman desa, tetapi semacam mentor kehidupan yang muncul di saat yang tepat.

Joel memberi sentuhan romantis dengan cara yang lembut dan realistis, ia bukan kisah cinta kilat, tapi bibit koneksi yang tumbuh perlahan dari kepedulian dan saling dukung semakin menambah dimensi hangat dalam cerita.

Tak ketinggalan karakter pendukung seperti Sam si pub owner, anak-anak (Leo, Elsie), dan tokoh minor lainnya yang membuat Willowbrook terasa hidup dan penuh warna. Novel ini kuat menyampaikan tema pertemanan dan komunitas sebagai penyelamat di masa sulit. Ingrid awalnya ingin menghindar, tapi malah perlahan menemukan tempat di mana ia benar-benar diterima. Banyak yang menyebutnya sebagai kisah tentang second chances, tentang menemukan “place to call home” baik secara fisik maupun emosional.

Tema persahabatan lintas usia juga terasa kuat. Membentuk ikatan dengan orang yang berbeda generasi, tanpa mengesampingkan keragaman, ada tokoh kulit hitam, pemuda, single parents, semua ditulis dengan natural, tanpa drama berlebihan. Romansa di sini bukan pusat narasi, melainkan “sentuhan hangat” dalam perjalanan penyembuhan, persis seperti potongan kecil kebahagiaan yang muncul dengan wajar dan menyenangkan.

Celia Anderson menuliskan cerita ini dengan gaya yang ringan, hangat, dan humoris. Beberapa momen lucu berhasil menghadirkan tawa tulus, sedangkan momen-momen reflektif menyentuh hati, sinkron dengan tema “feel-good” atau bacaan yang mengangkat semangat.

Seluruh suasana desa, karakter, dan dialog digambarkan penuh rasa yang membuat pembaca merasa seperti ikut duduk di meja kopi Willowbrook, mendengar obrolan sehari-hari yang akrab dan penuh kehangatan.

Secara keseluruhan, "Onwards and Upwards" adalah pilihan tepat jika kamu sedang mencari fiksi yang hangat, ringan, menghibur, dan cocok untuk dibaca di waktu santai. Ingrid adalah seorang janda paruh baya yang mencoba menyederhanakan hidup lewat toko pop-up. Tapi dia malah terpikat oleh keramahan, cinta, dan kedekatan komunitas di desa Willowbrook.

Tokoh kuat dan relatable, tema persahabatan dan memulai kembali, humor ringan yang menghibur, serta suasana komunitas yang menenangkan. Penggemar fiksi wanita yang ingin kisah mengangkat semangat, dengan karakter usia dewasa yang realistis dan penuh warna.

Identitas Buku

Judul: Onwards and Upwards

Penulis: Celia Anderson

Penerbit: Boldwood Books

Tanggal Terbit: 16 November 2024

Tebal: 346 Halaman

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

aisyah khurin