Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Niam At Majha
Buku Rekam Jejakk Para Sahabat Kaya Raya ( dok pribadi/niamatmajha)

Siapa yang tak mengenal nama Abu Bakar Ash-Shiddiq Shiddiq, Umar bin Khattab, Siti Khadijah binti Khuwailid, Utsman bin Affan dan Abdurahman bin Auf. Mereka adalah para sahabat Nabi, Rasulullah Saw. Namun tahukah bahwa mereka semua ternyata adalah pebisnis andal yang banyak memperoleh kesuksesan dari bisnis yang mereka geluti.

Diantara mereka ada yang berprofesi sebagai seorang saudagar dan ada pula yang berprofesi sebagai tuan tanah yang memiliki kebun maupun hewan ternak. Abdurrahman bin Auf dan Utama bin Affan misalnya, keduanya di kenal luas sebagai saudagar besar di Jazirah Arab. Konon keduanya pernah menggiring kafilah dagangnya hingga ke negeri Syam, pusat perdagangan dunia saat itu. 

Dan siapa bilang umat Islam identik dengan kemiskinan? Justru Islam menganjurkan umatnya agar kaya raya, sehingga bisa beribadah dan  membantu muslim lainnya. Buku ini telah menepis semuanya apabila Islam identik dengan kemiskinan, inilah buku yang merekam secara lengkap tentang jejak para pebisnis kaya raya dari kalangan sahabat Rasulullah Saw. 

Buku bertajuk Rekam Jejak Para Sahabat Kaya Raya ini menegaskan apabila sejarah telah membuktikan jika menjadi kaya raya adalah sebuah keharusan. Dalam buku ini menceritakan biografi para sahabat seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Umar bin Khattab, Zubair bin Awwan, Hakim bin Hizam dan Khalid bin Walid. Dengan mengenal para sahabat tersebut kita bisa mengambil suri tauladan perihal kehidupan dan cara mereka berbisnis. 

Sebab dalam buku ini merekam dengan jelas rekam jejak perjuangan mereka, dalam berjuang, berbisnis, dan berkorban melalui jalan Allah. Jadi apabila ingin mengenal terkait perjuangan orang kaya raya maka buku ini layak untuk dibaca dan ditelaah serta diambil intisarinya. Karena apabila orang Islam banyak yang kaya raya,  dakwah untuk menyebarkan agama Allah sangatlah mudah, kita bisa mengangkat kemiskinan, lapangan pekerjaan semakin banyak. Tak cukup hanya itu saja, melaikan apabila kita secara bekal di dunia yaitu kekayaan sudah terpenuhi, tentu untuk beribadah akan lebih tenang dan nyaman. Intinya kekayaan adalah segalanya, tinggal bagaimana kita akan menjalankan apa yang di amanahkan Tuhan semesta alam.

Niam At Majha