Seorang bijak bestari mengatakan, "Belajar pangkal pandai. Malas pangkal bodoh." Kalam hikmah ini sangat benar. Tidak ada seorang pun yang malas belajar akan menjadi pandai. Begitu pula sebaliknya, orang yang dengan semangat tinggi untuk rajin belajar, tidak akan menjadi bodoh. Dengan belajar, ketidaktahuannya seketika terpecahkan. Kebuntuannya akan menemukan jalan keluar. Dinding kebodohannya bisa menjadi runtuh.
Untuk meningkatkan semangat belajar, kita butuh figur yang bisa kita contoh, serta kita tiru. Mulai bagaimana caranya mereka belajar, proses berguru, dan merawat keilmuannya. Dari itu, dengan membaca buku karya Thoriq Aziz Jayana yang berjudul Ulama-Ulama Nusantara yang Mempengaruhi Dunia ini, kita menjadi terinspirasi untuk meneladani semangat belajar mereka sehingga menjadi ulama yang diakui dunia.
Buku ini memuat sejarah hidup tiga ulama nusantara yang sudah mendunia, yaitu Syekh Junaid al-Batawi, Syekh Nawawi al-Bantani, dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Ketiganya merupakan ulama asli nusantara yang telah dinobatkan oleh petinggi tanah Haramain untuk menjadi imam, khatib dan pengajar di Masjidil Haram. Tentu, jalan menuju ke sana tidaklah mudah. Mereka butuh perjuangan serta pengorbanan dalam belajar hingga keilmuannya begitu mumpuni.
Demi mendapatkan sebaris ilmu, mereka harus mengorbankan banyak hal dalam hidupnya. Mulai dari meninggalkan kampung halaman, mematangkan niat, membulatkan tekad, mempersiapkan biaya, mencari guru yang tepat, rela kelaparan, melakukan perjalanan yang jauh, dan lain sebagainya.
Sebagai pengembara ilmu sejati, Syekh Junaid al-Batawi rela meninggalkan Betawi demi mempelajari ilmu di pusat-pusat studi keislaman. Saat ia berhasil menguasai banyak ilmu, ia tidak pelit mengajarkan ilmunya kepada orang lain, terutama kepada masyarakat Nusantara yang sedang berhaji. Ia mentransfer keilmuannya kepada para santri yang rela meluangkan waktunya untuk menimba ilmu di mejelisnya (halaman 52).
Ilmu yang tidak bermanfaat itu laksana pohon yang tidak berbuah. Ia hanya tumbuh menjulang, sementara orang-orang sekitarnya tidak bisa memetik buah yang dihasilkannya. Begitu pun dengan ilmu. Bagi para ulama, ilmu itu tidak bermanfaat jika tidak diamalkan. Dan cara efektif untuk mengamalkan ilmu ialah dengan cara mengajarkannya kepada orang lain. Mereka mengajar dengan telaten, sabar, dan istikamah. Dengan ulasan buku ini, semoga kita semua bisa meneladani semangat para ulama dalam belajar dan mengajari ilmu.
Tag
Baca Juga
-
Berani Keluar dari Zona Nyaman Bersama Buku Kukang Ingin Melihat Dunia
-
Ulasan Buku Ulama, Pewaris Para Nabi: Mengenalkan Tugas-Tugas Ahli Agama
-
Ulasan Buku Gaga dan Ruri: Ajari Anak agar Tidak Mengambil Milik Orang Lain
-
Ulasan Buku Atraksi Beka: Temukan Bakat Diri dengan Melawan Rasa Ragu
-
Ulasan Buku Badu dan Kue Pesanan: Membangun Rasa Percaya Diri Sejak Dini
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'I DO', Siapkan Pernikahan dan Putus Rantai Trauma Keluarga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Ulasan Novel The Name of The Game: Membongkar Topeng Toxic Masculinity
-
Jawaban Pertanyaan Hidup di Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan
-
Ulasan Buku 'Bukan Dunia yang Keras, Mungkin Kita lah yang Terlalu Lunak'
Ulasan
-
Review Film The Zen Diary: Pelajaran Hidup Selaras dengan Alam
-
Review Film X-Men '97, Pertaruhan Nasib Mutan Usai Kepergian Profesor X
-
Ulasan Buku 'I DO', Siapkan Pernikahan dan Putus Rantai Trauma Keluarga
-
Ulasan Novel Lotus in The Mud: Ketika Harus Berjuang di Tengah Tekanan
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
Terkini
-
Kreator One Punch Man Luncurkan Manga Shonen Jump Terbaru Berjudul Bug Ego
-
Brace Marselino Antar Timnas Indonesia Raih Kemenangan, Ini Nasib Arab Saudi
-
Wow! PSSI Targetkan Timnas Putri Mampu Raih Peringkat ke-3 di AFF Cup 2024
-
Yance Sayuri Berambisi Kejar Rekor Saudaranya di Timnas Indonesia, Mengapa?
-
3 Film Beragam Genre Dibintangi Austin Butler yang Pantang Buat Dilewatkan!