Apa yang terbesit dalam pikiranmu kalau mendengar kata pesulap? Pastinya orang yang melakukan berbagai macam trik sulap, bukan? Namun, apa jadinya kalau seorang pesulap menjadi seseorang yang menyelidiki sebuah kasus pembunuhan?
Novel ini sebenarnya sudah cukup menarik perhatian, di toko buku pun masuk ke dalam etalase menjadi salah satu buku yang laris. Hal yang menarik tentunya berasal dari blurbnya. Saya seketika langsung penasaran, kalau pesulap jadi detektif itu akan jadi seperti apa ya? Saya tidak ada gambaran sama sekali, makanya cukup tertarik.
Rating buku ini adalah 17+ dengan Trigger Warning kasus pembunuhan.
Dari awal cerita, penulis buku ini, Keigo Higashino menggambarkan dengan sangat jelas bagaimana kondisi Jepang saat dilanda kasus awal COVID-19. Jadi bisa dikatakan, cukup relevan dengan keadaan saat ini.
Saya cukup suka dengan cerita Keigo Higashino yang ini. Ralat, suka sekali. Hal yang buat saya merasa suka adalah dari segi penokohan. Para tokoh di buku ini digambarkan secara jelas, bukan hanya sekadar tempelan. Dan saya sendiri suka dengan tokoh Takeshi yang memang cukup eksentrik dalam buku ini.
Sewaktu pembongkaran pelaku pembunuhan tersebut, saya sangat menikmatinya, bahkan dibaca berulang-ulang saat bagian ini. Karena menurut saya, pada bagian ini cara menjelaskannya tidak seperti buku-buku serial detektif lainnya.
Dari segi jalan cerita, memang ada beberapa bagian yang membosankan karena terkesan berisi deskripsi saja, dan ada beberapa bagian jalan cerita yang sebenarnya, masih cukup penasaran.
Sedikit Spoiler, saya masih bingung dengan alasan Takeshi sudah enggan dipanggil dengan nama panggungnya, dan juga beberapa detail kecil lainnya. Entah apakah memang tidak diceritakan, atau lupa diceritakan. Kita tidak ada yang tahu.
Oh iya, tertulis di judul kalau pembunuhan itu berada di kota tak bernama. Dan memang, sampai saat ini, benar-benar tidak tahu apa nama kota tersebut, tetapi penggambaran suasana kotanya cukup terasa. Saya cukup suka pada bagian ini, karena buat saya jadi bisa berimajinasi lebih jauh tentang kota ini. Saya menjadi membayangkan bagaimana caranya sebuah kota yang tidak memiliki nama, bisa dikenal oleh masyarakat kota lainnya.
Tapi secara keseluruhan, saya suka dengan ceritanya sampai-sampai tidak sadar kalau bukunya sudah selesai dibaca .Trik-trik sulap yang digunakan juga cukup terbayang di kepalaku. Mungkin akan lebih seru kalau dibuat film. Bagaimana menurut pendapat kalian? Apakah juga setuju kalau cerita buku ini lebih cocok kalau dibuat film?
Baca Juga
-
Sirah Cinta Tanah Baghdad, Ketika Balas Budi Harus Tahu Batas
-
Review Novel Deessert, Masalah Cinta yang Belum Selesai
-
Review Novel Jadi Siapa Pemenangnya? Pilih Orang Baru atau Cinta Pertama?
-
Review Novel Romankasa, si Aktor Narsis dan Asisten Tak Berpengalaman
-
Review Novel Kembali Bebas, Ketika Menikah Lama Bukan Berarti Bahagia
Artikel Terkait
-
Heboh! Pesulap Merah KW Ikut Pawai Bareng Bapak-Bapak
-
Bukan Santet, Pesulap Merah Beri Penjelasan Logis Kenapa Orang Bisa Muntah Benda Aneh
-
3 Cara Kreatif Menata Buku, Atur Sesuai Warna?
-
Getol Bongkar Trik Perdukunan, Pesulap Merah Diduga Ustaz yang Menyamar
-
Orang Muntah Benda Aneh karena Kena Santet, Ini Penjelasan Pesulap Merah
Ulasan
-
Hada Cable Car Taif: Menyusuri Pegunungan Al-Hada dari Ketinggian
-
Ulasan Novel Janji, PerjalananTiga Santri Menemukan Ketulusan Hati Manusia
-
Review Film Avatar Fire and Ash: Visual Memukau, tetapi Cerita Terasa Mengulang
-
Ulasan Novel Grass, Kesaksian Sunyi Perempuan Korban Perang
-
Ulasan Drama Love in the Clouds: Takdir yang Tidak Pernah Melepaskan
Terkini
-
Pesan untuk Para Ibu di Hari Ibu: Jangan Lupa Mengapresiasi Diri Sendiri
-
Jangan Terjebak Ekspektasi, Ini Cara Sehat Mengelola Tekanan Sosial
-
Jangan Anggap Sepele! Larangan Selama Kehamilan yang Sering Diabaikan
-
4 Moisturizer yang Ampuh Berikan Efek Brightening dan Perkuat Skin Barrier!
-
CERPEN: Banjir di Hari Pernikahan