Billa BungSulung adalah novel anak karya Resti Dahlan, diterbitkan Lintang, lini Indiva Media Kreasi, khusus buku-buku anak.
Secara ringkas, novel ini menceritakan keseharian Billa atau Salsabilla Qodri. Dia adalah bungsu dari tiga bersaudara. Di rumah, kakak-kakak biasa mengalah kepadanya. Sebab itu, sikap Billa cenderung manja.
Suatu ketika, dalam liburan akhir tahun ajaran, Billa pergi ke Malang, ke rumah adik ayahnya. Awalnya, dia bersuka cita akan bersua adik-adik sepupu yang lama tak ditemuinya. Tapi, belum sehari bertemu, kepala Billa nyaris pecah tak percaya.
Apa pasal?
Adik-adik sepupu yang bertahun lalu, lucu dan menggemaskan, telah bertransformasi menjadi bocah-bocah badung dan sukar diatur.
Sebab itu, asisten rumah tangga tidak ada yang betah bekerja di rumah mereka.
Berselang hari kemudian, asisten rumah tangga, pergi. Billa si bungsu yang cenderung manja, harus membantu mengasuh adik-adik sepupu yang bandel dan manja, lebih manja dari dirinya.
Di sinilah, kesabaran dan ketangguhan mental Billa diuji, juga ditempa. Seperti kata ayahnya, "Sabar itu seperti berenang, harus banuak latihan, agar terbiasa." Kalimat 'sakti' itulah yang kemudian coba diterapkan Billa.
Novel anak ini, dituturkan lewat pilihan kata yang dinamis, sehingga terasa cas-cis-cus. Seperti mendengarkan orang bercerita dengan sangat antusias.
Urutan kejadiannya pun dinamis. Membuat pembaca tergerak untuk terus membaca halaman-halaman berikutnya.
Karakter-karakter tokoh-tokohnya pun unik. Ada yang badung sekali, jahil, super manja, ngambekan, santai, dan seterusnya.
Namun, tiap-tiap tokoh tidak dapat digolongkan sebagai protagonis maupun antagonis. Sebab, masing-masing punya sisi kelebihan dan kekurangan, layaknya manusia pada umumnya.
Jadi, dapat disimpulkan, tokoh-tokoh novel Billa BungSulung ini, amatlah manusiawi. Karakternya membumi, bisa dengan mudah kita temui di kehidupan keseharian. Atau mungkin, karakter salah satu tokohnya serupa karakter kita sendiri?
Selain itu, karakter-karakter dalam novel ini mengalami perkembangan kepribadian. Lewat interaksi satu sama lain, lewat kejadian demi kejadian, terjadilah pergeseran pandangan dan sikap para tokohnya ke arah yang lebih baik.
Proses membaca novel ini hingga tamat adalah proses yang nikmat lagi menyenangkan.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Mitos dan Aksi, Racikan Seru dalam Film Fountain of Youth
-
Ulasan Novel The Paris Apartment: Apartemen Mewah yang Menyimpan Kengerian
-
Ulasan Buku Nenek Mipo Sang Perajut Mimpi, Kisah Imajinatif Pengantar Tidur
-
Review FIlm Dendam Malam Kelam: Perselingkuhan, Pembunuhan, dan Penyelidikan
-
Warung Nayamul: Kuliner Khas Jawa dengan Konsep Prasmanan yang Nyaman
Terkini
-
Cultural Tokenism di Dunia Hiburan: Representasi atau Sekadar Simbolik?
-
Diplot untuk Gantikan Oratmangoen, Lilipaly Sejatinya Layak untuk Dapatkan Posisi Itu
-
Jalani Musim yang Suram, Manchester United Berpeluang Besar Dapatkan Satu Trofi
-
Bird On The Edge oleh Lee Mu Jin: Bertahan di Tengah Hati yang Hancur Lebur
-
Bangun Kesadaran Sosial, Komunitas RETAS UNJA Gelar Edukasi di Lapas Jambi