Keberadaan media sosial di zaman sekarang adalah termasuk kebutuhan bagi banyak orang. Hal ini tentu tidak mengherankan, karena media sosial memang memiliki banyak dampak positif bagi banyak orang. Meskipun tak dipungkiri, dampak negatif dari keberadaan media sosial juga tak kalah banyak. Misalnya, disalahgunakan untuk melakukan aksi penipuan, menyebarkan berita-berita bohong atau hoaks, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penelitian (berjudul ‘Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi, 2012) yang pernah dilakukan oleh Nurudin, setidaknya ada beberapa perubahan yang terjadi akibat munculnya media sosial yakni: perubahan hubungan sosial, jurang kaya dan miskin informasi semakin lebar, privacy terganggu, orang terpencil dari lingkungan sosial, dan informasi “sampah” disusupkan (halaman 50).
“Informasi sampah” sebagaimana dijelaskan Nurudin dalam buku ini adalah informasi yang tidak mempunyai nilai berita (dalam istilah jurnalistik). Bisa juga informasi yang tidak mendidik atau informasi yang menurut penilaian orang tidak bermanfaat. Tentu saja tidak bermanfaat di sini multitafsir. Namun demikian, sebuah informasi yang tidak memberikan kemanfaatan banyak orang masuk dalam kriteria informasi yang tidak bermanfaat.
Dalam media sosial, informasi sampah sering kali muncul dalam status Facebook seseorang. Misalnya status yang isinya marah-marah, mendendam, misuh (kata tidak pantas), atau menjelek-jelekkan pihak lain. Bisa juga tweet (di Twitter) seseorang yang juga tidak jauh berbeda (halaman 51).
Menurut Nurudin, tak dipungkiri, media sosial telah membawa sebuah rekayasa sosial di masyarakat. Media sosial tidak saja menginformasikan banyak hal, tetapi juga bisa memobilisasi masyarakat untuk mendukung dan tidak mendukung kelompok tertentu. Ia bahkan masuk untuk merekonstruksi pemikiran manusia.
Selanjutnya, masyarakat menjadikan media sosial sebagai pengawas atas kasus-kasus di sekitarnya. Media sosial ibarat kepanjangan tangan masyarakat itu sendiri. Mereka protes melalui media sosial yang jangkauannya sangat luas. Inilah yang dikatakan sebagai rekayasa sosial. Sebut saja rekayasa proses komunikasi (halaman 53).
Sangat menarik membaca buku kumpulan esai 'Media Sosial, Agama Baru Masyarakat Milenial' karya Nurudin ini. Ia termasuk salah satu penulis senior dan produktif yang ada di negeri ini. Semoga ulasan buku ini bermanfaat.
Tag
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
-
Ngakak! Bapak-bapak Ikut Lomba 17 Agustusan, Diminta Oper Tepung Malah Siram Peserta Lain
-
Tom Holland Hiatus dari Media Sosial, Justin Bieber Beri Komentar Ini
-
4 Tips Membangun Personal Branding Tanpa Perlu Jadi Selebgram
-
Bikin Ngakak, Pegawai Minta Bosnya Ucapkan Kata-Kata Malah Dikira Minta Gaji
-
Duh! Simpan Tabungan Jutaan Rupiah di Rumah, Uangnya Malah Dimakan Rayap
Ulasan
-
SEVENTEEN Bagikan Keintiman dari Tatapan Mata di Lagu 'Eyes On You'
-
Review Film Happy Gilmore 2: Dari Lapangan Golf ke Drama Keluarga
-
Keserakahan yang Membawa Sengsara dalam Buku Peladang yang Loba
-
Ulasan Novel Kasih Tak Terlarai: Intrik Cinta Terhalang Restu Orang Tua
-
Ulasan Novel Kenangan Manis Takkan Pernah Habis: Mengenang Hewan Kesayangan
Terkini
-
Sinopsis Glass Heart, Drama Jepang Terbaru Takeru Satoh dan Yu Miyazaki
-
4 Daily Style Jennie BLACKPINK yang Classy Banget!
-
Piala AFF U-23 dan Ngerinya Ball Posession Timnas Indonesia U-23 di Tangan Gerald Vanenburg
-
Usung Konsep Ramalan Cuaca, Intip Highlight Medley Album Baru BoA 'Crazier'
-
Rekaman Infinity Castle Tersebar, Staf Kimetsu no Yaiba Ambil Jalur Hukum