Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Aji Prasanto
ilustrasi pria menatap matahari (pexels.com/Hoàng Chương)

Hidup yang penuh tanda tanya serta tidak adanya suatu kepastian, memang terkadang sangat sulit dijalankan. Berbagai keinginan-keinginan keduniaan menjadi penghalang suatu kebahagiaan. Godaan keduniawian yang penuh hingar-bingar menjadi ujian berat setiap insan. Tanpa adanya kekuatan jiwa serta keteguhan hati, pasti sangat gampang untuk terpengaruhi, hingga menghancurkan masa depan nanti.

Sebuah lagu dari Iwan Fals dengan judul “Seperti Matahari” yang dirilis tahun 2002 dalam album Suara hati ini mengajarkan kita bahwa hidup bukanlah suatu hal yang mudah. Memerlukan perjuangan serta ketabahan dalam menjalaninya, hingar-bingar keduniaan menuntun kita untuk menginginkan sesuatu yang belum kita miliki. Tanpa adanya suatu bekal yang menjadi pondasi diri, kita pasti akan kesulitan untuk menanggulangi.. .

Lirik lagu Iwan Fals dengan judul “Seperti Matahari” tersebut, dapat kita lihat seperti dibawah ini:

“Keinginan adalah sumber penderitaan

Tempatnya didalam pikiran

Tujuan bukan utama

Yang utama adalah prosesnya

***

Kita hidup mencari bahagia

Harta dunia kendaraannya

Bahan bakarnya budi pekerti

Itulah nasehat para nabi

***

Ingin bahagia derita didapat

Karena ingin sumber derita

Harta dunia jadi penggoda

Membuat miskin jiwa kita

***

Ada benarnya nasehat orang-orang suci

Memberi itu terangkan hati

Seperti matahari yang menyinari bumi

Yang menyinari bumi

***

Ingin bahagia derita didapat

Karena ingin sumber derita

Harta dunia jadi penggoda

Membuat miskin jiwa kita

***

Keinginan adalah sumber penderitaan”

~~~

Terdapat pesan yang sangat mendalam tersirat dari lagu tersebut, yakni bahwa suatu keinginan dalam hidup di dunia ini adalah awal mula terbentuknya suatu penderitaan. Dimana keinginan ini meracuni pikiran, jika tidak kita batasi tentunya akan dapat seketika mematikan. Keinginan tinggi yang kita inginkan bukanlah merupakan suatu keutamaan. Namun, bagaimana proses yang kita jalani untuk memperoleh keinginan kita tersebut. Kita tahu bahwa terkadang untuk memperoleh suatu keinginan kita melakukan cara apapun, bahkan sampai menghalalkan segala cara untuk memperolehnya, oleh karena itu hal ini perlu kita garis bawahi.

Coba kita resapi secara seksama bahwa keteduhan jiwa, rasa percaya diri, menghargai suatu pencapaian kita. Itu semua tidaklah dapat kita rasakan dan lakukan, bila mana kita selalu merasa ingin, ingin, dan selalu ingin tanpa kita imbangi dengan rasa syukur di diri kita. Miskinnya jiwa, rasa tidak percaya diri, serta tidak mampu melihat atas anugrah yang telah kita dapat atau tidak mampu menghargai pencapaian diri sendiri, itu semua lah yang menjadikan kita semua menjadi tidak berdaya, frustasi, merasa tidak memiliki makna dalam hidup.

Kita juga perlu bangga dengan diri kita, sebagaimana banyak perjuangan dan pengorbanan yang telah kita tempuh beserta lika-liku yang ada didalamnya, kita tidak boleh melupakan hal tersebut, kita perlu juga untuk memberikan penghargaan kepada diri kita sendiri. Dengan kita dapat mengerti dan memberi atas diri kita sendiri, tentunya kita dapat senantiasa menjalankan rasa ikhlas dan syukur yang sebenarnya. Setelah hal ini dapat kita jalani, memberikan sesuatu kepada orang lain pastinya dapat dengan mudah untuk kita jalankan, tanpa ada rasa-rasa seperti; ingin keterlihatan, mengharapkan pujian, atau sebagainya.

Kebahagian yang kita dapat baik apapun bentuknya, seperti; harta, jabatan, pangkat, pasangan hidup, buah hati, dan sebagainya tidaklah ada kekekalannya. Semua akan hilang, luntur, musnah, dan tiada. Kita perlu sadar akan hal tersebut, agar tidak menjadi congkak, arogan, sombong, semena-mena, dan masih banyak hal buruk lain yang akan kita lakukan kepada seseorang yang kita anggap lebih rendah derajatnya dari kita.

Oleh sebab itu, disebutkan dalam lirik lagu tersebut bahwa “budi pekerti menjadi bahan bakar” di kehidupan kita. Bahan bakar adalah penggerak, dengan bahan bakar (budi pekerti) yang baik tentunya kendaraan (harta dunia) akan menjadi kendaraan menuju kebahagiaan, bukan kendaraan yang mengantarkan kita ke dalam kesengsaraan.

Sampai kapanpun kehidupan di dunia ini, pasti akan terus menyuguhkan keinginan-keinginan yang penuh hingar-bingar kenikmatan serta keindahan. Selagi kita normal, masih memiliki hawa nafsu tentu keinginan tersebut tidak dapat kita hindarkan, yang ada kita hanya bisa untuk menahannya. Sangat sadar bahwa dalam kita menahan sesuatu pasti ada batasan, namun untuk kesabaran dalam kehidupan, menurut saya tidaklah ada batasannya.

Dengan tujuan atau keinginan yang mulia serta perjalanan dalam proses menujunya dengan perjuangan serta pengorbanan yang besar dan suci, tentunya kita akan mendapatkan kebahagian yang utuh, bukan hanya untuk keduniaan namun juga sampai pada dunia kekekalan nanti selepas kehidupan ini.

Aji Prasanto