Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ratnani Latifah
Cover Buku 7 Jurus Betah di Pesantren (Dokumen pribadi/ Ratnani Latifah)

“Pergilah, kau akan mendapatkan pengganti orang-orang yang kau tinggalkan. Bila kau tak tahan lelahnya belajar, kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan.” (halaman 5)

Saat ini minat orangtua dalam memasukkan putra-putrinya ke sebuah pesantren semakin tinggi. Hal ini bisa dilihat dari membludaknya jumlah pendaftar dalam setiap tahunnya. Fakta itu tentu menjadi kabar yang menggembirakan. Karena artinya orangtua sudah semakin menyadari pentingnya pendidikan berbasis agama yang bisa ditemukan dalam kehidupan pesantren.  

Hanya saja, tidak sedikit pada masa awal masuk pesantren kita akan menemukan santri-santri baru yang belum terbiasa dengan kehidupan di pesantren, yang sudah pasti sangat berbeda dengan kehidupan di rumah. 

Buku ini dengan paparan yang lugas dan mudah dipahami,  dan berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi santri dan menjadi guru di pesantren, mencoba mengulik dengan lengkap tentang jurus jitu agar anak betah dan menikmati kehidupan di pesantren yang memang penuh tantangan. Bahwa hidup di pesantren tidak selamanya menyedihkan seperti burung dalam sangkar, tetapi kehidupan di pesantren merupakan kehidupan yang menyenangkan dan akan sangat berguna di kemudian hari.

Di sini penulis memaparkan ada tujuh hal yang bisa membuat seseorang betah dan menikmati masa-masa penuh tantangan di pesantren. Di antaranya adalah dengan mulai melawan rasa jenuh. Sebagaimana kita ketahui, kehidupan di pesantren kadang terasa menjenuhkan karena pola aktivitas yang terus diulang-ulang. Akan tetapi jika kita bisa melawan perasaan itu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang kita sukai, maka rasa jenuh itu akan berubah menjadi masa-masa yang menyenangkan. 

Di antaranya kita bisa melakukan olahraga. Meski sederhana kegiatan ini selain bisa membuat tubuh sehat dan segar, olahraga juga akan menghilangkan rasa stres. Kemudian kita juga bisa mengisi waktu dengan membaca. Karena membaca bisa menjadi terapi hati, memberi obat penenang jiwa. Selain itu tentu saja masih banyak jurus jitu yang ditawarkan penulis. 

Secara keseluruhan buku ini sangat menarik dan akan membantu orang tua dan anak dalam proses adaptasi selama tinggal di pesantren. Karena di dalam buku ini penulis banyak memberikan pesan-pesan manis, yang mampu membangkitkan semangat belajar dan berjuang. Misalnya tentang pentingnya berusaha, adaptasi, memiliki kemauan keras juga tangguh. 

 “Jalan menuju kemuliaan tak semudah membalikkan telapak tangan. Seperti kerang mutiara yang tabah menahan derita.” (hal 28)

Proses hidup di pesantren memang tidak mudah. Namun jika ada niat kuat, semangat berjuang  dan ikhlas untuk menjalaninya, maka kita dapat menjalaninya dengan riang gembira.  Belajar jadi menyenangkan ilmu pun akhirnya dapat kita genggam.  Selain itu dengan membaca buku ini, kita akan memahami bahwa kehidupan di pesantren  selain menawarkan berbagai ilmu pengetahuan—baik umum dan agama, anak akan tumbuh sebagai sosok yang disiplin, mandiri, bertanggung jawab dan kreatif.  

Tidak hanya itu di masa lalu, para santri selain cakap agama, mereka juga ikut berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari. Maka tidak salah sejak tahun 2015 untuk menghargai perjuangan para santri, maka Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. 

Judul: 7 Jurus Betah di Pesantren

Penulis: Saeful Bahri 

Penerbit: Republika

Cetakan: Pertama, Juli 2019

Tebal: xiv +200 halaman

ISBN: 978-602-5734-9-08

Peresensi: Ratnani Latifah. Penulis dan penikmat buku asal Jepara

Srobyong, 22 September 2022

Ratnani Latifah