Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Martina Mulia Dewi
Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata (DocPribadi/martinamuliadewi)

Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari kisah seorang gadis bernama Putri Belianti, anak miskin yang cerdas, dan kegagalan yang getir masuk fakultas kedokteran, Universitas Bengkulu. Begitulah penulis Andrea Hirata menyampaikan pembukaan di awal bukunya ini. 

Novel ini dikemas dengan alur cerita yang maju mundur tetapi seru juga bila dinikmati. Pembaca akan diajak mengenali tokoh demi tokoh yang muncul di setiap cerita dengan sangat epic. Apalagi buku ini menawarkan unsur komedi yang akan membuat pembaca terpingkal-pingkal dengan tingkah polah para tokohnya. 

Cerita “Orang-Orang Biasa” ini bermula dari sepuluh anak di deretan bangku paling belakang yang secara tidak sengaja mendeklarasikan diri mereka menjadi satu geng yang aneh. Dikumpulkan dari latar belakang anak-anak yang memiliki kecenderungan aneh, bodoh, dan gagal. Ketiga hal inilah yang melekat pada Handai, Debut, Tohirin, Honorun, Sobri, Rusip, Salud, Nihe, Dinah, dan Junilah. 

Sepuluh orang penghuni bangku belakang ini seringkali jadi objek bully-an dan juga jadi langganan kena hukuman guru di sekolah. Pada akhirnya mereka tak bisa menyelesaikan pendidikan karena saking seringnya tidak naik kelas. Hanya dua orang yang berhasil menyelesaikan SMA, yaitu Honorun dan Rusip. 

Selain kesembilan orang yang jadi tokoh utama di novel ini, ada juga Bastardin, Jamin, Tarib, Boron, dan Bandar yang dikenal dengan Trio Bastardin dan Duo Boron. Mereka seringkali mem-bully dan memukuli Salud dan kawan-kawannya jika ada kesempatan.

Kemudian ada juga dua orang polisi yang kompak membasmi kejahatan di Desa Belantik yaitu Inspektur Abdul Rojali dan Sersannya. Dua polisi inilah yang menjadi contoh teladan betapa jujur dan bertanggungjawabnya mereka dengan pekerjaan sebagai polisi. Dengan jiwa humoris pencinta Shahru Khan-nya yang melekat membuat novel ini jadi lebih asik dan menarik untuk dibaca. 

Belum sampai pada intinya, tokoh utama buku ini adalah Aini. Seorang siswa SMA yang dulunya benar-benar lemah di mata pelajaran matematika, dengan begitu mengagetkan ia tiba-tiba memberikan ibunya Mardinah sebuah pengumuman bahwa dia masuk di fakultas kedokteran. Di sinilah keseruannya di mulai. 

Novel ini sebenarnya juga menggambarkan tentang bagaimana kehidupan nyata di sekitar kita terjadi. Ada orang-orang yang berjaya yang dengan segala sesuatu yang dia punya bisa melakukan segala sesuatu yang mereka mau. Ada juga orang-orang yang termangu merasakan kerasnya hidup yang mereka jalani. Salah satunya mimpi Aini ini yang nyaris kandas karena terhalang biaya masuk fakultas kedokteran.

Sebuah kontras yang mungkin kita tidak asing dengan hal ini di kehidupan sehari-hari. Ada orang-orang yang berjaya yang mereka tinggal menjentikkan jarinya  tanpa bersusah payah mendapatkan sesuatu. Mereka telah senang bahkan sebelum mereka dilahirkan. Ada pula seperti orang-orang biasa seperti sepuluh sekawan ini yang termangu memikirkan hidup yang sulit. Sepanjang hari mereka membanting tulang, bersimbah keringat, terbirit-birit mencari nafkah, utang di mana-mana, masalah tak perai-perai, keperluan tak terlerai (halaman 52 dan 56).

Dengan kemasan cerita komedi di dalam novel ini, dan diselipkan realita juga kritikan pada sebagian oknum, tentu saja hal ini akan membuka wawasan para pembaca tentang dunia saat ini.  Tak terasa 262 halaman telah berhasil dilahap habis. Ending yang tidak bisa tertebak dengan berbagai kejutan pada ceritanya. Sangat menarik. 

Orang-Orang Biasa | 2019 | Andrea Hirata | Penerbit Bentang Pustaka | 262 Halaman.

Martina Mulia Dewi