Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Martina Mulia Dewi
Ilustrasi Silent Treatment pada Anak (Pexels/Pixabay)

Sebagian orang tua memilih untuk melakukan silent treatment pada anak ketika mereka melakukan sesuatu yang kerap kali menguji emosi. Alih-alih berkomunikasi dengan anak, orang tua justru mendiamkan anak dan tidak mempedulikannya.

Hati-hati, lho, parents dengan kebiasaan ini. Anak juga tidak bisa memahami emosinya sendiri dan silent treatment yang dilakukan tidak akan membuatnya mengerti apa kesalahan yang dilakukan. Jangan sampai pola asuh yang salah ini terus dilakukan dan menyebabkan luka pengasuhan pada anak. 

Dampak silent treatment pada anak sangat membahayakan jika hal ini terjadi terus menerus hingga anak tumbuh dewasa. Anak akan membawa trauma yang dalam dari pola asuh orang tua yang salah ini. Berikut beberapa hal yang dapat dialami oleh anak. 

BACA JUGA: 5 Hal Sederhana Ini Dapat Membuat Bahagia, Berkumpul dengan Orang Tersayang

1. Anak sering frustasi

Perlakuan silent treatment yang dilakukan orang tua akan membuat anak bingung dengan dirinya. Kenapa orang tuanya mendiamkannya tanpa tahu apa yang salah di dalam dirinya.

Dia akan terus bertanya dan menyalahkan dirinya tanpa ada validasi atau arahan dari orang tuanya. Frustasi ini akan memicu perkembangan mentalnya yang membuat dirinya trauma dengan perlakuan tersebut. 

2. Anak merasa tidak dipedulikan

Diamnya orang tua membuat anak merasa dirinya tidak lagi dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Dia dibiarkan asyik sendiri dan orang tuanya menjauhinya tanpa mengatakan apa-apa. Anak menjadi merasa dirinya tidak punya siapa-siapa untuk diajak bercerita. Tidak ada orang yang peduli dengan dirinya.

Perasaan ini sangat berbahaya ketika dia tumbuh menjadi manusia dewasa. Ia merasa kesulitan untuk menemukan teman atau kurang percaya dengan orang lain. Bonding yang kurang baik dari orang tua dan pengalaman buruk di masa kecilnya membuatnya susah untuk bersosialisasi dengan orang lain. 

BACA JUGA: Perlu Kamu Kuasai, Ini 4 Cara Mendeteksi Kebohongan Seseorang!

3. Hubungan orang tua dan anak menjadi renggang

Semakin sering silent treatment ini dilakukan semakin renggang pula hubungan di antara orang tua dan anak. Masing-masing tidak membuka komunikasi untuk menemukan solusi bersama. Orang tua yang tidak memahami pentingnya komunikasi dua arah ini akan terus membuat jarak yang sangat jauh dengan anak-anakn

Anak merasa orang tuanya tidak pernah memperhatikannya dan mendiamkan setiap ada masalah sehingga dia juga merasa tidak butuh orang tuanya untuk segala sesuatu yang dia hadapi. Padahal keluarga menjadi pondasi penting dalam mengatasi berbagai persoalan sehari-hari.

Jika hubungan dalam keluarga saja tidak harmonis, pastinya seorang anak anak kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain di luar sana. 

4. Trauma mendalam pada diri anak

Sikap orang tua kepada anak sejak kecil akan terus terbawa hingga si anak tumbuh dewasa. Jika hal-hal yang tidak baik terus terserap pada diri anak, maka secara tidak langsung hal ini juga akan mempengaruhi kepribadian anak. Trauma yang mendalam itu akan membentuk memori negatif pada otak anak yang dapat membuatnya tidak mudah menyesuaikan diri pada lingkungan di sekitarnya.

BACA JUGA: Beli Motor Listrik Dapat Subsidi, Ini Lho 5 Keuntungan Menggunakannya

Maka parents, cobalah untuk menurunkan ego dan ajaklah komunikasi anak-anak di rumah agar mereka mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya. Jangan sampai trauma yang buruk ini menghantui hari-hari anak hingga ia dewasa. 

5. Anak menutup diri dari sekitar

Karena merasa tidak dipedulikan oleh orang tuanya, anak jadi punya sikap menutup diri dari sekitar. Dia merasa keberadaannya tidaklah penting dan sulit memahami emosi dirinya sendiri. Trauma mendalam di masa kecilnya membuatnya menjadi orang yang tak acuh pada orang lain.

Takut untuk membuka diri, ia juga cenderung membiarkan orang lain untuk melangkahi keinginannya agar keberadaannya tidak diabaikan.

Begitulah parents dampaknya ketika anak selalu mendapatkan perlakuan silent treatment. Alangkah baiknya orang tua benar-benar memperhatikan pola asuh dan cara mendidik anak dengan baik agar anak tumbuh di lingkungan yang suportif baginya.

Siapa lagi yang menjadi tempat berlindung bagi anak dan tempat ternyaman untuk kembali mencurahkan isi hati selain di rumah? Semoga semakin menambah pembelajaran bagi para orang tua untuk kebaikan si buah hati. Semoga bermanfaat.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Martina Mulia Dewi