Sebuah novel yang terinspirasi dari kisah nyata bagaimana kehidupan penduduk di Gaza, Palestina. Bercerita tentang sebuah keluarga yang begitu menginspirasi dan membuat iri siapa saja yang membaca kisah ini. Sungguh, buku ini telah mengaduk-aduk emosi pembaca, kisahnya begitu menggugah jiwa.
Khalid Hamad, adalah salah satu dari pemimpin dan orang berpengaruh di pasukan Izzudin Al Qasam yang menjaga tanah air Gaza-Palestina dari berbagai gempuran musuh yang memporak-porandakan tanah kelahiran mereka. Ia memiliki sebuah keluarga yang penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Ikatan yang begitu kuat. Istrinya bernama Hanah, mereka memiliki empat orang anak, Mushab, Yusuf, Hassan, dan Maryam.
Di dalam diri Khalid dan keluarganya ini, sudah mendarah daging semangat perjuangan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan. Tak diragukan lagi. Namun, ada satu di antara anaknya yang ternyata menjadi boomerang mata-mata musuh yang tak disadari Khalid selama ini. Ini menjadi senjata bagi musuh untuk memenjarakan Khalid dan menyiksanya habis-habisan.
Ada banyak fakta yang terungkap dari kisah nyata yang disajikan penulis di sini. Tentang bagaimana penduduk Gaza berjuang dengan masing-masing peran untuk terjun langsung bahu membahu menolong agamanya. Dokter, perawat, petugas kebersihan, jurnalis, para pemuda yang tangguh dan sigap dengan jiwa raga mereka rela berkorban dan siap kapan pun nyawa mereka gugur di medan perang.
Sambil membaca sambil membayangkan reka adegan cerita di novel ini diputar. Tangis tak terbendung lagi. Hal ini menyadarkan diri juga bahwa Ya Allah ternyata apa yang aku alami di sini belum ada apa-apanya dibandingkan perjuangan mereka. Di dalam diri setiap penduduk Palestina telah terpatri semangat juang yang tinggi. "Allahu ghayatuna, Arrusul qudwatuna, Al-Qur'anu dusturuna, Al-jihadu sabiluna, Al-mautufi sabilillah, asmaa amanina." Allah adalah tujuan kami, Rasulullah teladan kami, Al-Qur'an pedoman hidup kami, Jihad adalah jalan juang kami, mati syahid adalah cita-cita kami tertinggi!.
Di tengah zaman yang katanya sudah merdeka ini, ternyata di luar sana peperangan masih berkecamuk. Perang yang benar-benar mengorbankan satu, dua, jutaan bahkan tak terhitung jumlahnya para korban nyawa. Sungguh hal ini menjadi cambuk bagi diri untuk mempertanyakan kembali peran apa yang bisa dilakukan untuk turut serta dalam perjuangan mereka.
Tidak banyak kata yang bisa diungkapkan selain membuat diri kembali berkontemplasi dan merenungi kontribusi apa yang bisa diberikan untuk memulai langkah membersamai mereka. Bukankah setiap muslim itu adalah satu tubuh? Ketika yang satu merasakan sakit yang lainnya juga turut merasakannya? Semoga Allah membimbing kita semua menuju jalan yang lurus. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk di tengah zaman ini yang makin keruh dengan ambisi pribadi.
Gaza menyala menginspirasi semesta. Semoga jejak langkah ini bisa kita lakukan bersama-sama untuk berkontribusi pada Palestina. Menjadi sebaik-baik pribadi muslim dengan menjalankan peran terbaik pada bidang masing-masing.
Nyala Semesta | Farah Qoonita | 2019 | Kanan Publishing | 287 Halaman.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Hantu di Rumah Kos, Banyak Logika Janggal yang Bikin Galfok
-
Memperbaiki Kesalahan di Masa Lalu dalam Novel 'Ten Years Challenge'
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Ulasan Novel Bebas Tanggungan, Dilema Sandwich Generation dengan Utang Keluarga
-
Ulasan Novel Logika Asa, Perjuangan Diri di Tengah Tuntutan Keluarga
Ulasan
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Ulasan Buku Apakah Aku yang Biasa-Biasa Ini Bisa Berbuat Hebat Karya Miftahuddin
-
Bittersweet Marriage: Jodoh Jalur Hutang, 'Sampai Hutang Memisahkan Kita!'
-
Kisah Haru Para Pendidik Demi Mencerdaskan Generasi Bangsa dalam Guru Cinta
-
Salaryman's Club: Anime Sports Kombinasi Olahraga dan Kehidupan Kantoran
Terkini
-
3 Produk The Originote Ukuran Jumbo, Ada Micellar Water dan Sunscreen Spray
-
Raih Piala di MAMA Awards 2024, Pidato RIIZE Bikin Nangis Penggemar
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Gagal Ikuti Tim Putra, Timnas Futsal Putri Raih Juara ke-3 di Ajang AFF Cup
-
Berhak Pakai Nomor 1, Jorge Martin Pilih Ganti atau Tidak?