Novelis Sitta Karina menerbitkan sebuah novel bergenre fantasi yang merangsang pikiran kita berimajinasi jauh pada 2009 silam. Cukup lama bukan, tapi saya tertarik untuk mengulas buku ini setelah membaca ulang kisahnya. Buku yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama ini memiliki 319 halaman. Membaca beberapa ulasan orang lain, sepertinya banyak pro dan kontra mengenai jalan cerita buku ini. Namun overall saya menyukai buku Aerial ini secara keseluruhan.
Okey kita langsung masuk ke bukunya. Aerial menceritakan tentang dua dunia, yaitu Negeri Kegelapan dan Negeri Cahaya. Kedua negeri ini dibatasi oleh sebuah gundukan tanah magis yang melayang bernama Aerial. Dahulunya mereka berada di sebuah dataran yang sama, tapi setelah perseteruan antara bangsa Viking dan Atlantis, pendahulu mereka, tanah ini terpisah menjadi seperti sekarang.
Negeri Cahaya sesuai namanya selalu dilimpahi cahaya, musim selalu berganti, hujan dan panas datang tepat pada waktunya. Berbanding terbalik dengan Negeri Kegelapan yang hanya diselimuti kegelapan dan sinar rembulan, mereka tidak mendapatkan sinar matahari. Penduduk dari Negeri Kegelapan ibarat vampir, mereka tak bisa terkena sinar matahari atau kulit mereka akan melepuh.
Ada satu ramalan kuno yang tidak dipercayai Putri Sadira dari Negeri Cahaya, dan Pangeran Hasya dari Negeri Kegelapan. "Barangsiapa dari kedua bangsa tersebut menyatu, mereka akan menghadapi kehancuran besar" Hasya dan Sadira bertemu, lalu jatuh cinta. Untuk bersatu, mereka harus memikirkan konsekuensinya, akankah mereka menghancurkan kedua bangsa? Di saat kedua negara terancam hancur, Anyta, adik dari Sadira membantu dengan meminta pertolongan dari dunia lain, bumi. Mereka adalah Laskar dan Sashika.
Sampul dari buku Aerial ini bisa dibilang eyecatching pada masanya, dan mengilustrasikan dengan jelas kondisi latar dari Negeri Kegelapan, Aerial, dan Negeri Cahaya. Alur fantasi yang dituturkan pada awalnya memang sedikit membingungkan, namun pada pertengahan novel kita dibawa terhanyut dengan kisah Pangeran Kegelapan dan Putri Cahaya ini. Namun ada beberapa penggambaran kalimat yang kurang cocok di bagian percakapan. Terkadang terkesan terlalu baku, namun bisa dipahami karena kedua tokoh utama merupakan anggota kerajaan.
Secara keseluruhan, buku karangan Sitta Karina ini cocok dinikmati untuk penggemar novel bergenre fantasi.
Baca Juga
-
Sinopsis Don't Touch My Gang: Kisah Anak Kampung Hadapi Kerasnya Bangkok!
-
Profil Nonnie Pitchakorn, Bintang Baru di Only Friends, Adik Nanon Korapat!
-
Angkat Kisah Kehidupan setelah Kematian, Ini Sinopsis Death is All Around!
-
Relate dengan Guru Muda, Ini Sinopsis Drama Thailand "Thank You Teacher"
-
Sinopsis Serial '6ixtynin9', Dus Mie Instan Berisi Uang yang Berakhir Petaka
Artikel Terkait
-
Tips Dee Lestari Atasi Writers Block, Tak Harus Liburan ke Bali!
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Joko Anwar Umumkan Empat Film yang Akan Dirilis Sepanjang Tahun 2025-2026
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
Ulasan
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan