Sepanjang perjalanan panjang sejarah berdirinya, Angkatan Udara Republik Indonesia telah mengoperasikan beragam jenis pesawat khususnya pesawat jet. Namun, bagi sebagian orang mungkin belum mengetahui bahwa pesawat jet tempur pertama yang dioperasikan oleh pihak TNI-AU yang dulu bernama AURI bukanlah jet-jet tempur yang berasal dari Uni Soviet.
Jet tempur pertama yang dioperasikan oleh pihak AURI kala itu justru merupakan buatan negara Inggris, yakni De Havilland Vampire. Jet dengan desain yang tergolong unik ini merupakan jet pertama yang dioperasikan oleh pihak AURI pasca pengakuan kedaulatan total oleh Belanda.
Meskipun tidak tergolong lama dioperasikan yakni hanya sekitar 8 tahun saja, akan tetapi jet tempur ini memiliki kisah tersendiri dalam sejarah panjang angkatan udara Republik Indonesia.
1. Hibah dari Pemerintah Inggris
Awal kedatangan jet tempur ini sendiri bermula saat pihak angkatan udara Inggris atau Royal Air Force (RAF) berencana menghibahkan beberapa unit pesawatnya kepada Indonesia untuk bantuan pembangunan angkatan bersenjata. Kemudian pada akhirnya disetujuilah pemberian 8 unit pesawat jet De Havilland Vampire varian T.11 yang merupakan varian latih.
Dilansir dari situs indomiliter.com, jet tempur vampire ini datang ke Indonesia pada tahun akhir tahun 1955 dan sukses melaksanakan uji terbang pada bulan Januari 1956. Hal ini sekaligus menandai awal sejarah pengoperasian pesawat jet tempur pertama oleh pihak AURI kala itu.
Pada awal kedatangannya, jet tempur ini dioperasikan di Pangkalan udara Andir di Bandung. Jet tempur ini selain sebagai bantuan militer dari pihak Inggris ke Indonesia juga menjadi alat mempererat hubungan diplomatik antara kedua belah pihak kala itu.
2. Memiliki Desain Yang Unik
Jika melihat desain pesawat De Havilland Vampire ini tentunya akan membuat orang awam merasa terheran-heran. Pasalnya desain pesawat jet yang mulai berdinas pasca perang dunia kedua ini memiliki desain twin-boom atau dua ekor yang sama sejajar.
Desain ini terbilang cukup unik karena jarang sekali digunakan di era seperti sekarang ini untuk pesawat konvensional. Namun, di era perang dunia kedua hingga perang dingin desain ini sangat umum digunakan karena dianggap memiliki keunggulan daya angkat pesawat yang lebih cepat ketika lepas landas.
Jet bermesin tunggal ini dilengkapi dengan mesin De Havilland Goblin 3 centrifugal yang mampu membuat pesawat jet ini terbang dengan kecepatan 882 km/jam. Jet ini memiliki radius tempur sekitar 1.900 km dan mampu mencapai ketinggian 13.000 meter.
Jet tempur ini sejatinya juga dilengkapi beberapa sistem persenjataan seperti 4 senapan mesin 20 mm, 8 tabung peluncur roket tanpa sistem pemandu dan mampu membawa 2 buah bom seberat masing-masing 200 kg atau dua buah tangki bahan bakar tambahan.
Akan tetapi, untuk varian latih yang dihibahkan pihak Inggris ke Indonesia tidak memiliki sistem persenjataan, sehingga murni digunakan sebagai jet latih bagi pilot-pilot AURI.
3. Dipensiunkan Karena Perubahan Hubungan Diplomatik
Meskipun merupakan bantuan militer dari pihak Inggris sekaligus sebagai sarana mempererat hubungan diplomatik antara kedua belah pihak.
Namun, ternyata perubahan arah perpolitikan luar negeri Indonesia di akhir tahun 1950-an hingga awal periode 1960-an membuat jet-jet De Havilland Vampire milik AURI ini harus dipensiunkan lebih dini.
Dilansir dari situs aviahistoria.com, pihak Indonesia mulai kesulitan mempertahankan jet-jet De Havilland Vampire tersebut karena susahnya suku cadang akibat konfrontasi dengan Malaysia dan juga persiapan operasi Trikora.
Pemerintah Inggris saat itu yang menjadi pemasok angkatan bersenjata Malaysia dan Belanda enggan untuk menjual suku cadang bagi jet-jet tersebut ke pihak Indonesia karena manuver politik di era tersebut.
Pada akhirnya beberapa jet-jet tempur tersebut digantikan dengan jet-jet tempur buatan Uni Soviet dan negara blok timur lainnya semacam MiG-15, MiG-17, MiG-19 dan MiG-21.
Hal ini membuat beberapa unit jet De Havilland Vampire tersebut dijual ke pihak angkatan udara India pada tahun 1963. Hanya ada satu unit yang kini terpajang di Museum Dirgantara Adisucipto di Yogyakarta sebagai koleksi sekaligus pengingat sejarah pengoperasian jet tempur pertama dalam tubuh TNI-AU.
Video yang mungkin Anda suka:
Baca Juga
-
Fenomena Maskot dalam Futsal: Sarana Pengekspresian Diri bagi Anak Muda
-
BRI Super League: Takluk dari Persib, Pelatih Persebaya Isyaratkan Evaluasi
-
Rivalitas dalam Futsal: Panas di Atas Lapangan, Meriah di Tribun Penonton
-
Tentang Futsal: Ekspresi Diri Anak Muda, Jadi Wadah Reuni Kaum Dewasa
-
Timnas Gagal Lolos Piala Asia U-23, Gerald Vanenburg Justru Singgung STY
Artikel Terkait
-
Hasil Livoli Divisi Utama: Tim Putri Kharisma Premium Tampil di Final, Bakal Hadapi TNI AU
-
Mengenal Dassault Rafale, Pesawat Tempur Baru yang akan Memperkuat TNI-AU
-
Hasil Livoli Divisi Utama: Hajar Wahana Express Grup, TNI AU Tak Terkalahkan di Babak Reguler Putaran Kedua
-
Indonesia Diamuk Korea Selatan Gara-Gara Belum Bayar Utang Iuran, Minta Usir dari Program Jet Tempur KF-21
-
Livoli Divisi Utama 2022: Tim Bola Voli Putri TNI AU Kembali Menang Sempurna
Ulasan
-
Review Film A Big Bold Beautiful Journey: Kisah Cinta yang Melintasi Waktu!
-
Ulasan Buku Kepada yang Patah: Pulih terhadap Luka yang Ditinggalkan
-
Like A Rolling Stone (2024): Sebuah Refleksi untuk Kaum Perempuan
-
Apakah Sahabat Bisa Jadi Cinta? Jawaban Umi Astuti dalam To Be Loved Up
-
Novel Yujin, Yujin Resmi Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia: Kenapa Harus Baca?
Terkini
-
Wajib Tahu, Rahasia Peningkatan Motorik di Balik Permainan Futsal
-
Bukan Sekadar Hobi, Futsal sebagai Investasi Kesehatan Jangka Panjang
-
48 Tahun Jazz Goes To Campus: Festival Jazz Tertua dengan Spirit Anak Muda
-
Suara Bergetar, Ferry Irwandi Klarifikasi usai Jadi Korban Framing IG Story
-
Dari MBG ke Bantuan Pangan, Menkeu Purbaya Pastikan Dana Negara untuk Rakyat