Sepanjang sejarah berdirinya, Indonesia pernah mengoperasikan helikopter sejak membeli beberapa unit helikopter ringan Hiller-360 dari Amerika Serikat. Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu pihak TNI telah mengoperasikan beragam jenis helikopter yang digunakan untuk berbagai macam misi. Beragam helikopter tersebut juga telah mencatatkan beberapa kisah tersendiri dalam pengoperasiannya di dalam tubuh TNI.
Mungkin salah satu helikopter paling ikonik yang pernah dimiliki oleh TNI pada masa orde lama adalah helikopter raksasa Mil Mi-6 atau yang dalam kode penamaan NATO dikenal dengan nama 'Hook'. Bagaimanakah kisah pengoperasian helikopter tersebut dalam tubuh TNI pada masa tersebut ? simak ulasan ringkasnya berikut ini.
1. Helikopter Militer Terbesar Pada Masanya
Helikopter Mil Mi-6 merupakan salah satu alutsista kebanggaan Uni Soviet dan Pakta Warsawa pada periode 1960 hingga 1980-an. Hal ini dikarenakan ukuran helikopter ini yang memang berukuran cukup besar. Bahkan, bisa dibilang hampir seukuran sebuah pesawat angkut konvensional.
BACA JUGA: Kritik Manuver Jokowi di Acara Nusantara Bersatu, Politikus Demokrat: Tidak Etis
Helikopter yang dibuat oleh pabrik Mil Moscow Helicopter Plant ini lahir pada akhir peride 1950-an dan mulai diproduksi pada tahun 1959 hingga 1980-an. Helikopter ini selain dioperasikan oleh Uni Soviet, juga dioperasikan oleh negara blok timur lainnya. Bahkan, helikopter ini juga diekspor ke beberapa negara yang dikenal memiliki hubungan dengan negara-negara Pakta Warsawa, termasuk Indonesia.
2. Spesifikasi Helikopter Mil Mi-6
Helikopter ini dijuluki sebagai helikopter terbesar dan terkuat di dunia pada masanya bukanlah tanpa alasan. Dilansir dari wikipedia.com, helikopter ini mampu terbang landas dengan berat total sekitar 44.000 kg. Bahkan, untuk kargonya sendiri, helikopter ini mampu mengangkut beban sekitar 12.000 kg atau sekitar 70 hingga 120 penumpang. Hal ini dikarenaka helikopter ini ditenagai sepasang mesin Soloviev D-25V turboshaft.
Mesin buatan Soviet tersebut mampu membuat helikopter berukuran raksasa ini terbang dengan kecepatan 300 km/jam. Untuk jaraknya sendiri mampu mencapai sekitar 970 km dan untuk penerbangan feri mampu mencapai jarak sekitar 1.450 km. Tentunya karena kemampuannya yang luar biasa tersebut membuat helikopter ini menjadi helikopter angkut kelas berat.
3. Pengoperasian Mil Mi-6 Yang Sebentar di Indonesia
Meskipun tergolong alutsista terkuat yang dimiliki oleh Indonesia, akan tetapi ternyata pengoperasia helikopter Mil Mi-6 tergolong cukup singkat di Inddonesia. Bahkan, bisa dibilang helikopter ini berakhir tragis dalam pengoperasiannya di dalam tubuh TNI kala itu. Dilansir dari situs aviahistoria.com, pembelian helikopter ini akan digunakan untuk mendukung operasi Dwikora pada tahun 1965.
Helikopter ini jug menjai cikal bakal berdirinya Skuadron 8 Helikopter angkut berat. Helikopter ini juga melakukan beragam misi sipil seperti misi galang dana Palang Merah Indonesia di tahun 1965-1967 dan juga beberapa misi SAR di Indonesia.
Akan tetapi, memasuki akhir tahun 1967 pengoperasian helikopter Mil Mi-6 mulai sedikit berkurang karena minimnya suku cadang akibat dari rengganggnya hubungan Indonesia dan Uni Soviet pasca peristiwa G30S pada tahun 1965. Dilansir dari situs historia.id, helikopter ini kemudian dipensiunkan total pada tahun 1968 dan diubah menjadi besi tua. Sayangnya, tidak ada satupun sisa unit helikopter Mil Mi-6 yang bisa ditemui di Indonesia. Kejayaan helikopter raksasa ini hanya bisa dikenang lewat beragam koleksi foto saja.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Tag
Baca Juga
-
Naturalisasinya Disetujui DPR, Kevin Diks Bisa Main saat Lawan Arab Saudi?
-
Badai Cedera Timnas Indonesia Kian Parah, Skuad Garuda Tak Full-skuad Lawan Jepang?
-
Laga Indonesia vs. Jepang: Ajang Pembuktian Shin Tae-yong ke Fans Garuda
-
Tanpa Ayase Ueda, Lini Depan Timnas Jepang Tetap Tak Bisa Dianggap Tumpul
-
3 Pemain Kunci Timnas Jepang yang Perlu Diwaspadai, Ada Eks-Inter Milan
Artikel Terkait
-
Dicoret Shin Tae-yong karena Cedera, Asnawi Mangkualam Sudah Main 90 Menit di Port FC
-
Shin Tae-yong Sumringah Ayase Ueda Cedera: Bisa Jadi Keuntungan Buat Timnas Indonesia
-
Timnas Indonesia 'Baik Hati', Hajime Moriyasu Mengaku Diuntungkan
-
Mauro Zijlstra Kasih Kabar Buruk saat Lagi Urus Naturalisasi Timnas Indonesia
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
Ulasan
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Review Webtoon Pasutri Gaje, Drama Kehidupan Rumah Tangga yang Relate!
-
Ulasan Buku 'Cindelaras', Kisah Permaisuri Raja yang Dibuang ke dalam Hutan
-
Ulasan Film Monolith: Keberanian Seorang Ibu dalam Melindungi Anaknya
-
Ulasan Film REC, Horor Found Footage yang Mencekam
Terkini
-
Sinopsis Citadel: Honey Bunny, Series Terbaru Varun Dhawan di Prime Video
-
4 Rekomendasi Film yang Dibintangi Dakota Fanning, Terbaru Ada The Watchers
-
Sukses! Mahasiswa Amikom Yogyakarta Adakan Sosialisasi Pelatihan Desain Grafis
-
EXO 'Monster': Pemberontakan dari Psikis Babak Belur yang Diselamatkan Cinta
-
Tayang 22 November, Ini 4 Pemain Utama Drama Korea When The Phone Rings