Kendaraan bantunan tembakan atau Fire Support Vehicle (FSV) sejatinya merupakan varian lain dari kendaraan beroda atau yang di negara Indonesia dikenal dengan nama Panser. Panser umumnya digunakan untuk mengangkut pasukan dan dipersenjatai dengan senapan berkaliber 7.62 hingga 14.5 mm. Untuk varian senjata yang lebih besar yakni mulai 20 mm hingga 40 mm atau 57 mm umumnya dikategorikan sebagai IFV (infantry Fighting Vehicle) atau kendaraan tempur infantry.
BACA JUGA: Kabur ke Jakarta Gegara Punya Masalah di Kampung, Wahyu Nyaris Bunuh Diri di Selokan
Pada varian FSV umumnya masih mampu mengangkut personil infantri lain selain operator kendaraan, meskipun dengan jumlah terbatas. Sedangkan, dari sisi persenjataannya umumnya dipersenjatai meriam kaliber mulai dari 76 mm hingga 120/125 mm. Angkatan bersenjata Republik Indonesia dalam sejarahnya pernah mengoperasikan beberapa kendaraan FSV sejak masa orde lama hingga orde baru, Bahkan, beberapa kendaraan tersebut kini masih digunakan oleh TNI.
1. Panhard EBR
Kendaraan tempurn FSV pertama yang dioperasikan oleg TNI dari masa orde lama adalah Panhard EBR (Engin Blindé de Reconnaissance) kendaraan buatan negara Prancis ini lahir sejak periode tahun 50-an. Dilansir dari situs tanks-encyclopedia.com, kendaraan FSV ini merupakan kendaraan bantuan tembakan yang cukup populer di masanya. Untuk sistem persenjataannya sendiri dilengkapi dengan sepucuk kanon SA 49 75 mm, ada pula yang menggunakan kaliber 90 mm yakni meriam CN 90 F2.
BACA JUGA: BNPT Yakin Umar Patek jadi Warga Baik Setelah Bebas: Di Penjara Ajak Napiter Cinta Tanah Air
Dilansir dari situs indomiliter.com, panser yang memiliki 8 roda ini datang ke Indonesia dan memperkuat TNI pada tahun 60-an guna mendukung operasi Trikora kala itu. Panser ini menjadi satu dari sekian banyak alutsista buatan Prancis yang dibeli oleh Indonesia dalam kurun waktu tahun 60-an. Sayangnya, usia pengoperasian panser ini terbilang singkat. Kemungkinan Panhard EBR telah dipensiunkan oleh TNI pada periode 1970-an.
2. Alvis Saladin
Kendaaran bantuan tembakan buatan Inggris ini merupakan kendaraan yang cukup ikonik semasa awal perang dingin. F601 Alvis Saladin merupakan kendaraan FSV andalan blok barat khususnya Inggris pada periode 1950-1970an. Dilansir dari wikipedia.com, kendaraan dengan 6 roda ini memiliki persenjataan sebuah meriam 76mm L5A1. Selain itu, juga dipersenjatai sebuah senapan mesin kaliber 7.62 mm.
Indonesia mendapatkan beberapa unit panser Saladin pada tahun 60-an. Waktu itu pihak TNI membeli panser ini bersamaan dengan alutsista lainnya yakni Ferret dan Saracen yang juga merupakan satu pabrikan yakni Alvis. Di tubuh TNI sendiri panser Saladin cukup kenyang dengan pengalaman tempur, mulai dari gejolak G30S, hingga pada pengawasan di daerah Timor-timur. Bahkan, beberapa unit Panser Saladin hingga hari ini masih dioperasikan oleh beberapa batalyon di TNI-AD setelah melalui beragam modernisasi atau retrofit.
3. V-150
Kendaraan yang memiliki nama resmi Cadillac Cage V-150 merupakan salah satu kendaraan tempur ringan yang memiliki masa pelayanan terlama di dunia. Kendaraan tempur yang lahir pada periode 1960-an ini beberapa varian dan turunannya masih digunakan dalam militer di beberapa negara. Dilansir dari situs wikipedia.com, varian V-150 dilengkapi dengan meriam Cockerill Mk3 90mm cannon atau Mecar gun L28 90mm.
Dilansir dari situs indomiliter.com, panser V-150 datang ke Indonesia pada petengahan dekande 70-an. Jumlah yang didatangkan untuk varian V-150 dengan meriam 90 mm L28 sebanyak 12 unit. Panser bantuan tembakan ini hingga saat ini masih menjadi alutsista andalan TNI-AD dalam beberapa batalyon infanteri.
Nah, itulah beberapa kendaraan bantuan tembakan atau Fire Support Vehicle (FSV) yang digunakan oleh TNI sejak masa orde lama hingga orde baru. Beberapa kendaraan tersebut telah dipensiunkan, akan tetapi beberapa masih dioperasikan hingga kini sembari menunggu kendaraan penggantinya mulai memasuki layanan dalam tubuh TNI.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Tag
Baca Juga
-
Belajar dari Era STY, PSSI Sebaiknya Tak Hanya Fokus pada Pelatih Belanda
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah FIFA Series 2024: Untung atau Buntung?
-
Cantik Itu Luka: Mengapa Orang Rupawan Juga Bisa Jadi Korban Bullying?
-
Sea Games 2025: Indra Sjafri Diambang Raih Rekor Buruk dalam Kariernya!
-
Bukan Timur Kapadze atau STY, Ini 4 Kandidat Calon Pelatih Timnas Indonesia
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Punya Mata Batin, Sara Wijayanto Akui Belajar dari Makhluk Tak Kasat Mata
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Sambut Akhir Pekan, Ini 5 Rekomendasi Drama China Fantasi yang Tayang 2025
-
SEA Games: Misi Timnas Indonesia Hindari Jegalan Myanmar Demi Semifinal
-
4 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Paling Worth It untuk Kerja Harian, Produktivitas Naik 10 Kali