Perang antara Rusia dan Ukraina belum menunjukan tanda-tanda akan segera berakhir. Di akhir tahun ini pemerintah Amerika Serikat menyetujui pengiriman beberapa sistem persenjataan baru guna membantu pihak Ukraina untuk berperang melawan Rusia. Dilansir dari kanal berita AP News, Amerika Serikat akan mengirim bantuan militer dengan total anggaran 1.8 Miliyar USD.
Pemerintah Amerika serikat pada hari Rabu (21/12/2022) lalu menyetujui pengiriman beberapa sistem persenjataan, bantuan obat-obatan, rudal dan bom pesawat serta sistem pertahanan udara Patriot.
BACA JUGA: Romo Magnis Suseno Sebut Perintah Ferdy Sambo Tembak Yosua ke Bharada E Sangat Sulit Ditolak
Pengiriman sistem pertahanan udara Patriot kembali menjadi sorotan karena pihak Amerika Serikat akhirnya menyetujui pengiriman sistem pertahanan udara tersebut kepada Ukraina. Sebelumnya, pihak Amerika Serikat enggan untuk mengirimkan salah satu sistem pertahanan udara tercanggihnya tersebut kepada Ukraina.
Sistem Pertahanan Udara Andalan Amerika Serikat dan Sekutunya
Sistem pertahanan udara Patriot sejatinya adalah sistem pertahan udara berbasis rudal yang mulai dikembangkan sejak dekade 60-an. Dilansir dari military-today.com, sistem pertahanan yang dikembangkan oleh manufaktur pertahanan Raytheon ini merupakan sistem pertahanan jarak menengah dan jauh yang digunakan untuk menangkis jet tempur maupun rudal jelajah atau rudal balistik.
Kemampuan rudal ini dianggap cukup luar biasa dengan beberapa varian rudal yang diketahui dapat mencapai jarak jangkauan 160 km dan ketinggian 24.000 meter. Sistem pertahanan udara ini memakai sistem pelacakan radar dan dapat dipindahkan karena dipasang di kendaraan seperti truk trailer.
Sejak pertama kali diterjunkan di perang teluk pada dekade 90-an, sistem pertahanan ini telah merasakan beragam medan konflik seperti konflik di Irak dan Suriah. Sistem rudal ini juga menjadi sistem pelindung beberapa kilang minyak di daerah Timur tengah.
Dianggap Kurang Begitu Efektif Namun Dikhawatirkan oleh Rusia
Persetujuan pengiriman sistem pertahan udara Patriot ke Ukraina tentunya disambut dengan respon positif oleh pihak Ukraina. Akan tetapi, beberapa kalangan menganggap langkah ini dirasa kurang efektif sebagai penangkis serangan udara yang dilakukan oleh pihak Rusia. Dilansir dari kanal berita BBC, penggunaan sistem pertahanan udara Patriot di Ukraina dianggap terlalu mahal dari segi pengoperasian.
BACA JUGA: Rizky Billar Pamer Hadiah Rumah Baru untuk Lesti Kejora, Netizen Malah Sewot: Sudah Kewajiban Suami!
Hal tersebut dikarenakan dalam beberapa bulan terakhir Rusia seringkali lebih memilih menggunakan serangan menggunakan drone kamikaze baik yang diimpor dari Iran, seperti Shahed-136 ataupun drone buatan lokal seperti ZALA Lancet dan beberapa kali menggunakan rudal jelajah jarak menengah yang dari segi biaya jauh lebih murah daripada menggunakan serangan udara konvensional menggunakan jet tempur maupun pesawat bomber. Tentunya penggunaan Patriot sebagai sistem pertahanan udara di Ukraina dianggap kurang tepat dari segi pembiayaan operasional. Belum lagi harga 1 unit rudal Patriot dapat mencapai harga 3-4 Milyar USD.
Di sisi lain, pihak Rusia menganggap langkah yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan mengirimkan Patriot ke medan Ukraina dianggap sebagai langkah provokatif. Bahkan, pihak Rusia mengatakan akan menjadikan sistem perlindungan udara Patriot sebagai target utama selanjutnya jika langkah ini tetap dilanjutkan oleh Amerika Serikat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Demi Piala Dunia U-17, PSSI Harus Pertimbangkan Menambah Pemain Keturunan
-
Karir Tak Bagus di Australia, Rafael Struick Diisukan akan Main di Liga 1?
-
Tanpa Naturalisasi, 3 Pemain Ini Bisa Bela Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia
-
Sukses di Timnas Indonesia U-17, Nova Arianto Diisukan Latih Skuad untuk Sea Games 2025?
-
Pengamat Senior Sarankan Timnas U-17 Tambah Pemain Diaspora, Mengapa?
Artikel Terkait
-
Serangan Udara Terbaru Israel di Gaza Tewaskan Puluhan Warga Sipil, Gencatan Senjata Masih Mandek
-
Sri Mulyani Jalin Komunikasi Intens dengan Dubes AS Soal Tarif Resiprokal
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
-
Badai PHK Mengintai: 1,2 Juta Pekerja RI di Ujung Tanduk Perang Tarif AS-China!
-
Harga Emas Diramal Makin Bersinar Tahun Ini, Bakal Cetak Sejarah Dunia
Ulasan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Mengenal Puisi Sederhana Penuh Makna dalam Buku Perjamuan Khong Guan
-
Ulasan Novel Jar of Hearts: Terungkapnya Kasus Pembunuhan Setelah 15 Tahun
-
5 Film Korea 2025 Beragam Genre yang Pantang Buat Kamu Lewatkan, Ada Mickey 17
-
Review Film One to One - John and Yoko: Aktivisme, Seni, dan Politik
Terkini
-
4 Ide OOTD Youthful ala Jiwoo Hearts2Hearts, Sederhana tapi Tetap Memikat!
-
Blak-blakan! Sandy Walsh Ngaku Beruntung Bela Timnas Indonesia Sejak Awal
-
Hanya Satu Pemain yang Masuk Tim ASEAN All Stars, Pendukung Timnas Indonesia Siap Kecewa
-
Tantang Diri Sendiri, Kai EXO Usung Banyak Genre di Album Baru Wait on Me
-
Park Bo Young Ambil Peran Ganda dalam Drama Baru, Visualnya Bikin Pangling