Sejarah penerbangan pesawat di Indonesia atau yang pada masa lalu dikenal dengan nama Hindia-Belanda telah dimulai sejak awal abad ke-20. Penerbangan dengan pesawat pada masa tersebut terbilang masih baru dan masih dalam tahap perintisan. Pada dekade kedua abad ke-20, militer Hindia-Belanda juga mulai melakukan beragam perintisan kegiatan penerbangan untuk kebutuhan militer. Salah satu divisi yang bergerak dalam bidang penerbangan militer di Hindia-Belanda adalah MLD (Marine Luchtvaartdienst) atau Dinas Perbangan Angkatan Laut.
BACA JUGA: Hasil Liverpool vs Leicester City: The Reds Menang Berkat Dua Gol Bunuh Diri
Beragam jenis pesawat mulai dipergunakan untuk mendukung kegiatan penerbangan angkatan laut tersebut. Salah satu jenis pesawat yang dibeli oleh pihak MLD dan menjadi pesawat yang merintis kemunculan skuadron pesawat angkatan laut di Hindia-Belanda adalah Van Berkel WA. Meskipun bukan pesawat pertama yang dimiliki oleh MLD, akan tetapi pesawat ini merupakan pesawat pertama yang dimiliki dalam jumlah banyak oleh dinas penerbangan angkatan laut tersebut. Seperti apakah rekam jejak pesawat tersebut ? simak ulasan ringkasnya berikut ini
1. Pesawat Lisensi Dari Jerman
Pesawat yang dibuat oleh pabrikan Van Berkel Company di negeri Belanda ini sejatinya merupakan produk lisensi dari pesawat Hansa-Bradenburg W-12 yang berasal dari Jerman. Pesawat yang diproduksi sejak tahun 1919 ini dibeli sebanyak 35 unit dan sekitar 20 diantaranya berdinas di kawasan Hindia-Belanda.
Dilansir dari buku “Jejak Pesawat Terbang: Dinas Penerbangan Angkatan Laut Belanda di Hindia-Belanda, 1918-1942”, Pemerintah Belanda melisensi pesawat ini karena ingin tetap mempertahankan status geopolitiknya sebagai negara netral pada perang dunia pertama. Maka dari itu, pemerintah melalui pabrikan Van Berkel memutuskan untuk melisensi pesawat ini dari Hansa-Bradenburg, Jerman yang notabene merupakan negara blok sentral pada masa itu. Pesawat ini sendiri mulai dikirim pada tahun 1920 ke Hindia-Belanda.
2. Pesawat Intai-tempur Berbasis kapal Perang
Dilansir dari situs wikipedia.com, pesawat ini sejatinya merupakan pesawat intai-tempur berkemampuan amfibi karena dilengkapi dengan sistem persenjataan berupa 1 senapan mesin kaliber 7.92 mm. Bahkan, beberapa lainnya juga dilengkapi hingga 3 senapan mesin kaliber 7.92 mm yang 2 diantaranya diletakkan di depan pilot dan satu di kokpit penumpang sekaligus gunner.
BACA JUGA: Peruntungan Shio Hari Ini, Sabtu 31 Desember 2022: Shio Kambing Harus Percaya Diri Sendiri
Pesawat ini ditenagai oleh sebuah mesin piston Mercedes D.III yang mampu membuat pesawat ini terbang dengan kecepatan 160 km/jam. Saat dioperasikan di Hindia-Belanda, kapal ini juga dapat dibawa oleh sebuah kapal tempur berjenis destroyer atau kapal penjelajah ringan (light cruiser). Karena kemampuannya itulah pesawat ini seringkali dibawa oleh satuan kapal tempur yang digunakan sebagai pesawat intai dan dukungan udara
3. Memiliki Peran Intai Hingga Pemetaan
Selama dinasnya di Hindia-Belanda hingga awal dekade 1930-an, pesawat yang berdinas sebanyak 21 unit di Hindia-Belanda tersebut digunakan sebagai pesawat serbaguna. Umumnya selain tugas pengintaian, pesawat ini juga seringkali melakukan patroli dan pengawalan kapal dagang dari serangan perompak. Pesawat ini juga dipergunakan oleh otoritas sipil terkait sebagai pesawat pemetaan lokasi untuk keperluan hydrografi.
Pesawat ini selain dapat beroperasi di kawasan lautan juga dapat dioperasikan untuk lepas landas dari sungai dengan kelebaran tertentu. Tercatat hingga tahun 1932 pesawat ini masih berdinas dengan total unitnya saat itu sebanyak 4 unit yang tersisa. Di tahun berikutnya pesawat yang memiliki ciri khas dengan sayap ganda ini digantikan oleh pesawat-pesawat amfibi sejenis yang lebih modern.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Jelang Laga Kontra Cina, PSSI Sebut Tak Ada Pemain Naturalisasi Baru
-
Berada dalam Satu Tim, 3 Nama Ini Bisa Dinaturalisasi dan Bela Timnas U-23
-
3 Keuntungan bagi Indonesia saat Jadi Tuan Rumah Gelaran AFF Cup U-23 2025
-
Tertarik Bela Timnas Indonesia, Ini Profil Pemain Keturunan Luca Blondeau
Artikel Terkait
-
Jemaah Umrah Tak Paham Bahasa Inggris, Pria Indonesia Ini Mendadak Jadi Penerjemah di Pesawat India
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Pemakaman Hotma Sitompul Melalui Prosesi Upacara Militer
-
Sejarah Sirkus OCI Taman Safari, Jadi Sorotan Publik karena Dugaan Eksploitasi
-
Wajib Militer: Angan-Angan atau Keniscayaan? Ini Kata Kementerian Pertahanan
Ulasan
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Review Film Drop: Dinner Romantis Berujung Teror Notifikasi Maut
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku