Pertahanan udara merupakan salah satu elemen dalam militer yang tidak bisa diabaikan dari masa ke masa. Serangan melalui udara memang menjadi salah satu momok pertahanan berbasis darat yang menjadi salah satu kelemahan yang dimiliki. Pertahanan terhadap serangan udara juga berevolusi dari masa ke masa mengikuti perkembangan teknologi di zamannya, mulai dari sistem pertahana berbasis meriam otomatis manual hingga sistem rudal dan perang elektronik yang dilakukan di era kini.
Di Indonesia, sejak merdeka pihak TNI telah mengoperasikan beragam alutsista yang digunakan sebagai penangkis serangan udara. Di era orde lama tentunya cukup banyak Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) yang digunakan oleh TNI. Publik pastinya cukup mengenal S-60 dan Bofors 40 mm yang merupakan alutsista andalan bagi divisi Arhanud TNI. Namun, ternyata TNI pernah mengoperasikan meriam lain yang menjadi sistem Arhanud TNI sejak masa orde lama. Meriam tersebut dikenal dengan nama M1939 52-K yang dioperasikan oleh Korps Marinir TNI-AL.
1. Meriam Pertahanan Udara dari Masa Perang Dunia ke-2
Meriam yang memiliki nama lengkap 85 mm air defense gun M1939 (52-K) mulai dikembangnkan pada masa perang dunia ke-2. Dilansir dari wikipedia.com, meriam yang mulai dikembangkan dan diproduksi pada tahun 1939 ini merupakan pesaing dari meriam pertahanan udara Jerman 88-mm Flak 18/36/37. Sesuai dengan namanya meriam ini memiliki kaliber yang cukup besar, yakni 85 mm.
Meriam tersebut cukup terkenal di masa perang dunia ke-2 sebagai salah satu artileri pertahanan udara dengan kaliber besar yang turut serta di beragam pertempuran di masa tersebut. Umumnya meriam ini memiliki 4 roda dan dapat ditarik dengan kendaraan seperti truk maupun tank. Meriam yang dioperasikan oleh 7-8 orang personil ini diketahui juga masih dipergunakan semasa Perang Korea yang terjadi di periode 1950-1953.
2. Meriam Dengan Kaliber Terbesar yang Pernah Dioperasikan TNI
Di Indonesia, meriam ini juga pernah menjadi salah satu sistem arhanud TNI semasa era orde lama. Dilansir dari situs indomiliter.com, meriam ini dahulu diyakini datang pada sekitar dekade 1950-an atau awal dekade 1960-an.
BACA JUGA: Ketakutan Kasus Terbongkar, Aki Wowon Cs Turut Bunuh Istri, Mertua hingga Anak
Meskipun demikian, tidak diketahui kapan pastinya meriam pertahanan udara dengan kaliber terbesar ini datang ke Indonesia. Meriam buatan Uni Soviet ini menjadi salah satu kelengkapan Korps Marinir TNI-AL atau yang pada masa orde lama dikenal dengan nama Korps Komando ALRI (KKO).
3. Telah Dipensiunkan dan Menjadi Monumen
Meriam dengan kaliber besar tersebut kini telah dipensiukan dalam dinas layanan aktif di Korps Marinir TNI-AL. Namun, tidak diketahui kapan meriam ini dipensiunkan dalam layanan militer di Indonesia. Kemungkinan meriam ini dipensiunkan bersama beberapa alutsista dari Uni Soviet yang tidak dapat dipertahankan selepas perubahan haluan politik di akhir dekade 60-an.
Kini, meriam tersebut banyak terpajang menjadi monumen di beberapa tempat di Indonesia. Salah satunya berada di markas TNI-AL di kota Surabaya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Calvin Verdonk Singgung Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Ini Alasannya
-
Bersaing dengan 2 Seniornya, Apakah Arkhan Kaka Bisa Dilirik oleh STY?
-
Indonesia Perlu Waspadai Myanmar di AFF Cup 2024, Jadi Tim Kuda Hitam?
-
Titus Bonai Sebut Ada Perbedaan Kondisi Dulu dan Saat Ini di Tim Nasional Indonesia
-
Menebak Siapa yang Layak Jadi Kiper Utama Timnas Indonesia di AFF Cup 2024
Artikel Terkait
-
Usai Gencatan Senjata, Hizbullah Tetap Waspada terhadap Serangan Israel
-
Susul Netanyahu, Pemimpin Junta Myanmar Juga Jadi Sasaran Surat Perintah Penangkapan ICC Atas Kekejaman pada Rohingya
-
Di Balik Penetapan 1 Desember Sebagai Hari AIDS Sedunia
-
Mengenal Pafi Sukamara: Warisan Budaya yang Menginspirasi Generasi Muda
-
Pakistan di Ambang Perang Saudara Mulai dari Imran Khan, Protes Berdarah dan Kekuasaan Militer
Ulasan
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
-
Ulasan Buku Bob Sadino Karya Edy Zaqeus: Mereka Bilang Saya Gila!
-
Review Film R.I.P.D: Petualangan Polisi dalam Menangkap Berbagai Roh Jahat
-
Suara Hati Rakyat kepada Para Pemimpin dalam Buku Bagimu Indonesiaku
Terkini
-
Calvin Verdonk Berharap Jepang Pakai Tim B saat Jamu Timnas Indonesia
-
Ulasan Film Exhuma, Aksi Dua Dukun Muda Menaklukkan Arwah Misterius Penunggu Tanah
-
Kandungan Paraben dalam Kosmetik Dianggap Menyebabkan Kanker, Benarkah?
-
Review Film Do Patti: Ketika Ikatan Saudara Kembar Berubah Menjadi Neraka
-
Sadar Posisi, Marc Marquez Tak Ingin Melompati Pecco Bagnaia di Ducati