Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rion Nofrianda
Dewi dan Risha, owner Pasnitahu (Dokumen pribadi)

Wabah Covid-19 yang mulai mewabah pada 2020 lalu, menjadi saksi perjuangan dua orang mahasiswa perantauan. Teringat betul saat itu, perkuliahan terpaksa diadakan secara online, karena mempertimbangkan keamanan dan kesehatan mahasiswa.

Selang beberapa bulan kemudian, saat wabah covid sudah menurun dan dilonggarkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau dikenal dengan PSBB, membawa angin segar bagi masyarakat untuk dapat kembali beraktivitas di luar ruangan.

Adalah Risha dan Dewi, dua mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri di Jambi ini merantau dari Sumatera Selatan menuju Jambi untuk menempuh pendidikan Sarjana. Mengisi kekosongan waktu luang di sore hari, dua mahasiswi ini bertekad mencari pengalaman dengan berjualan snack pangsit di pinggir danau sipin Kota Jambi dengan harga lima ribu satu bungkusnya.

Namun sayang, belum satupun pengunjung yang tertarik membeli dagangan mereka. Demi mempertahankan dan memperluas usahanya, Risha dan Dewi berinisiatif menitipkan dagangannya di kantin dan warung-warung sekitar tempat tinggal mereka.

1. Inovasi

Produk mahasiswa Pasnitahu dan Paztu (Dokumentasi Pribadi)

Usaha Risha dan Dewi ini terendus oleh wakil dekan tiga, dan diberi saran untuk menambahkan ampas tahu pada produk pangsit mereka. Tanpa berpikir panjang, mahasiswi ini mengamini usulan dari wakil dekan tersebut dengan beberapa kali melakukan percobaan dan hingga akhirnya pada percobaan kelima berhasil menyesuaikan rasa adonan pangsit yang dicampur dengan ampas tahu.

Tak hanya sampai di situ, Risha dan Dewi melakukan branding terhadap kemasannya dan membuat sebuah nama untuk produknya yaitu Pasnitahu yang diambil dari kata pangsit tahu. Pangsit dipilih karena sebagai cemilan yang umum dikonsumsi masyarakat, sehingga harapannya melalui produk ini yang memiliki perbedaan dengan produk lain selain dari segi kemasan, juga terdapat perbedaan komposisi yang terbuat dari perpaduan ampas tahu dengan berbagai varian rasa pedas, balado maupun keju yang total saat ini menjadi tujuh varian rasa.

2. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

Produk Pasnitahu perpaduan ampas tahu dan pangsit (Dokumen Pribadi)

Dengan niat dan dukungan dari dosen, Pasnitahu ikut serta dalam kompetisi yang diadakan oleh Universitas Jambi yang diadakan pada tahun 2021. Adanya syarat lima orang dalam satu anggota membuat Risha dan Dewi merekrut anggota tim untuk memperkuat proses bisnisnya.

Dua orang direkrut dari prodi bimbingan konseling di bagian pemasaran dan satu orang di rekrut dari prodi psikologi. Hingga akhirnya produk Pasnitahu memenangkan program dan memperoleh pendanaan serta pembinaan wirausaha dari panitia penyelenggara dari Perguruan Tinggi.

3. Mendulang Prestasi

Produk Pasnitahu pada gelaran Kuliner pangan Nusantara 2022 di Jakarta (Instagram/@pasnitahu_cemilan.jambi)

Masuk dalam jajaran produk mahasiswa yang memperoleh pendanaan dari kampus memotivasi tim Pasnitahu untuk terus berkembang dan melakukan berbagai inovasi untuk eksistensi produknya. Berbagai kompetisi internal dan eksternal terus diikuti hingga akhirnya mampu memperoleh beberapa penghargaan diantaranya;

  1. Juara 1 seleksi wirausaha mandiri Jambi tahun 2021
  2. Juara stand terbaik UMKM Universitas Jambi
  3. Piagam penghargaan peserta bazaar BUMN se-Kota Jambi
  4. Wirausaha unggulan Bank Indonesia tahun 2022
  5. Lolos Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha Nasional pada tahun 2022

Seolah tak kehabisan ide, pada tahun 2022 Pasnitahu memiliki produk lainnya yaitu Paztu yaitu stick yang terbuat dari perpaduan tahu dan keju serta akan terus berkembang ekspansi bisnis Panitahu. Bukan tidak mungkin produk ini benar-benar akan menjadi produk unggulan dan oleh-oleh khas Kota Jambi.

4. Pasnitahu menjadi inspirasi

Goodie bag produk Pasnitahu (Dokumentasi Pribadi)

Apa yang dilakukan dan telah diraih oleh Risha dan Dewi merupakan contoh bahwa mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan bahkan dapat menjadi sumber penghasilan setelah menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.

Melalui produk Pasnitahu dan Paztu yang sudah diproduksi di kota Jambi dan bahkan sudah memiliki reseller di berbagai daerah, membantu perpanjangan tangan usaha ini terus berkembang.

Mahasiswa lainnya tentu saja memiliki kesempatan untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan mengikuti program-program yang sudah diwadahi oleh Perguruan Tinggi sebagai bentuk keseriusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi sehingga pada akhirnya mampu bersaing secara nasional maupun global.

Rion Nofrianda