Kekuatan armada laut Indonesia kini sedang mulai dibangun kembali. Pada beberapa waktu lalu dikabarkan Indonesia sedang mengakusisi kapal tempur berjenis frigate, yakni 140 Arrowhead dari Inggris. Belum lagi kabarnya Indonesia kembali akan mengakusisi 6 unit frigate jenis FREMM dan 2 unit frigate Mogami-class dari Jepang. Kabar tersebut tentunya belum termasuk beberapa kapal tempur baru yang akan memperkuat TNI-AL kedepannya.
Kabar tersebut tentunya mengingatkan kita dengan kekuatan armada laut Indonesia pada dekade 1960-an hingga dekade awal 1980-an yang memiliki beberapa kapal tangguh dan mematikan di kelasnya. Namun, tahukah kamu ternyata kekuatan armada laut Indonesia sejatinya telah dibangun dengan kekuatan yang cukup besar sejak dekade 1950-an pasca pengakuan kedaulatan oleh Belanda. Bahkan, di masa tersebut Indonesia pernah mengoperasikan kapal jenis destroyer yakni KRI Gadjah Mada. Kapal tempur tersebut merupakan salah satu kapal tempur pertama yang dimiliki oleh Indonesia saat itu. Bagaimanakah rekam jejak kapal tempur tersebut ? simak ulasan ringkasnya berikut ini.
Kapal Hibah Dari Angkatan Laut Kerajaan Belanda
Pasca pengakuan kedaulatan oleh Belanda di tahun 1949, Indonesia dan Belanda melakukan beberapa kerjasama pembangunan angkatan militer di Indonesia. Salah satu program yang dilakukan Belanda saat itu adalah menghibahkan beberapa alutsistanya kepada pihak Indonesia. Ratusan unit alutsista dari 3 matra yang dahulunya digunakan oleh Belanda untuk melawan gerilayawan pejuang Indonesia kemudian dihibahkan sebagai bentuk persetujuan dalam KMB (Konferensi Meja Bundar). Satu dari sekian banyak alutsista tersebut adalah KRI Gadjah Mada.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Buku Self Improvement: Edukasi untuk Tingkatkan Kualitas Diri
Melansir dari situs indomiliter.com, kapal tempur berjenis destroyer tersebut sejatinya merupakan bekas angkatan laut Belanda dengan nama HNLMS Tjerk Hiddes yang mulai berdinas dalam angkatan laut Belanda sejak tahun 1942. Uniknya, kapal ini ternyata juga merupakan bekas pakai armada angkatan laut kerajaan Inggris dengn nama HMS Nonpareil yang mulai berdinas sejak tahun 1941 sebelum diberikan kepada Belanda saat perang dunia ke-2. Kemudian kapal ini diberikan kepada Indonesia setelah kurang lebih 13 tahun bersama angkatan laut Belanda. Di Indonesia kapal ini kemudian dirubah namanya menjadi RI (KRI) Gadjah Mada.
Kapal Tempur Utama Indonesia Pada Dekade 1950-an
Pada saat awal dekade 1950-an, kekuatan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) memang masih belum terlalu besar. Hal ini disebabkan kekuatan angkatan laut yang memang baru dibentuk dan sangat muda saat itu. Armada kapal tempur Indonesia hanya sebatas beberapa kapal tugboat atau kapal berukuran kecil yang dipersenjatai meriam ringan ataupun senapan mesin saja. Dengan kedatangan KRI Gadjah Mada pada tahun 1951 tentunya membuat kekuatan armada laut Indonesia menjadi sedikit berotot sekaligus sebagai lompatan teknologi dalam pengoperasian kapal tempur.
Melansir dari situs wikipedia.com, kapal ini dijadikan sebagai kapal flagship atau kapal tempur utama armada laut Indonesia pada dekade 1950-an. Kapal yang diawaki sekitar 200 personil ini memiliki sistem persenjataan berupa 3 unit meriam kembar kaliber 120 mm sebagai senjata utama. Kemudian ada satu unit merima kaliber 102 mm sebagai sistem senjata sekunder dan 4 unit meriam kaliber 20 mm sebagai sistem persenjataan anti pesawat. Kapal ini juga dilengkapi 2 unit senapan mesin kembar kaliber 12.7 mm dan sebuah peluncur torpedo kaliner 533 mm.
BACA JUGA: Ulasan Buku 'The Magic of Influencer': Menjadi Publik Figur itu Tidak Mudah
Kapal yang dianggap sebagai kapal tempur paling bersenjata yang dimiliki oleh Indonesia pada dekade 1950-an ini juga memiliki sistem peledak kedalaman dan pelontar bom laut. Untuk kemampuan jelajanya, kapal ini mampu bergerak dengan kecepatan 67 km jam dan memiliki daya jelajah sekitar 10.000 km. Kapal ini juga dilengkapi dengan beberapa sistem radar canggih di masanya guna mendukung operasi pertempuran.
Sempat Merasakan Medan Konflik Sebelum Dipensiunkan
KRI Gadjah Mada tercatat pernah diterjunkan dalam misi penumpasan PRRI pada tahun 1958. Kapal ini diketahui memberikan bantuan tembakan ke arah pantai guna mendukung pendaratan infantri di Padang. Pada tahun yang sama kapal ini juga digunakan kembali guna menggempur posisi Permesta di sekitar Manado guna mendukung pasukan di darat. Meriam 120 mm yang dimilikinya memang cukup ampuh sebagai senjata bantuan tembakan guna mendukung gerak infantri Indonesia.
Namun, kapal ini tidak dapat dipungkiri sudah cukup tua dan teknologinya mulai ketinggalan zaman, Selain itu, kapal ini juga dikenal memiliki perawatan yang cukup sulit karena mesinnya merupakan mesin lama era perang dunia ke-2. Beragam permasalahan tersebut yang membuat kapal ini kemudian dipensiunkan pada awal dekade 1960-an lalu kemudian dibesituakan pada tahun 1961.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Alasan PSSI Bebankan Prestasi ke Timnas Indonesia U-23 di Ajang Sea Games, Mengapa?
-
Coret Banyak Nama Diaspora Jelang Sea Games, Ini Klarifikasi Indra Sjafri!
-
Targetnya Emas, tapi Pelatih 'Buta' Kekuatan Lawan: Timnas U-23 Bisa Apa di SEA Games 2025?
-
PSSI Target Timnas Raih Emas Sea Games 2025, Indra Sjafri Justru Pesimis!
-
PSSI Anak Tirikan Timnas Indonesia Senior, Media Asing Berikan Sorotan!
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film The Ghost Game: Ketika Konten Berubah Jadi Teror yang Mematikan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
-
Jarak dan Trauma: Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Novel Critical Eleven
-
Perjuangan untuk Hak dan Kemanusiaan terhadap Budak dalam Novel Rasina
-
Ulasan Novel Larung, Perlawanan Anak Muda Mencari Arti Kebebasan Sejati
Terkini
-
Bukan soal Pajak! Purbaya Tegaskan Thrifting Tetap Ilegal di Indonesia
-
Cliquers, Bersiap! Ungu Guncang Yogyakarta Lewat Konser 'Waktu yang Dinanti'
-
Vidi Aldiano Menang Gugatan Nuansa Bening, Tuntutan Rp28,4 Miliar Gugur!
-
Bukan Cuma Kekeringan, Banjir Ekstrem Ternyata Sama Mematikannya untuk Padi
-
Rok Sekolah Ditegur Guru, Zaskia Adya Mecca Ungkap Rasanya Punya Anak Remaja