Di seluruh dunia pada setiap tanggal 15 maret diperingati sebagai Hari Penolakan Terhadap Perburuan Anjing Laut atau International Day of Action Against Canadian Seal Slaughter. Kegiatan yang mulai dilakukan pada tahun 2004 tersebut merupakan bentuk kampanye terhadap perburuan terhadap spesies anjing laut sejati atau Harp Seal yang cukup sering terjadi di kawasan belahan bumi utara.
Melansir dari situs National Today, kegiatan tersebut selain bentuk kampanye terhadap pelestarian jenis anjing laut, juga sebagai bentuk penolakan terhadap segala macam produk yang berasal dari perburuan anjing laut. Bahkan, sejak tahun 1972 sejatinya langkah perlindungan dan penolakan terhadap perburuan anjing laut telah dilakukan di beberapa negara.
Namun, memang hal tersebut masih belum dapat menghentikan secara total kegiatan tersebut hingga hari ini. Perburuan anjing laut memang merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh beberapa negara sejak ratusan tahun yang lalu. Berikut ini merupakan 3 fakta unik dan menarik dari perburuan anjing laut.
1. Kegiatan yang Telah Berlangsung Selama Ratuan Tahun
Kegiatan perburuan anjing laut sejatinya telah diketahui sejak abad ke-16 masehi. Melansir dari Encyclopedia Americana, kegiatan ini telah dilakan oleh beberapa suku di pedalaman Amerika dan Kanada di kawasan utara. Bahkan, kemumgkinan tradisi ini telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu oleh para suku-suku pribumi pertama di Amerika dan Kanada. Salah satu tradisi yang cukup terkenal adalah perburuan yang dilakukan seorang remaja laki-laki dari suku Inuit di kawasan Kanada yang mengharuskan mereka berburu minimal 1 ekor anjing laut sebelum menginjak usia dewasa.
BACA JUGA: 4 Rekomendasi Tempat Makan Seafood di Semarang, Dijamin Bikin Ketagihan!
Di kawasan arktik dan beberapa daerah di Eropa kegiatan ini juga diketahui dilakukan oleh para suku-suku dan penduduk tradisional. Bahkan, hingga hari ini perburuan anjing laut dalam lingkup masyarakat tradisional masih dilakukan di Benua Eropa meskipun beberapa negara melarang kegiatan ini sejak akhir abad ke-20. Perburuan ini masih sering ditemukan secara tradisional di kawasan sekitar Baltik hingga Siberia.
2. Diburu Untuk Kulit dan Dagingnya
Anjing laut umumnya diburu untuk memperoleh kulit, daging dan lemak yang dianggap bagian paling berharga dari tubuh anjing laut. Melansir dari beberapa sumber, kulit anjing laut umumnya digunakan sebagai bahan jaket, topi, dan sepatu. Bahkan, harga pakaian yang berbahan dasar dari kulit hewan ini bisa dihargai sekitar 100 USD per itemnya.
Daging anjing laut juga umumnya dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di dunia. Umumnya produk daging tersebut diekspor ke beberapa negara di Eropa, Asia. Di kawasan Kanada sendiri mengkonsumsi daging dari anjing laut merupakan hal yang cukup lumrah dilakukan dan sering menjadi makanan sehari-hari.
3. Dilindungi oleh Undang-undang
Meskipun aksi protes terhadap perburuan anjing laut dan penolakan terhadap seluruh produk yang dihasilkannya telah dilakukan di berbagai negara, akan tetapi langkah tersebut masih belum menemui keberhasilan yang signifikan. Hal ini dikarenakan kegiatan perburuan tersebut masih dianggap sebagai kegiayan yang legal di beberapa negara seperti Kanada, Norwegia, Greenland dan beberapa negara lainnya. Akan tetapi, kegiatan ini cukup dikontrol ketat setiap tahunnya.
Di negara Norwegia dan Kanada sendiri adanya pembatasan mengenai jumlah kuota maksimal dari penangkapan anjing laut tersebut setiap tahunnya hanya sekitar beberapa ribu ekor saja dan hanya boleh dilakukan di waktu musim tertentu. Selain itu, anjing laut yang diperbolehkan untuk ditangkap hanyalah anjing laut yang tidak terancam punah statusnya. Meskipun telah ada aturan yang jelas mengenai perburuan anjing laut tersebut, akan tetapi hal ini tidak menghentikan kampanye terhadap keberlansungan spesies anjing laut oleh para aktivits lingkungan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Kevin Diks Dikabarkan Cedera Parah, Ini 3 Kerugiannya Bagi Timnas Indonesia
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Jelang Laga Kontra Cina, PSSI Sebut Tak Ada Pemain Naturalisasi Baru
-
Berada dalam Satu Tim, 3 Nama Ini Bisa Dinaturalisasi dan Bela Timnas U-23
-
3 Keuntungan bagi Indonesia saat Jadi Tuan Rumah Gelaran AFF Cup U-23 2025
Artikel Terkait
-
Setelah Dipanggil Komdigi, Jagat Sepakat Ubah Fitur Berburu Koin jadi Misi Jagat
-
GBK Bersih dari Koin Jagat, Pengelola Imbau Kegiatan Positif
-
Rusak Demi Koin! Fasilitas Umum di GBK Jadi Korban Perburuan Koin Jagat
-
Pengelola Meradang, Perburuan Koin Jagat Bikin Taman hingga Lampu GBK Rusak
-
Pantai California Diinvasi Ratusan Singa Laut, Kawasannya Langsung Ditutup untuk Manusia
Ulasan
-
Pantai Ora, Air Lautnya Jernih Cocok untuk Snorkeling di Maluku
-
Ketika Dunia Penuh Luka, SEVENTEEN Serukan Harapan lewat Lagu 'SOS'
-
Review Film Santosh: Melihat Borok Institusi Lewat Mata Sosok Polisi
-
Petualangan Terakhir Ivan dan Kawan-Kawan di Novel The One and Only Family
-
Petualangan Magis di Dunia Roh dalam Film Spirited Away
Terkini
-
Uzbekistan Juarai Piala Asia U-17, Timnas Indonesia Bisa Ikuti Jejaknya?
-
5 Film Animasi Bertema Gotik yang Wajib Ditonton Pecinta Nuansa Gelap
-
Kevin Diks Dikabarkan Cedera Parah, Ini 3 Kerugiannya Bagi Timnas Indonesia
-
Chuu 'Only Cry in the Rain,' Ungkapan Perasaan Jujur Hanya saat Hujan Turun
-
Rayakan Hari Kartini, SMA Negeri 1 Purwakarta Gelar Parade dan Fashion Show