Terdapat tiga ulama menginspirasi yang dikisahkan di dalam buku Ulama-Ulama Nusantara yang Mempengaruhi Dunia ini. Beliau adalah Syekh Junaid al-Batawi, Syekh Nawawi al-Bantani, dan Syekh Khatib al-Minangkabawi. Tidak sulit untuk mengetahui asal daerah beliau bertiga. Sebab, dari nama belakang mereka sudah menunjukkan di mana beliau berasal. Syekh Junaid dari Betawi, Syekh Nawawi dari Banten, dan Syekh Khatib dari Minangkabau.
Yang menarik dan menginspirasi kita, para generasi sekarang ini, ialah cara belajar mereka. Bagaimana proses pengembaraan intelektual mereka sehingga oleh penduduk Makkah dinobatkan sebagai syekh pengajar sekaligus imam di Masjidil Haram, diikuti banyak santri dan banyak pula jamaahnya.
BACA JUGA: 3 Mitos Jelang Lebaran Idulfitri 1444 H yang Banyak Dipercaya di Indonesia
Pertama kali, Syekh Junaid belajar kepada orangtuanya di kampung, kemudian belajar kepada ulama-ulama di sekitar Betawi. Lalu beliau menimba ilmu di Haramain dan berguru kepada Syekh Abdus Shomad bin Abdurrahman al-Palimbani dan Syekh Ahamd Zaini Dahlan. Selama di Haramain, Syekh Junaid terkenal sangat cerdas, sehingga diamanahi menjadi pengajar sekaligus imam di Masjidil Haram.
Sementara Syekh Nawawi al-Bantani, sejak berumur 4 tahun telah dibimbing dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab oleh ayahnya sendiri. Setelah itu, ketika berumur 7 tahun mondok di pesantren KH. Sahal di Banten. Sebelum berangkat mondok, Syekh Nawawi diperintahkan untuk menanam pohon kelapa di pinggir rumah. Beliau boleh pulang dari pondok, jika pohon kelapa yang ditanamnya telah berbuah.
Saat berumur 14 tahun, Syekh Nawawi berangkat mencari ilmu ke Haramain. Di sana beliau belajar kepada Sayyid Ahmad Nahrawi al-Makki, Sayyid Ahmad Dimyati, Syekh Ahmad Khatib al-Hambali dan lain sebagainya. Setelah melakukan pengembaraan yang lama, akhirnya Syekh Nawawi al-Bantani diminta oleh para ulama Jawi dan ulama Haramain untuk mengajar di Masjidil Haram.
Sedangkan kisah belajar Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi adalah belajar pertama kali langsung kepada ayahnya, Syekh Abdul Lathif. Tahun 1871 saat beliau berusia 11 tahun, ia diajak oleh ayah dan pamannya untuk beribadah haji ke Makkah. Selama menimba ilmu di Haramaian, beliau sangat antusias, belajar tak kenal lelah, sehingga oleh Syekh Ainur Rafiq, penguasa Haramain, menunjuk Syekh Ahmad Khatib untuk mengajar di Masjidil Haram. Sejak itu, murid-murid berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk menghadiri halaqahnya.
Demikianlah sekelumit kisah belajar ketiga syekh Nusantara tersebut. Semoga para pembaca sekalian bisa mengambil hikmah, meniru semangat belajar mereka, serta ketularan kesuksesan mereka. (*)
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Studi Analisis Tentang Konsep Jiwa Melalui Psikologi Islam Karya Ibnu Sina
-
Alissa Wahid Jawab Alasan NU Selalu Ikut Lebaran Pemerintah, Jadi Teringat Komentar Gus Dur
-
UAS Jawab Perbedaan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Penetapan 1 Ramadhan
-
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Rayakan Hari Raya Idul Fitri pada Waktu yang Beda
-
Sejarah Hidup Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari dan Kebangkitan Santri
Ulasan
-
Review Film Troll 2: Sekuel Monster Norwegia yang Epik!
-
Review The Great Flood: Kisah Kim Da Mi Selamatkan Anak saat Banjir Besar
-
Hada Cable Car Taif: Menyusuri Pegunungan Al-Hada dari Ketinggian
-
Ulasan Novel Janji, PerjalananTiga Santri Menemukan Ketulusan Hati Manusia
-
Review Film Avatar Fire and Ash: Visual Memukau, tetapi Cerita Terasa Mengulang
Terkini
-
Olla Ramlan Hadapi Kritik Pedas Netizen, Pembelaan sang Putra Bikin Terharu
-
Setelah Ditolong, Kakek Tua Itu Mendadak Hilang
-
4 Moisturizer Korea Berbahan Rice Extract Rahasia Wajah Glowing Bebas Kusam
-
4 Rekomendasi Cardigan Stylish yang Cocok Dijadikan Kado Natal
-
Dua Tahun Cerai, Natasha Rizky Isyaratkan Move on dari Desta?