Hayuning Ratri Hapsari | Fathorrozi 🖊️
Ilustrasi kakek mengendarai sepeda motor butut di malam hari di jalan sepi (Gemini AI/d9d5)
Fathorrozi 🖊️

Baru saja saya menoleh, kakek itu telah menghilang dengan sekejap. Sampai saya kejar dan berdiam sebentar di tempat di mana barusan saya arahkan cahaya lampu sepeda motor ke posisi ia melajukan motornya. Namun, bayangan sosoknya saja kini sudah raib, tak membekas.

Kenapa secepat itu? Apakah tempat ini angker? Lalu, siapakah kakek misterius tadi yang telah saya tolong nyaris selama satu jam?

Kisah lengkapnya begini: malam itu saya seorang diri pulang dari mengajar sore (madrasah) di sebuah pesantren dengan jarak sekitar lima belas kilometer dari rumah. Biasanya saya langsung pulang saat bel pulang berdering pukul 16.30 WIB.

Namun, sebab saat itu hujan turun sangat deras, saya mengurungkan niat untuk pulang kala itu. Karena, pengalaman saya, meskipun pakai jas hujan, jika hujannya sangat deras, maka pakaian yang saya kenakan tetap basah. Jadi, saya nunggu saja hujan agak reda sambil menulis isi pikiran pakai komputer di ruang kantor.

Sekitar pukul 20.15 WIB, hujan masih agak gerimis. Tulisan saya telah rampung. Saya matikan komputer, lalu beranjak ke tempat parkir roda dua. Di sana saya kenakan jas hujan dan menaruh tas kecil di jok motor.

Keluar dari area pesantren, ternyata jalanan gelap gulita. Tak ada penerangan sama sekali, selain cahaya lampu dari kendaraan yang lewat.

Dalam hati saya berdoa semoga di jalan yang sepi di tepi gunung itu tidak ada makhluk yang mengganggu. Karena suasana mencekam ini begitu sempurna; gerimis, mati lampu, jalan rusak, dan sangat sepi.

Dan benar saja, seratus meter menuju jalanan sangat sepi itu, kegundahan hati saya lenyap, sebab ada pengendara motor yang juga hendak melintas ke jalur angker tersebut.

Pengendara itu adalah seorang kakek yang pakai jas hujan usang dan berlubang di beberapa bagian. Kakek tersebut mengendari motor tua yang kepul asap knalpotnya menghunjam ke dalam dada dan mengaburkan pandangan mata.

Tak hanya itu, motor kakek itu tak ada sinar lampu. Barangkali kelistrikannya bermasalah. Saya yang telah terlanjur menyalipnya, tiba-tiba berhenti untuk memastikan motor kakek itu ada lampunya atau tidak.

Ternyata tak ada. Seketika saya tunggu dan memintanya berada di depan agar dapat saya terangi dari belakang.

Kira-kira satu jam lamanya kakek itu sangat pelan mengendarai motornya di tengah gerimis dan mati lampu. Ketika kakek tersebut mengatakan sudah sampai di depan rumahnya yang sangat tua dan sepi itu, tiba-tiba ia menghilang.