Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Safitri Dina Prameswari
Toxic relationship (Pexels.com/Yan Krukau)

Toxic relationship atau hubungan yang merusak kesehatan emosional seseorang adalah masalah yang sering terjadi dalam hubungan asmara. Banyak orang mungkin merasa sulit untuk mengenali tanda-tanda sebuah hubungan yang toksik, sehingga seringkali terjebak dalam lingkaran kekerasan, penyalahgunaan, dan pengabaian.

Dalam sebuah toxic relationship, seseorang mungkin merasa bahwa pasangannya adalah segalanya dalam hidupnya dan berusaha keras untuk mempertahankan hubungan tersebut, meskipun telah terjadi tindakan yang merusak dan menyakitkan. Akibatnya, individu tersebut mungkin merasa kehilangan identitas, harga diri, dan kebahagiaan.

Contoh nyata dari toxic relationship adalah kasus Virgoun Selingkuh. Virgoun adalah seorang penyanyi terkenal di Indonesia yang pada tahun 2018 terlibat skandal perselingkuhan dengan wanita lain di tengah pernikahannya. Sebelum itu, Virgoun dan istrinya telah membangun karier musik yang sukses bersama grup musik Last Child dan dianggap sebagai pasangan yang bahagia.

Namun, Virgoun mengaku bahwa ia merasa terjebak dalam lingkaran hubungan yang toksik dengan istrinya. Ia merasa bahwa istrinya selalu merendahkan dan mengontrol hidupnya, dan akhirnya ia merasa lelah dan mencari dukungan di luar hubungan tersebut. Tindakan Virgoun ini memunculkan kecaman dan kritikan dari masyarakat, namun ia juga memperoleh dukungan dari orang-orang yang memahami situasinya.

BACA JUGA: Menyimak Haru dalam Kepingan Misteri Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya

Kasus Virgoun Selingkuh adalah contoh nyata dari bahaya toxic relationship yang dapat merusak kebahagiaan dan hubungan yang seharusnya sehat. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya mengenali tanda-tanda hubungan yang toksik dan berusaha keluar dari hubungan tersebut sebelum semakin merusak diri sendiri.

Jika kamu merasa terjebak dalam sebuah toxic relationship, penting untuk mengetahui bahwa kamu tidak sendirian dan dapat keluar dari situasi tersebut. Beberapa tindakan yang dapat diambil untuk meningkatkan kesehatan emosional:

  1. Berbicara dengan orang yang dipercayai seperti teman atau terapis untuk mendapatkan dukungan dan perspektif baru.
  2. Menetapkan batasan yang jelas dan menyadari hak dan kewajiban dalam sebuah hubungan.
  3. Meningkatkan keterampilan komunikasi agar dapat memperbaiki hubungan dengan pasangan atau orang yang terlibat dalam hubungan toksik.
  4. Mempertimbangkan untuk mencari bantuan profesional dalam mengatasi masalah dan mengelola emosi.

Mengakhiri sebuah hubungan dapat menjadi proses yang sulit dan menantang, terutama jika terdapat ketergantungan emosional dan kekhawatiran tentang akibat yang mungkin terjadi setelahnya. Namun, menghindari toxic relationship dan meningkatkan kesehatan emosional harus menjadi prioritas utama bagi setiap individu yang terlibat dalam hubungan yang merusak.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Safitri Dina Prameswari